Tradisi Lamporan, Cara Masyarakat Kendeng Lestarikan Alam

Tradisi Lamporan, Cara Masyarakat Kendeng Lestarikan Alam

Dian Utoro Aji - detikJateng
Kamis, 04 Agu 2022 12:49 WIB
Tradisi Lamporan yang digelar masyarakat di Pegunungan Kendeng, Rabu malam (3/8/2022).
Tradisi Lamporan yang digelar masyarakat di Pegunungan Kendeng, Rabu malam (3/8/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menggelar Tradisi Lamporan di bukit Ngalang-alangan Desa Kedumuyo, Kecamatan Sukolilo. Tradisi ini sebagai bentuk syukur dan upaya warga untuk tetap melestarikan Pegunungan Kendeng.

Tradisi Lamporan ini digelar pada Rabu (3/8) malam. Berdasarkan pantauan detikJateng, acara itu dimulai sekitar pukul 20.00 WIB dengan kedatangan para warga di Kecamatan Sukolilo dan bahkan dari beberapa kabupaten tetangga. Warga harus berjalan kaki menuju bukit Ngalang-alangan. Warga berjalan kaki dengan melintas jalan setapak sejauh 300 meteran.

Sesampai di lokasi warga duduk melingkar di atas bukit. Mereka juga tampak membawa obor. Tradisi lamporan dimulai dengan sambutan dari Koordinator JMPPK Gunretno. Pada kesempatan itu, Gunretno mengajak warga untuk bernyanyi bersama. Mereka menyanyikan tembang Ibu Pertiwi dan Pangkur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menembang beberapa tembang, warga pun mulai bersama-sama menghidupkan obor mereka. Warga yang membawa obor pun bersama-sama muter keliling di atas bukit Ngalang-alangan sebanyak tiga kali.

Selanjutnya warga kembali duduk melingkar. Ketua JMPPK kemudian melakukan penyatuan air dari empat mata air di Blora, Rembang, Pati, dan Grobogan. Puncaknya yaitu acara brokohan atau doa bersama. Warga pun kemudian mendapatkan makanan berupa nasi ingkung.

ADVERTISEMENT

"Bulan Sura merupakan tahun besar bagi orang Jawa, kepala desa, polisi, kalau tinggal di bumi Jawa, kalau merasa di bumi Jawa, bagi saya wajib hormat dan syukur terhadap sejarah Jawa. Jangan sampai meninggalkan," jelas Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Gunretno saat memberikan sambutan di hadapan warga di Bukit Ngalang-alangan, Desa Kedumuyo, Kecamatan Sukolilo, Rabu (3/8/2022) malam.

Sambutan itu disampaikan dalam Bahasa Jawa dan diterjemahkan bebas oleh detikJateng tanpa mengurangi arti dan maknanya.

"Warga ini sudah melakukan dengan tulus untuk menyelamatkan ibu bumi. Bumi tidak hanya Indonesia saja, melainkan semua Nusantara, kami JMPPK terus menyuarakan hal-hal yang merusak bumi, itu dilakukan pemerintah dengan bentuk kebijakan, atau yang dilakukan oleh warga sendiri, kami tetap konsisten untuk mengingatkan. Ayo ingat kepada ibu bumi," sambung dia.

Tradisi Lamporan yang digelar masyarakat di Pegunungan Kendeng, Rabu malam (3/8/2022).Tradisi Lamporan yang digelar masyarakat di Pegunungan Kendeng, Rabu malam (3/8/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Menurutnya tradisi ini digelar setiap tahun, terutama ketika setiap tanggal 5 Sura untuk hitungan orang Jawa. Tradisi yang bertajuk 'Suronan Siraman Kendeng' ini bertujuan untuk berdoa agar diberikan keselamatan dan kelestarian bumi Pertiwi.

Gunretno mengatakan memperingati bulan Sura ini tidak hanya dengan berdoa saja. Melainkan juga banyak hal dilakukan oleh warga. Mulai dari menanam pohon hingga membuat embung di Pegunungan Kendeng.

"Karena ketika memang Pegunungan Kendeng ini gundul banyak dampaknya, warga terkena bencana mulai kekeringan, kebanjiran, itu terjadi secara terus menerus," ujar dia.

Oleh karena itu, tradisi ini diharapkan dapat menjaga dan melestarikan Pegunungan Kendeng. Sehingga Pegunungan Kendeng bisa kembali hijau.




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads