Antusias Warga Berebut Nasi Kepel Saat Kirab Ampyang Maulid di Kudus

Antusias Warga Berebut Nasi Kepel Saat Kirab Ampyang Maulid di Kudus

Dian Utoro Aji - detikJateng
Sabtu, 08 Okt 2022 19:52 WIB
Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022).
Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Kudus -

Warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menggelar tradisi Ampyang Maulid untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada puluhan gunungan yang berisi nasi kepel jadi rebutan warga.

Pantauan detikJateng di lokasi, tradisi kirab Ampyang Maulid mulai digelar pukul 13.30 WIB, Sabtu (8/10/2022). Kirab dimulai dari lapangan desa menuju Masjid Jami At-Taqwa Desa Loram Kulon sejauh sekitar 3 kilometer. Warga memadati jalan desa.

Sela-sela tradisi Ampyang Maulid sempat terjadi hujan lebat disertai angin dan es pada pukul 14.30 WIB. Warga yang semula menunggu kirab berlarian mencari tempat aman. Kirab Ampyang Maulid pun sempat terhenti karena cuaca kurang bersahabat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah reda peserta kirab kembali berjalan menuju Masjid Wali Loram Kulon. Hujan gerimis tidak mematahkan semangat warga menggelar tradisi yang sempat digelar secara sederhana selama pandemi COVID-19.

Sesampai di masjid, gunungan yang berisi nasi kepel dan kerupuk ampyang menjadi rebutan warga. Sebelum rebutan gunungan, rangkaian acara doa hingga tahlil dilakukan di Masjid Wali. Turut hadir Bupati Kudus HM Hartopo bersama rombongan.

ADVERTISEMENT
Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022).Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Kepala Desa Loram Kulon, Taslim, mengatakan tradisi Kirab Ampyang Maulid dilakukan setiap tahun. Tradisi tersebut baru digelar secara meriah sejak pascapandemi COVID-19.

Taslim mengatakan Ampyang Maulid berasal dari sedekah masyarakat ke Masjid Wali. Nasi sedekah itu lalu dibagikan kepada masyarakat. Tradisi Ampyang Maulid disebutnya ada sejak sebelum zaman penjajahan Belanda.

"Sejarah Ampyang itu waktu dulu sebelum penjajahan Desa Loram Kulon karena terkait mendirikan Masjid Wali. Sesepuh-sesepuh dulu kaitannya dengan sedekah nasi kepel dan juga ada tradisi manten mubeng di sini," kata Taslim kepada wartawan di lokasi.

"Tradisi ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Zaman Jepang sempat dihentikan, setelah merdeka dimulai lagi sampai sekarang," Taslim mengimbuhkan.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Dia menjelaskan Desa Loram Kulon juga merupakan desa wisata. Oleh karena itu untuk menguri-nguri budaya maka digelar tradisi Ampyang Maulid.

"Desa Loram Kulon adalah salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Kudus. Maka untuk nguri-nguri sejarah kami dari pemerintah desa memfasilitasi masyarakat desa," terang Taslim.

Dijelaskan kirab Ampyang Maulid ada 30 gunungan. Gunungan itu berupa nasi kepel, kerupuk ampyang, dan sedekah hasil bumi masyarakat.

"Nasi kepelnya jumlahnya 1.000 bungkus. Ada mitos, nasi kepel semacam sedekah dari masyarakat yang dibagikan ke masjid dan dibagikan ke orang-orang di masjid. Ini sedekah untuk semua warga," ujarnya.

Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022).Kirab Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu (8/10/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Taslim mengatakan terkait hujan es saat momen Ampyang Maulid ditandai sebagai berkah.

"Fenomena hujan baru kali ini terjadi, cuma tidak tahu pas ada Ampyang Maulid ada hujan es. Ini merupakan berkah lah, kalau saya seperti itu. Berkah untuk masyarakat Loram Kulon dan semua masyarakat Kudus umumnya," tambah Taslim.

Di kesempatan yang sama, Bupati Kudus HM Hartopo memberikan apresiasi kepada masyarakat peserta kirab Ampyang Maulid. Meski hujan lebat, mereka tetap semangat. Dia berharap melalui tradisi ini dapat meningkatkan ekonomi warga.

"Hari ini tidak pernah memedulikan hujan, panas, semangat kebersamaan masyarakat. Sore ini ada kegiatan momen bersejarah yang tentunya pada saat ini masyarakat menggali sejarah, sejarah Ampyang Maulid sudah ada zaman dulu. Ini kebangkitan masyarakat untuk menonjolkan kearifan," kata Hartopo ditemui di lokasi.

"Disertakan ada expo ada kirab, ini bentuk rasa syukur masyarakat hasil bumi. Mudah-mudahan ke depan hasil bumi didapatkan masyarakat melimpah ruah, amin. Expo merupakan kebangkitan pandemi ini merupakan pasar rakyat, demi bangkitnya ekonomi Kabupaten Kudus," pungkas Hartopo.



Simak Video "Video: Embun Es di Jawa, Fenomena Langka di Dataran Tinggi Dieng"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads