Ahli Waris Sunan Kalijaga atau Pengurus Yayasan Sunan Kalidjogo Kadilangu, Demak, Jawa Tengah menjamas pusaka peninggalan Sunan Kalijaga di Demak, Minggu (10/7/2022). Jamas dilakukan khusus oleh Tim 7. Berikut ritualnya.
Juru Kunci Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalien, mengatakan penjamasan pusaka merupakan tradisi ahli waris untuk merawat dan menjalankan wasiat leluhur. Menurut dia, upacara memandikan pusaka Kyai Cerubuk dan Kyai Kotang Ontokusumo yang rutin tiap tanggal 10 Zulhijah itu dilakukan sejak ratusan tahun silam.
"Kita tim penjamas yang tujuh orang itu harus laku prihatin, harus berpuasa dan lain sebagainya. Puasa arafah sampai 9 Zulhijah. Tim penjamas 7 ini punya tugas dan kewajiban masing-masing yang dipimpin Bopo Panembahan," kata Edi di Kadilangu, Minggu (10/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menjamasi Bopo Panembahan. Kami ini yang mengambil peti, kita serahkan kepada Bapak Agus untuk dipangku kemudian dibuka. Kemudian Kyai Cerubuk diambil diserahkan kepada kami," ungkap Edi.
"Kemudian, Bopo Panembahan mulai membersihkan layon-layon yang di dalam, yang satu tahun ada di dalam itu. Setelah bersih semua baru dijamas," sambung Edi.
![]() |
Edi mengatakan tim 7 melakukan penjamasan pusaka di dalam Cungkup Sunan Kalijaga dengan memejamkan mata. Pusaka itu tersimpan dalam kotak atau peti di ulon-ulon Makam Sunan Kalijaga.
"Kita tata lagi lekukan lempitannya tadi, terus kita minyaki. Itu yang membawa, yang meladeni, Bapak Andik, membawa minyak dan baki untuk sekar-sekarnya. Yang lain ada tugasnya masing-masing," jelas Edi.
Kyai Kotang Ontokusumo adalah pusaka yang dijamas pertama. Pusaka Kyai Ceburuk dijamas berikutnya. Usai dijamas, dua pusaka itu dimasukkan lagi ke warangka, disekar, lalu dimasukkan ke peti lagi. "Selesai, kita kunci dan kembalikan ke atas," ujar Edi.
Edi menambahkan, kunci peti penyimpan dua pusaka itu hanya ada satu. Kunci itu dari tembaga atau kuningan. "Bentuknya antik, memang kuno. Gembok kuno, lain daripada yang lain. Iya, satu kotak itu kecil, hanya isi dua pusaka. Kyai Kotang Ontokusumo di bawah, di atasnya Kyai Cerubuk," paparnya.
Untuk menjamas dua pusaka itu, Tim 7 diiringi bregada Parampogan Prawiraraksa Adat Nuswantara. Rombongan bregada itu berjalan tanpa alas kaki di sepanjang jalan Raden Sahid menuju kantor Lembaga Adat Kadilangu.
Di sepanjang perjalanan, mereka membunyikan alat musik tambur, slompret, rebana, bende, dan ting-ting. Sesampainya di kantor Lembaga Adat Kadilangu, rombongan menyampaikan laporan dan diterima oleh panitia penjamasan.
Kemudian, bregada mengawal Tim 7 yang beriring menuju makam Sunan Kalijaga, tempat dilakukannya penjamasan. Setelah Tim 7 usai menjamas pusaka Sunan Kalijaga, warga berebut menyalami mereka demi mencari berkah.
Salah satu warga Kadilangu, Wagiyem, mengaku puas bisa menjabat tangan panembahan. "(Kerja) Jualan krupuk. Iya, sudah salaman. Nyuwun paring waras saged nyambut damel (minta diberikan Kesehatan agar bisa bekerja)," ujar lansia itu sambil menggosok kedua telapak tangannya lalu diusapkan ke badannya.
(dil/dil)