Tembang macapat merupakan wujud sajak yang sering dilantunkan masyarakat Jawa. Dari sebelas tembang macapat, salah satu tembang yang terkenal ialah tembang pangkur. Tembang ini tentulah memiliki makna dan artian yang tersirat di dalamnya. Lalu bagaimana isi, contoh, dan watak yang tergambar dalam tembang pangkur?
Pengertian Tembang Pangkur
Tembang pangkur merupakan salah satu bagian dari tembang macapat yang bersastra Jawa. Pangkur berasal dari kata "mungkur" yang berarti mundur, menjauhkan diri, atau pergi.
Dijelaskan oleh Luluk Ainayah, dll, dalam risetnya tentang Analisis Nilai Religiusitas dan Makna dalam Tembang Pangkur Sunan Drajat, Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra 'Ksatra', tembang pangkur menggambarkan kearifan kehidupan manusia yang harus menjauhi berbagai hawa nafsu dan angkara murka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tembang pangkur merupakan karya sastra bercerita tentang seseorang agar mengenang masa lalunya yang buruk, untuk mengajaknya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mulai meninggalkan keserakahan duniawi.
Tembang macapat pangkur ini merupakan salah satu sastra yang diciptakan oleh Sunan Drajat. Bahasa yang digunakan bervariatif dan mengandung estetika yang indah dan mengandung nilai religi.
Fungsi Tembang Pangkur
Tembang pangkur sering digunakan oleh orang Jawa sebagai pitutur atau nasehat yang disampaikan dengan kasih sayang. Dalam buku Filsafat Ku karya Wafa Aldawamy, dijelaskan bahwa nasehat yang tersirat menggambarkan kehidupan menjauhi berbagai hawa nafsu dan angkara murka.
Tembang ini mampu memberi dampak pada seorang hamba yang berumur muda dan masih perlu pengaruh besar dalam berproses mendekatkan diri kepada Tuhannya. Tembang jenis pangkur juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan pendekatan pada orang-orang yang sudah terlalu banyak melakukan hal kurang terpuji dalam hidupnya.
Sementara Endang Nurhayati dalam bukunya yang bertajuk Nilai-Nilai Moral Islami Dalam Serat Wulangreh, menjelaskan tembang pangkur memuat beberapa nilai sebagai berikut:
- Manusia dilatih untuk membedakan hal yang positif dan negatif dalam hidup.
- Dalam menjalani kehidupan, manusia berlandaskan pada aspek:
- Deduga: Mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak.
- Prayoga: Mempertimbangkan hal positif terhadap segala sesuatu yang akan dilaksanakan.
- Warata: Mempertimbangkan kemungkinan terburuk dari apa yang akan dilaksanakan.
- Reringa: Berhati-hati dalam menghadapi sesuatu yang belum ada kejelasannya.
- Manusia harus menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik seperti maksiat.
- Manusia harus menjauhkan diri dari watak:
- Durjana: Jahat
- Murka: Serakah
- Dengki: Sakit hati melihat orang lain mendapat keberuntungan
- Srei: Menginginkan kemenangan terhadap keberuntungan orang lain
- Dora: Pembohong
- Iren: Selalu iri
- Dahwen: Suka mencela
- Panasten: Panas hati melihat orang lain berhasil
- Open: Ingin memiliki hak orang lain
- Kumingsun: Merasa dirinya adalah orang terhebat
- Jail: Suka mengganggu orang lain
- Methakil: Menzalimi orang lain
- Besiwit: Suka mengungkit kejelekan orang lain
- Lunyu: Tidak berketetapan hati
- Genjah: Tidak dapat dipercaya
- Nyumur Gumuling: Tidak dapat menyimpan rahasia
- Mbuntat Ari: Berperilaku baik didepan dan buruk dibelakang.
- Manusia harus dapat mengendalikan nafsu luamah (keinginan hati) dan amarah.
Watak Tembang Pangkur
Tembang macapat menggambarkan perjalanan hidup manusia, mulai dari dilahirkan ke dunia hingga dicabut nyawanya. Watak dari tembang macapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan lirik lagu- jawa yang berkaitan dengan penggambaran karakter manusia.
Oleh karena itu, tembang macapat sering digunakan sebagai sebuah tembang yang mengandung banyak nasehat bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Watak tembang macapat pangkur diantaranya adalah sebagai berikut:
- Gagah
- Bergairah
- Bersemangat
- Ketulusan hati yang besar dan kuat perkasa
- Keyakinan dalam mengajak seseorang mempersiapkan masa depan
Tembang pangkur memiliki ciri khas guru gatra terdiri dari tujuh baris, guru wilangan 8-11-8-7-12-8-8, dan guru lagu a-i-u-a-a-a-i. Tembang ini ditujukan kepada orang awam sebagai bentuk kepedulian mengenang masa lalu dan menjadikannya motivasi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih cerah dan kembali ke jalan yang benar.
Contoh dan Isi atau Makna Tembang Pangkur
Salah satu contoh tembang macapat pangkur yang populer di masyarakat adalah karya KGPAA Mangkunegoro IV yang tertuang dalam Serat Wedatama pupuh I berikut:
Mingkar-mingkuring ukara
Akarana karenan mardi siwi
Sinawang resmining kidung
Sinuba sinukarta
Mrih kretarta pakartining ilmu luhung
Kang tumprap ing tanah Jawa
Agama ageming aji
Jinejer ing Wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi sepa lir sepah asamun
Samasane pakumpulan
Gonyak-ganayuk nglelingsemi
Nggugu karsane priyangga
Nora nganggo peparah lamun angling
Lumuh ingaran balilu
Uger guru aleman
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
Sinamun samudana
Sesadoning adu manis
Artinya:
Membolak-balikkan kata
Karena hendak mendidik anak
Tersirat dalam indahnya tembang
Dihias penuh warna
Agar menjiwai hakekat ilmu luhur
Yang ada di tanah Jawa
Agama pakaian diri
Tersaji dalam serat Wedhatama
Agar jangan miskin budi pekerti
Padahal meskipun tua dan pikun
Bila tak memahami rasa
Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan
Ketika dalam pergaulan
Terlihat bodoh memalukan
Menuruti kemauan sendiri
Tanpa tujuan jika berbicara
Tak mau dikatakan bodoh
Seolah pandai agar dipuji
Namun manusia yang telah mengetahui akan gelagatnya
Malah merendahkan diri
Menanggapi semuanya dengan baik
Nah detikers, itulah tadi pengertian, watak, dan fungsi dari tembang pangkur. Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mengenal tembang macapat lainnya?
(aau/fds)