Kata Imbuhan dalam Tembung Andhahan Bahasa Jawa: Jenis dan Contoh

Kata Imbuhan dalam Tembung Andhahan Bahasa Jawa: Jenis dan Contoh

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 15 Feb 2023 12:15 WIB
Abdi keraton menjelaskan kepada peserta tulisan aksara jawa saat mengikuti workshop Menulis dan Membaca Aksara Jawa di Perpustakaan Reksa Pustaka, Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/12/2022). Kegiatan tersebut untuk mengenalkan kembali tulisan aksara jawa sekaligus upaya untuk melestarikan kebudayaan jawa. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Ilustrasi. Pengertian, jenis, dan contoh kata imbuhan dalam tembung andhahan bahasa Jawa. Foto: ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Solo -

Kata imbuhan dalam bahasa Jawa memiliki fungsi yang sama halnya pada bahasa Indonesia. Adapun kata dasar yang sudah diberi kata imbuhan dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung andhahan. Berikut ini pengertian, jenis, hingga contoh kata imbuhan dan tembung andhahan bahasa Jawa.

Tembung Andhahan

Dikutip dari buku Belajar Bahasa Daerah (Jawa) untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD oleh Rian Damariswara, tembung andhahan (kata jadian) adalah kata yang sudah mengalami perubahan dari kata dasarnya. Perubahannya terdapat pada awal (ater-ater), tengah (seselan), dan akhir kata (panambang).

Ater-ater / awalan / prefiks

Ater-ater merupakan imbuhan yang terletak di depan kata dasar. Berikut jenisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ater-ater anuswara

Ater-ater anuswara atau hidung (nasal). Ater-ater anuswara dalam bahasa Indonesia yakni me-N.

Ater-ater anuswara yaitu m-, n-, ng-, dan ny-. Kata yang dimulai konsonan p, w, t, th, c, k, dan s jika diberi imbuhan ater-ater anuswara akan lebur.

ADVERTISEMENT

Contoh:

  • m- + pacul = macul
  • m- + wulang = mulang
  • n- + tulis = nulis
  • n- + thuthuk = nuthuk
  • ng- + kuli = nguli
  • ny- + sambel = nyambel
  • ny- + cuwil = nyuwil

Ater-ater ng- jika bersambung dengan tembung lingga sawanda (satu suku kata) berubah menjadi nge-. Contoh:

  • Ng- + cet = ngecet
  • Ng- + pel = ngepel

Ater-ater Di-

Ater-ater di- jika dalam bahasa Jawa Krama menjadi dipun-. Ater-ater di- memiliki fungsi menjadi tembung kriya tanggap (kata kerja pasif). Menurut Sasangka (2008:51), ater-ater di- digunakan dalam bahasa Jawa Ngoko dan situasi tidak resmi. Ater-ater dipun- digunakan dalam bahasa Jawa Krama dan situasi resmi.

Hal yang sama pada ater-ater ka- digunakan pada situasi resmi, walaupun ater-ater tersebut dalam tataran bahasa Jawa Ngoko.

Contoh ater-ater di-

  • di- + jupuk = dijupuk
  • dipun- + pundhut = dipunpundhut

Seselan / sisipan / infiks

Seselan (sisipan) yaitu imbuhan yang ada di tengah kata. Jumlah seselan dalam bahasa Jawa ada empat yaitu -um-, -in-, -er-, dan -el-.

Seselan -um-

Seselan -um- yang bergandengan dengan kata dasar menjadi tembung kriya tanduk tanpa lesan (verba intransitif) dan tembung kaanan (kata sifat).

Contoh:

Seselan -um- yang membentuk tembung kriya tanduk tanpa lesan seperti contoh berikut:

  • singkir + -um- = sumingkir
  • tindak + -um- = tumindak

Seselan -um- yang membentuk tembung kaanan, berikut contohnya:

  • kenthus + -um- = kumenthus
  • gagah + - um- = gumagah

Seselan -um- disebut bawa ma karena jika disisipi tembung lingga apurwa vokal, seselan -um- berubah menjadi -m- dan terjadi di depan kata (Sasangka, 2008:59). Berikut contohnya:

  • esem + -um- = umesem = mesem
  • ili + -um- = umili = mili

Tembung lingga yang awalannya huruf 'p' lalu mendapat seselan -um-, huruf 'p' berubah menjadi 'k'.

