Deretan Nama Daerah Unik di Jateng: Dusun Setan, Cawet hingga Sambo

Deretan Nama Daerah Unik di Jateng: Dusun Setan, Cawet hingga Sambo

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 03 Sep 2022 01:02 WIB
Dusun Setan di Desa Candiretno, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Selasa (4/2/2020).
Dusun Setan di Desa Candiretno, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Selasa (4/2/2020). Foto: Eko Susanto/detikcom
Solo -

Beberapa daerah di Jawa Tengah memiliki nama yang unik. Bahkan, bagi beberapa orang mungkin namanya terdengar sedikit jorok.

Kebanyakan daerah dengan nama unik itu memiliki cerita yang menjadi asal muasal penamaan daerah tersebut.

Berikut ini beberapa nama daerah yang aneh di Jawa Tengah. Jika detikers menemukan daerah lain yang juga memiliki nama aneh, tulis di kolom komentar ya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Kampung Koplak

Kampung di tengah kota Boyolali ini punya nama unik. Koplak namanya. Ada cerita yang menyebabkan kampung itu dinamakan Koplak.

Dalam Bahasa Jawa, kata koplak biasa untuk menyebut keadaan suatu wadah tertutup yang tak terisi penuh. Namun, koplak bisa juga diartikan sinting jika kata itu disematkan di belakang nama seseorang.

ADVERTISEMENT

Bagi warga Boyolali dan sekitarnya, Kampung Koplak tentu sudah tak asing. Lokasinya berada tepat di kawasan jantung kota Boyolali. Tepatnya di depan Pasar Boyolali, Jalan Pandanaran.

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Ichsanudin mengatakan, kampungnya dulu adalah terminal atau lokasi pemberhentian sekaligus penginapan sarana transportasi zaman dahulu. Mulai dari andong (kereta kuda), gerobak (ditarik sapi) dan gluthuk (gerobak yang ditarik orang).

Bermacam sarana transportasi itu untuk mengangkut dagangan ke Pasar Boyolali. Daerah itu menjadi lokasi pemberhentian atau penginapan alat transportasi tradisional.

"Jadi terminal itu sejak sekitar 1925. Karena menjadi lokasi terminal andong, dokar, gerobak, gluthuk itulah akhirnya sebutan Koplak semakin terkenal. Seiring waktu, orang terus menyebut wilayah di sini dan sekelilingnya dengan sebutan Kampung Koplak," jelas Udin, sapaan akrabnya.

2. Desa Jeblog

Balai Desa Jeblog, Kecamatan Karanganom, Klaten yang dekat dengan Umbul Ponggok.Balai Desa Jeblog, Kecamatan Karanganom, Klaten yang dekat dengan Umbul Ponggok. Foto: Achmad Syauqi/detikcom

Desa Jeblog ini terletak di Kecamatan Karanganom, Klaten. Sudah sejak lama desa ini memiliki nama yang berkonotasi kurang baik ini.

Dalam bahasa Jawa, jeblog memiliki arti becek atau berlumpur. Istilah jeblog juga sering disematkan untuk menyebut prestasi yang jelek.

"Di sini ini daerah rawa, kata orang tua-tua dulu. Karena becek, berawa-rawa dan berair dinamakan Jeblog," kata warga desa setempat, Abdul Ngalim.

Tanah desanya, sambung Abdul Ngalim, awal mulanya tanah OG (government) milik kolonial Belanda. Di utara desa yang merupakan wilayah Desa Ponggok, kata Ngalim, dulunya ada pabrik gula dan sebagian desanya untuk pembuangan limbah tetes.

Kondisi itu membuat desanya pada masa lalu selalu becek dan dinamakan jeblog.

Namun, air yang melimpah membuat desanya relatif makmur dibandingkan daerah lain. Sektor pertanian, perikanan dan pariwisata menjadi andalan tetapi pertanian yang paling dominan.

Nama Desa Cawet yang paling unik ada di halaman berikutnya

3. Dusun Setan

Ada satu dusun di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang punya nama unik. Namanya Dusun Setan. Dusun Setan termasuk dalam wilayah administrasi Desa Candiretno, Kecamatan Secang.

Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, Aminatun (70), Dusun Setan zaman dulu dihuni para penganut Hindu dengan nama Hindustan. Seiring perkembangan waktu, mereka berganti menjadi penganut agama Islam.

"Kemudian Hindu-nya dihilangkan, tinggal Stan. Itu cerita dari kakek moyang kami," ungkap Aminatun yang biasa dipanggil Mbah Gemi itu.

Namun tidak diketahui secara persis kapan nama Hindustan berubah menjadi Stan, sehingga orang-orang biasa mengucapkannya SΓͺtan. "Hanya cerita yang diperoleh secara turun-temurun," imbuh dia.

4. Desa Cawet

Desa Cawet di Kecamatan WatukumpulDesa Cawet di Kecamatan Watukumpul Foto: Robby Bernardi

Cawet adalah nama sebuah desa di Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Desa ini berada sekitar 50 kilometer dari pusat kota Pemalang.

Menurut Kepala Seksi Pemerintah Desa Cawet, Riswanto ada sejarah yang melatarbelakangi nama Desa Cawet.

Nama cawet diambil dari kata cawing dan tali. Cawing artinya kain penutup (kemaluan) dan tali merupakan pengikat celana," kata Riswanto.

Riswanto mengatakan, zaman dulu warga desa ini kebingungan memilih sesepuh yang akan dijadikan kepala desa. Kemudian, datanglah Adipati Pemalang, Adipati Reksodiningrat (Kanjeng Pontang) pada tahun 1825.

"Saat itu beliau datang untuk menyelesaikan masalah soal siapa yang akan menjadi pemimpin desa. Dalam perjalanan, ia melihat sesepuh warga sedang tandur (menanam) di sawah," jelas Riswanto.

Kemudian, Adipati langsung menunjuk lelaki sepuh yang dianggap bijaksana itu untuk memimpin desa. Saat ditunjuk jadi lurah, sesepuh itu hanya mengenakan cawing tali (kain penutup kemaluan yang diberi tali). Sehingga dia disebut Ki Lurah Cawing Tali yang menjabat pada kurun 1825-1847.

"Cawing Tali nama lurahnya, kemudian desanya disebut dengan singkatan Cawet, dari kata cawing dan tali," ungkapnya.

5. Dusun Sambo

Dusun Sambo ini tepatnya berada di Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Nama dusun ini banyak dibicarakan sejak mencuatnya kasus pembunuhan yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo.

Tentu saja, dusun itu tidak memiliki kaitan apapun dengan mantan Kadiv Propam Polri tersebut.

Sekretaris Desa Podosoko, Kuwato menceritakan, pada masa penjajahan Belanda ada seorang musafir yang menyebarkan agama Islam. Seorang musafir tersebut bernama Wiro Sambo. Kemudian, nama Sambo tersebut dipakai sebagai nama dusun.

"Seorang musafir yang dulu konon bernama Wiro Sambo sekitar tahun 1700-an. Musafir yang masuk dusun sini yang belum ada nama, tapi seorang musafir itu namanya Wiro Sambo. Terus setelah masuk sini dipakai untuk nama dusun. Terakhir Wiro Sambo berganti nama Kiai Wikono," tutur pria yang juga keturunan kedelapan dari Wiro Sambo tersebut.

Halaman 2 dari 2
(ahr/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads