Akan Digelar di Rumah Erina, Ini Tradisi Midodareni Menurut Pakar UGM

Akan Digelar di Rumah Erina, Ini Tradisi Midodareni Menurut Pakar UGM

Paradisa Nunni Megasari - detikJateng
Minggu, 04 Des 2022 09:53 WIB
Erina gudono
Erina S Gudono. Foto: Instagram @kaesangp
Yogyakarta -

Ada beragam tradisi yang bakal dilakoni Kaesang Pangarep dan Erina Sofia Gudono dalam prosesi pernikahannya. Salah satunya adalah tradisi malam midodareni. Apa itu tradisi midodareni? Simak penjelasan pakar UGM berikut ini.

Untuk diketahui, pernikahan Kaesang dan Erina akan berlangsung bulan Desember ini. Owner Pengantin Production, Dani Wigung, selaku Wedding Organizer mengungkap rangkaian pernikahan Kaesang dan Erina bakal dimulai Kamis (8/12/2022).

Adapun pelaksanaan acara midodareni tersebut akan digelar pada 9 Desember di kediaman Erina Gudono dengan jumlah tamu terbatas dan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanggal 9 itu siraman dan midodareni. Insyaallah direncanakan sejauh ini (Presiden Jokowi) di midodareni mau rawuh (hadir)," kata owner Pengantin Production Dani Wigung kepada wartawan, Kamis (1/12).

Mengenai tradisi midodareni yang bakal digelar dalam rangkaian pernikahan Kaesang-Erina, pakar budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Ratna Saktimulya, menjelaskan detail perihal tradisi yang biasa dilakukan dalam pernikahan adat Jawa tersebut.

ADVERTISEMENT

Ratna mengatakan midodareni berasal dari kata widadari atau bidadari yaitu seorang putri cantik yang tinggal di kahyangan.

"Midodareni berasal dari kata widadari 'bidadari' yakni seorang putri jelita yang tinggal di kahyangan," kata Ratna saat dihubungi detikJateng, pada Minggu (04/12/2022).

Tradisi midodareni ini erat kaitannya dengan cerita rakyat legenda Jaka Tarub yang mengisahkan turunnya Dewi Nawangwulan saat putrinya, Nawangsih akan menikah.

"Sehubungan dengan upacara midodareni yang merupakan bagian tak terpisahkan dari prosesi perkawinan adat Jawa, beberapa sumber menyatakan bahwa upacara midodareni ini berkaitan dengan cerita rakyat 'Jaka Tarub' yang mengisahkan turunnya kembali Dewi Nawangwulan ke bumi di saat Nawangsih putrinya, hasil percintaan dengan Jaka Tarub itu hendak menikah," kata Ratna.

Di dalam tradisi midodareni juga perlu disiapkan syarat sesuai tradisi dalam cerita Dewi Nawangwulan tersebut, seperti sepasang kembar mayang dan dua butir kelapa muda untuk disiapkan di dalam kamar calon mempelai putri.

"Sesuai pesan Nawangwulan pula untuk menghantarkan pernikahan putrinya itu harus disertai sepasang kembar mayang dan dua butir kelapa muda yang masih bersabut, disiapkan di dalam kamar," kata Ratna.

Tradisi midodareni ini biasanya digelar malam hari menjelang akad nikah. Menurut Ratna, hal ini berkaitan dengan janji Dewi Nawangwulan yang akan mengunjungi Nawangsih pada saat malam sebelum upacara ijab.

"Dewi Nawangwulan berjanji bahwa pada saat malam sebelum Nawangsih putrinya menjalani upacara ijab, ia akan datang untuk memberi doa restu dan ikut mempercantik putrinya," kata Ratna.

"Oleh sebab itu mulai pukul 18.00 hingga pukul 24.00 calon pengantin putri tidak boleh tidur dan tidak diperkenankan keluar dari kamarnya. Ia harus menanti kehadiran sang bidadari turun ke bumi agar pecah pamor yakni terpancar kecantikan luar dan dalamnya karena telah disempurnakan batin dan riasnya oleh sang bidadari," imbuhnya.

Malam midodareni juga menjadi momen di mana calon mempelai perempuan menerima tamu perempuan dari keluarga laki-laki, yang mana prosesi ini disebut Tilik Nitik.

"Pada malam midodareni itu pula calon pengantin putri dari dalam kamarnya siap menerima para tamu perempuan, terutama kerabat dekat calon suami untuk melakukan tilik-nitik (berkunjung untuk menyaksikan kebenaran) bahwa calon pengantin perempuan telah siap memasuki kehidupan baru (pernikahan)," kata Ratna.

Pada saat prosesi Tilik Nitik ini, para ibu baik ibu calon mempelai perempuan dan calon mempelai pria memberikan nasihat.

"Oleh sebab itu pada saat acara tilik-nitik ini pula para ibu bergantian memberi nasihat berupa pitutur luhur ataupun pengalaman pribadi yang diharapkan dapat membekali calon pengantin perempuan," kata Ratna.

Ratna mengatakan pesan moral dari tradisi midodareni ini adalah untuk memantapkan hati mempelai wanita untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

"Dengan demikian, pesan moral dari acara Midodareni ini antara lain adalah untuk mematangkan pikir dan mengendapkan letupan rasa calon pengantin putri sehingga tidak ada lagi keraguan dalam menapaki kehidupan baru. Ia mantap hati dan semakin percaya atas kasih Tuhan," kata Ratna.

"Hal ini akan terpancar dari batin yang terdalam, sehingga membentuk kecantikan dari dalam, memperkuat kecantikan ekspresinya," tutup Ratna.




(ahr/ahr)


Hide Ads