Hal yang sama, tembung lingga yang awalannya huruf 'b' lalu mendapat sisipan -um-, huruf 'b' berubah menjadi 'g'. Berikut contohnya:

  • pinter + -um- = puminter = kuminter = keminter
  • bagus + -um- = bumagus = gumagus = gemagus

Seselan -er-

Jumlah kata yang mendapat seselan -er- tersebut terbatas. Terkadang seselan -er- berubah menjadi -r-. Berikut contohnya:

Contoh:

  • kelap + -er- = kerelap = krelap
  • gandhul + -er- = gerandhul = grandhul

Tembung lingga (kata dasar) yang memperoleh seselan -er- memiliki arti 'sekali' atau 'mbangetake'. Contoh kata 'kelap' menjadi 'krelap' yang berarti 'kelap banget'.

Demikian halnya kata 'gandhul' menjadi 'grandhul' yang berarti 'gandhul banget'.

Panambang / akhiran / sufiks

Panambang atau akhiran atau sufiks yaitu imbuhan yang terletak pada akhir kata (Sasangka, 2008:64). Penulisan disambung di belakang kata atau sebelah kanan kata dasar (tembung lingga) dan tidak bisa dipisahkan. Panambang terdiri -i, -a, -e, dan -ake.

Panambang -i

Panambang -i jika bersambung dengan kata dasar akhiran vokal, maka akan berubah menjadi -ni. Jika bersambung dengan kata dasar akhiran konsonan tidak terdapat perubahan.

Contoh:

  • tamba + -1 = tambai = tambani
  • lara + -i = larai = larani
  • paran + -i = parani
  • jiwit + -i = jiwiti

Kata dasar berakhiran vokal i apabila mendapat panambang -i berubah menjadi e. Kata dasar berakhiran vokal u berubah menjadi o jika mendapat imbuhan panambang -i. Contoh:

  • pati + -i = patii = pateni
  • bali + -i = balii = baleni
  • sapu + -i = sapui = saponi
  • tuku + -i = tukui = tukoni

Kata dasar yang memiliki panambang -i berubah menjadi kata kerja dan memiliki arti menyuruh (Sasangka, 2008:65). Kata 'tamba' menjadi tambani' berarti menyuruh berobat. Kata 'sapu' menjadi 'saponi' berarti menyuruh menyapu. Kata 'jiwit' menjadi 'jiwiti' berarti menyuruh mencubit.

Panambang -a

Penulisan panambang -a bersambung dengan kata dasar berakhiran vokal dan konsonan tidak terdapat perubahan. Perubahan tidak ada penulisan, tetapi pada pengucapan. Kata dasar berakhiran vokal dan mendapat panambang -a diucapkan -ya atau -wa.

Kata dasar berakhiran konsonan, tidak terjadi perubahan dalam pengucapan, tetapi konsonan terakhir diucapkan tebal.

Contoh:

  • Ngalih + -a = ngaliha
  • teranga + -a = teranga
  • gedhe + -a = gedhea (dibaca 'gedheya')
  • tuku + -a = tukua (dibaca 'tukuwa')

Kata dasar yang bersambung dengan panambang -a memiliki tiga arti, yaitu menyuruh supaya, seumpama atau walaupun, dan harapan supaya (Sasangka, 2008:67). Berikut uraiannya: ngaliha berarti menyuruh supaya pergi, gedhea berarti walaupun besar, teranga berarti berharap supaya teranga.

Panambang -e

Penulisan panambang -e yang bersambung dengan kata dasar yang berakhiran vokal berubah menjadi -ne. Sedangkan kata dasar berakhiran konsonan tidak ada perubahan.

Contoh:

  • tahu + -e = tahue = tahune
  • tela + -e = telae = telane
  • sandal + -e = sandale
  • omah + -e = omahe

Panambang -ake

Penulisan panambang -ake jika disambung dengak kata dasar berakhiran vokal berubah menjadi -kake. Sebaliknya, jika disambung dengan kata dasar berakhiran konsonan tidak mengalami perubahan.

Contoh:

  • gawa + -ake = gawake = gawakake
  • sapu + -ake = sapuake = sapokake
  • ngisor + -ake = ngisorake
  • jupuk + -ake = jupukake

Kata dasar yang bersambung dengan panambang -ake menjadi tembung kriya tanduk mawa lesan (kata kerja aktif intransitif) dan memiliki arti 'menyuruh' (Sasangka, 2008:85). Contoh, kata 'gawa' mendapat panambang -ake menjadi 'gawakake' berarti 'menyuruh membawa'.

Demikian pengertian, jenis, hingga contoh kata imbuhan dan tembung andhahan bahasa Jawa. Semoga bermanfaat, Lur!




(rih/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads