Ini Resep Pecas Ndahe Eksis 29 Tahun Berkarya Lewat Musik Humor

Ini Resep Pecas Ndahe Eksis 29 Tahun Berkarya Lewat Musik Humor

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Minggu, 16 Okt 2022 21:15 WIB
Penampilan Pecas Ndahe di The Heritage Palace, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (15/10/2022) malam.
Penampilan Pecas Ndahe di The Heritage Palace, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (15/10/2022) malam. (Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Solo -

Hampir 29 tahun Pecas Ndahe menghibur masyakat dengan karya-karyanya yang penuh dengan kejenakaan. Selama itu pula, Pecas Ndahe menjelma menjadi salah satu grup band humor legendaris asal Kota Solo.

Band yang lahir dari tongkrongan mahasiswa Fakultas Seni Rupa tahun 1993 ini tengah menyiapkan konser 'Pecas Ndahe 29 Thn, Nguri-uri Buhoyo Humor' di Pendopo Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Solo pada Rabu (26/10) mendatang. Konser ini menandai 29 tahun Pecah Ndahe berkarya.

Awalnya, Pecas Ndahe beranggotakan 11 personel. Seiring perjalanan waktu, grup band humor itu sekarang diisi 9 personel, yakni Nurul Ahmad (gitar), Yoik (gitar triple neck). Tomo (drum), Pendek (bass), Doel (cak/vokal/jokers), Max (vokal/jokers), Toni (vokal), Widi Kocrit (jokers).

Menurut Nurul Ahmad, kelanggengan dan konsistensi menjadi kunci awetnya Pecas Ndahe. Mereka sangat fleksibel, dan mau beradaptasi dengan perubahan selera humor dari waktu ke waktu.

"Kita gak pernah mematenkan satu genre khusus. Kita mengalir saja. Karena kita mengerjakan semua jenis genre musik untuk dikompilasikan," katanya, Minggu (16/10/2022).

Ya, lagu-lagu yang dibawakan Pecas Ndahe biasanya memiliki beberapa genre musik dalam satu lagunya. Biasanya Pecas Ndahe memainkan lagu Genre rock, pop, klasik, dangdut yang dicampur menjadi satu lagu yang mengundang gelak tawa.

Menurutnya, ada perbedaan selera humor yang sangat signifikan setelah dan sesudah orde baru. Selera humor masyarakat tersebut yang terus diikuti Pecas Ndahe, sehingga tetap dinantikan masyarakat.

"Sebelum krisis moneter itu bikin guyonan lebih mudah, kita kritik pemerintah sedikit saja banyak yang tertawa. Dulu nyinggung Orba gak ada yang berani. Tapi setelah 1998, guyonan politik kurang," ujarnya.

Saat ini, lanjut Nurul Ahmad, materi lawakan lebih kepada tren di media sosial. Sehingga mereka sering sekali memantau perkembangan media sosial, untuk materi lagu mereka.

Hal itu perlu mereka lakukan, agar konser Pecas Ndahe selalu pecah, sehingga membuat penonton terhibur. "Ini yang update apa di medsos kita ikuti untuk dijadikan bahan. Meski kita sudah tua, itu hanya casing saja," ucapnya.

Meski materi lagu untuk dijadikan lagu humor banyak, Pecas Ndahe tidak sembarang memilih lagu. Mereka akan merasakan, apakah transisi dari satu ke lagu yang lain bisa diterima atau tidak.

Salah saorang fans asal Sukoharjo, Agus Widanarko mengatakan telah mengikuti Pecas Ndahe sejak masih duduk di bangku SMA. Bahkan, di setiap Kabupaten dulu adanya komunitas fans Pecas Ndahe yang disebut Ndaser.

"Setiap panggungnya Pecas Ndahe, saya hampir selalu datang. Guyonannya menarik, selalu fresh sehingga tidak bosan melihat berkali-kali," pungkasnya.




(aku/aku)


Hide Ads