Mengenang Setahun Berpulangnya Gunawan Maryanto, Pemeran Film Wiji Thukul

Mengenang Setahun Berpulangnya Gunawan Maryanto, Pemeran Film Wiji Thukul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Kamis, 06 Okt 2022 16:10 WIB
Gunawan Maryanto Dalam Kenangan di Panggung Teater dan Film
Gunawan Maryanto Dalam Kenangan di Panggung Teater dan Film. Foto: Gunawan Maryanto/ Instagram.
Bantul -

Hari ini, 6 Oktober, tepat satu tahun meninggalnya aktor Gunawan Maryanto. Berpulangnya seniman multitalenta di usia 45 tahun itu masih menyisakan banyak cerita, mulai dari keinginan yang belum tercapai hingga pengaruhnya terhadap Teater Garasi.

Pantauan detikJateng, suasana di Teater Garasi, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, tampak sepi. Tidak ada acara khusus untuk memperingati satu tahun meninggalnya Gunawan Maryanto.

"Tidak ada sih, lebih antar kami saja, lebih internal komunitas Teater Garasi. Mungkin ketemu, apa tahlilan sendiri, tapi karena tersebar (anggota Teater Garasi) seperti saat ini saya sedang di Bengkulu mungkin melalui zoom. Tapi tidak ada acara untuk publik," kata salah satu pendiri teater garasi Yudi Ahmad Tajudin saat dihubungi detikJateng, Kamis (6/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, Yudi mengaku ada kesan khusus dengan pria yang kerap disapa Cindhil tersebut. Pasalnya Yudi sudah mengenal lama Cindhil. Secara rinci, Teater Garasi berdiri pada 4 Desember tahun 1993 dan Cindhil bergabung satu tahun setelahnya.

"Yang khas dari Gunawan Maryanto itu karena dia kan terlibat di tahun kedua saya mendirikan Teater Garasi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi tahun 1994 dia datang dan terus gitu, dan dia salah satu yang terus menjaga kami, merawat kami dengan gayanya melihat hubungan-hubungan yang tenang. Dia kan gayanya tenang, seperti menghindari konflik, katakanlah tipikal Jawa tertentu ya," lanjut Yudi.

Yudi menilai pembawaan Gunawan yang tenang menjadi antitesis dirinya yang sejak lahir hingga remaja tinggal di Jakarta.

Teater Garasi di Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Tampak tempat tersebut sepi saat satu tahun meninggalnya Gunawan Maryanto, Kamis (6/10/2022).Teater Garasi di Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Tampak tempat tersebut sepi saat satu tahun meninggalnya Gunawan Maryanto, Kamis (6/10/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Sehingga Yudi memiliki watak yang katakanlah tidak tenang, sementara Gunawan memiliki tenang yang membuat rekan-rekan di Teater Garasi merasa aman dan nyaman jika berinteraksi dengan almarhum.

"Dia itu seperti pengikat yang menenangkan kami-kami yang lain ini. Nah itu saya kira kesan saya terbesar, kalau mengobrol sama dia kan semua merasa aman dan nyaman," ucapnya.

Selain itu, Yudi menilai Gunawan adalah sosok yang kaya akan pengetahuan, khususnya terkait kesenian dan kebudayaan Jawa.

Perjalanan Karier Gunawan Maryanto

Yudi menceritakan bahwa Gunawan memiliki latar belakang yang cukup kelam. Sejak duduk di sekolah dasar Gunawan sangat jarang pulang ke rumah.

"Dia kan punya latar belakang yang lumayan pahit, dia lari dari rumah itu sejak SD, ya tetap di Jogja tapi tidak pulang ke rumah. Hampir katakanlah banyak hidup di jalan," ucapnya.

Selanjutnya, Gunawan mulai menjalani kehidupan di beberapa sanggar teater, hingga akhirnya berlabuh di Teater Garasi pada 1994.

Yudi menilai Gunawan memiliki potensi yang sangat besar di dunia seni pertunjukan, khususnya teater.

"Sehingga ada seperti energi besar untuk penciptaan. Dia tidak menyampaikannya dalam ekspresi yang beringas ya, atau berekspresi yang terbuka dalam kehitaman sehari-hari. Tapi dia menyampaikannya melalui puisi dan cerpen-cerpen yang juga liris," katanya.

Hal tersebut yang membawa Gunawan pada puncak kariernya, yakni memainkan peran Wiji Thukul dalam film 'Istirahatlah Kata-Kata'. Yudi menceritakan obrolan sebelum Gunawan mengambil tawaran untuk memerankan Wiji Thukul.

"Keberhasilannya memerankan Wiji Thukul itu karena dia ngobrol sama saya waktu ditawari, dia bilang ,'aku ditawari main jadi Wiji Thukul gimana'," ucapnya.

Saat itu, Yudi mengaku sempat khawatir karena Wiji Thukul adalah tokoh publik, artinya banyak orang yang merasa memiliki dan punya banyak sisi.

"Saya bilang hati-hati to Ndhil, karena banyak orang yang memiliki dan merasa paling tahu siapa Wiji Thukul," katanya.

Baca Watu Batu: Rumah yang Terbakar Jadi Pengingat akan Gunawan Maryanto di halaman berikutnya...

Watu Batu: Rumah yang Terbakar Jadi Pengingat akan Gunawan Maryanto

Yudi mengungkapkan bawah bulan September lalu Teater Garasi menampilkan karya Waktu Batu: Rumah yang Terbakar di Taman Lumbini, Candi Borobudur. Di mana karya tersebut versi baru dari 3 karya sebelumnya, yang mana Gunawan Maryanto termasuk salah 1 dari 3 penulis naskah pertunjukannya.

"Sebenarnya itu juga salah satu cara kami mengingat almarhum ya. Jadi meskipun, itu kan ada tawaran dari kurator Festival Indonesia Bertutur akhir tahun lalu, apakah kami bisa presentasi karya di festival Intur Borobudur. Setelah mengobrol akhirnya kami pentaskan," katanya.

Menurutnya, karya tersebut merupakan karya lama yang di dalamnya ada karya Gunawan. Bahkan, Yudi menyebut ada kontribusi besar dari Gunawan dalam karya tersebut.

"Itu karya lama yang dipentaskan dari 2002 sampai 2006. Ada 3 versi dan salah satu penulisnya memang Gunawan Maryanto. Dia juga main di salah satu versi pertunjukan saat kami pentaskan di Tokyo waktu itu," katanya.

Keinginan Gunawan Maryanto

Yudi menjelaskan, bahwa Gunawan tidak memiliki keinginan atau projek pertunjukan yang tengah digarap sebelum meninggal dunia.

"Kalau pertunjukan sih secara pribadi tidak ada ya. Karena saya 10 tahun terakhir saya tinggal di Jakarta jadi mungkin kurang intensif yang mengobrol. Setahu saya kalau untuk teater saya tidak dengar dia ingin bikin sesuatu," ujarnya.

Namun, dia mengungkapkan jika Gunawan sempat ingin membuat novel. Di mana novel tersebut adalah pengembangan dari cerita pendek (cerpen) buatan Gunawan selama ini.

"Dia itu kepingin banget buat novel, penasaran banget bikin novel yang dia kembangkan dari cerpen-cerpen dia. Jadi dia ingin kembangkan jadi novel," kata Yudi.

Halaman 2 dari 2
(apl/dil)


Hide Ads