Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati tiap 12 Rabiul Awal. Adapun Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menetapkan 1 Rabiul Awal 1444 H jatuh pada 27 September 2022. Sehingga Maulid Nabi kali ini bertepatan pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Berikut sejarah tentang Maulid Nabi SAW serta perayaannya.
Pendapat Pertama Sejarah Maulid Nabi Muhammad
Menurut jurnal Peringatan Maulid Nabi (Tinjauan Sejarah dan Tradisinya di Indonesia) karya Moch Yunus, dosen Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong Kraksaan Probolinggo, ada dua pendapat mengenai awal munculnya tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Menurut sejarah ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya tradisi Maulid. Istilah maulid berasal dari bahasa Arab Walada Yalidu Wiladan yang berarti kelahiran," tulis jurnal tersebut mengutip dari Kamus Al Munawwir Arab Indonesia, seperti dilansir detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diadakan pada zaman khalifah Mu'iz li Dinillah. Dia adalah khalifah dinasti Fathimiyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah. Namun, perayaan ini dilarang di masa Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy, perdana menteri khalifah Al-Musta'ali dinasti Fathimiyah.
Maulid Nabi kembali dibolehkan pada masa pemerintahan Amir li Ahkamillah pada tahun 524 Hijriah. Dia adalah pemimpin sekaligus imam di Dinasti Fathimiyah. Pendapat ini dinyatakan sejarawan dan ulama asal Mesir Syamsuddin as-Sakhawi.
Pendapat Kedua Sejarah Maulid Nabi Muhammad
Pendapat lain tentang sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW menyatakan, peringatan pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan khalifah Mudhaffar Abu Said. Saat itu sang khalifah sedang mencari cara membangkitkan heroisme kaum muslim menghadapi Genghis Khan.
Acara itu diselenggarakan besar-besaran untuk menunjukkan kebesaran Islam dan negara yang dipimpinnya. Sang khalifah berkuasa di bawah bendera dinasti Fathimiyah. Wilayah kekuasaan dinasti meliputi Afrika Utara, Mesir, dan Suriah.
Perayaan dilakukan 7 hari 7 malam dengan hidangan dari 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju. Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas dan 30 ribu piring makanan. Peringatan ini disebut sukses meningkatkan moral dan heroisme kaum muslim.
Dalam jurnalnya, Moch Yunus juga menjelaskan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW yang berasal dari masa pemerintahan Sultan Salahudin Al Ayubi. Sultan itu ingin meningkatkan semangat juang dan persatuan kaum muslim, dengan cara meningkatkan kecintaan pada nabinya.
Mengenai Maulid Nabi Muhammad di Indonesia ada di halaman selanjutnya...
Namun, usul perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sempat mendapat penolakan dari para ulama, karena dinilai tak sesuai ajaran Islam. Sultan kemudian menjelaskan, perayaan hanya bersifat syiar keagamaan bukan ritual. Perayaan juga bukan sekadar peringatan ulang tahun.
Walhasil, Khalifah An-Nashir di Bagdad menyetujui usulan Sultan. Pada musim haji 1183 Masehi, Sultan meminta para jamaah menyiarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di negara asalnya pada 12 Rabiul Awal.
Maulid Nabi Muhammad di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berkembang pada masa Wali Songo. "Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bertujuan menarik hati masyarakat agar memeluk Islam. Perayaan ini berkembang di tahun 1404 Masehi," tulis situs Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi), dikutip dari detikEdu.
Masyarakat muslim Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan membaca selawat nabi, syair Barzanji, dan pengajian. Maulid Nabi Muhammad memiliki sebutan berbeda di beberapa daerah misal perayaan Syahadatin, Gerebeg Mulud, atau tradisi endhog-endhogan di Jawa Timur.