Cara Warga Lestarikan Sumber Air Sendang Pitu Boyolali

Cara Warga Lestarikan Sumber Air Sendang Pitu Boyolali

Jarmaji - detikJateng
Selasa, 02 Agu 2022 15:31 WIB
Sendang Pitu di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (2/8/2022).
Kompleks Sendang Pitu di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (2/8/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Upaya menjaga kelestarian sumber air di Sendang Pitu dilakukan oleh warga Desa Caben Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Patirtan yang juga menjadi cagar budaya itu rutin dibersihkan warga setiap selapan (35 hari) sekali.

"Untuk melestarikan sendang dilakukan kegiatan anggara kasih (Selasa Kliwon), nawu sendang dan bersih-bersih (di kompleks Sendang Pitu)," kata Sekretaris Desa (Sekdes) Cabean Kunti, Sulistyo, Selasa (2/8/2022).

Kegiatan bersih-bersih Sendang Pitu itu dilakukan setiap selapan sekali, yakni di setiap hari Selasa Kliwon. Seperti pada hari ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tadi pagi warga masyarakat dari berbagai Dusun di Desa Cabean Kunti dan sekitarnya yang menjadi pengguna air di kompleks Sendang Pitu, turut dalam kegiatan rutin tersebut.

Di cagar budaya patirtan ini, terdapat tujuh sendang yaitu Sendang Jangkang, Sendang Sidotopo, Sendang Palerepan atau Lerep, Sendang Kunti Lanang, Sendang Panguripan, Sendang Kunti Wadon, dan Sendang Semboja. Sendang-sendang itu berada di pinggir Sungai Kunti. Di setiap sendang dikelilingi batu dengan ornamen-ornamen.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan papan informasi yang ada di tempat cagar budaya itu, disebutkan patirtan Cabean Kunti dibangun pada masa klasik Jawa Tengah yaitu sekitar abad VIII-X Masehi. Hal itu berdasarkan motif hias yang terdapat di Sendang Lerep.

Latar belakang keagamaan dapat dilihat dari relief binatang pada Sendang Lerep yang diperkirakan merupakan tantri atau cerita binatang berisi ajaran moral agama Buddha. Fungsi patirtan Cabean Kunti adalah sebagai bangunan suci mengingat relief yang ada menggambarkan ajaran moral.

Berdasarkan pendapat para ahli, ada dua kemungkinan tentang tokoh yang membangun Patirtan Cabean Kunti. Yaitu oleh tokoh bangsawan yang mengasingkan diri atau oleh pertama yang ingin mencapai moksa.

Sendang Pitu di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (2/8/2022).Kompleks Sendang Pitu di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (2/8/2022). Foto: Jarmaji/detikJateng

Kembali ke kegiatan rutin warga bersih-bersih Sendang Pitu, hal itu sudah berlangsung turun-temurun sejak dulu. Warga berkeyakinan jika tidak dibersihkan maka sumber air akan mati.

"Karena kepercayaan warga, kalau nggak digelar anggara kasih, sumber airnya bisa mati," terang Sulistyo.

Air dari Sendang Pitu ini memang dimanfaatkan warga untuk air bersih. Tak hanya warga di wilayah Desa Cabean Kunti. Tetapi juga sejumlah desa di sekitarnya. Antara lain Desa Candi.

Di kompleks situs Sendang Pitu ini terdapat sumur-sumur air bersih milik warga. Banyak pipa-pipa yang mengalirkan air dari Sendang Pitu ini ke permukiman warga.

Setiap Selasa Kliwon, selain bersih-bersih warga juga menggelar sodakohan atau kenduri atau kondangan. Kenduri itu dilaksanakan di kampungnya masing-masing dan di pertapaan Nongko Prodo, di Dukuh Sidotopo, Desa Cabean Kunti.

Tujuan kegiatan bersih-bersih sendang dan kenduri tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar air di Sendang Pitu tetap terawat dan mengalir. Situs cagar budaya yang dilindungi undang-undang tersebut juga tetap lestari.

Di sisi lain, pelestarian situs patirtan ini menjadi wadah silaturahmi bagi warga dan menumbuhkan semangat gotong royong. Warga selalu menyempatkan diri menggelar kenduri sederhana. Saling berbagi dan menjaga kerukunan.

Salah seorang warga Dukuh Balong, Desa Cabean Kunti, Bandi (76), mengatakan bersih-bersih diikuti warga dari berbagai dukuh pengguna air di Sendang Pitu.

"Kepercayaan warga bahwa sumber sini itu (Sendang Pitu) kalau nggak dibersihkan dan sedekahan itu kan bisa macet (sumber airnya)," kata Bandi.




(rih/aku)


Hide Ads