Cerita di Balik Bangunan Kuno di Pati yang Disebut Gerbang Majapahit

Cerita di Balik Bangunan Kuno di Pati yang Disebut Gerbang Majapahit

Dian Utoro Aji - detikJateng
Sabtu, 25 Jun 2022 10:07 WIB
Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022).
Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Di Kabupaten Pati, Jawa Tengah terdapat sebuah benda cagar budaya yang memiliki berbagai cerita. Warga menyebutkan sebagai Pintu Gerbang Majapahit. Lalu seperti apa cerita di balik Pintu Gerbang Majapahit tersebut.

Bangunan kuno yang dikenal masyarakat sebagai Pintu Gerbang Majapahit berada di Dukuh Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo. Untuk sampai di lokasi tidak jauh dari pusat Kota Pati berjarak 5,7 kilometer. Jika ditempuh dengan berkendara membutuhkan waktu sekitar 13 menit.

Pintu Gerbang Majapahit berada di tengah-tengah permukiman warga. Tampak sekitar pintu gerbang tersebut dipagari dengan rapat. Pintu gerbang itu berada di dalam ruangan kaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan di sisi luar terdapat tulisan 'Gapura Majapahit dilindungi UU RI No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya'.

Tak hanya itu, di depan bangunan yang dikenal masyarakat sebagai Pintu Gerbang Majapahit terdapat plang bertuliskan cerita asal-usul pintu tersebut. Dijelaskan pintu tersebut berkaitan dengan kisah Raden Bambang Kebo Nyabrang adalah anak Sunan Muria yang tidak diakui karena sejak kecil diasuh oleh kakeknya.

ADVERTISEMENT

"Sebagai syarat agar diakui sebagai anak Sunan Muria, maka Sunan Muria menyuruh Kebo Nyabrang membawa pintu gerbang Majapahit dari Mojokerto menuju Gunung Muria dalam satu malam," tulis di plang itu seperti dilihat detikJateng, Jumat (24/6/2022).

Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022).Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Dijelaskan, di sisi lain murid Sunan Ngerang juga berkeinginan untuk mendapatkan pintu tersebut. Sebab pintu itu menjadi syarat untuk mempersunting putri Sunan Ngerang.

"Di sisi lain tempat di padepokan Sunan Ngerang salah satu muridnya bernama Raden Ronggo ingin menyunting putri Sunan Ngerang bernama Roro Pujiwat. Dia mau memperistri dengan syarat Raden Ronggo memboyong pintu gerbang Majapahit ke padepokannya," tulisnya.

Namun murid tersebut Raden Ronggo kecewa karena pintu gerbang Majapahit telah dibawa Kebo Nyabrang ke Gunung Muria. Lantas Raden Ronggo mengejar Kebo Nyabrang untuk meminta pintu, namun tidak diberikan. Lalu timbul peperangan. Sunan Muria yang melihat dua orang bertarung lalu turun ke tempat kedua orang tersebut bertarung.

"Lalu Sunan Muria berkata "Wis padha lereno sak kloron padha bandhole". Berhentilah kedua orang tersebut bertarung, hingga sekarang tempat tersebut dinamai Dukuh Rendhole (Isak kloron padha bandhole). Sunan Muria pun mengakui Rade Kebo Nyabrang menjadi anaknya dan menyuruhnya untuk menjadi penjaga pintu Gerbang Majapahit," terang di papan tersebut.

Halaman selanjutnya, pendapat pakar soal Gerbang Majapahit...

Terpisah, Pegiat Sejarah Kabupaten Pati, Ragil Haryo mengatakan bangunan kayu berukir itu dikenal masyarakat sebagai Pintu Gerbang Majapahit. Cerita turun-temurun secara lisan pun dijelaskan asal usulnya terkait cerita Raden Kebo Nyabrang dan Raden Ronggo merebutkan Pintu Gerbang Majapahit.

"Untuk versi tradisi lisan yang menyelimuti situs budaya memang tanah itu milik area balai pelestarian cagar budaya (BPCB) Cerita sendiri itu secara umum itu," jelas Ragil ditemui detikJateng di rumahnya, Kelurahan Kutoharjo, Kecamatan Kota, Jumat (24/6).

Ragil yang juga anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Pati menyebut secara keilmuan bangunan yang dikenal sebagai Pintu Gerbang Majapahit patut dikritisi. Sebab, kata dia, ada berbagai versi soal pintu tersebut.

"Tetapi kita pandangan secara kritis secara keilmuan, intinya itu tidak masuk akal ketika itu disebut sebagai pintu gerbang Majapahit pasti yang mempertanyakan apa benar ini Pintu Gerbang Majapahit," ujar Ragil yang juga guru sejarah SMAN 2 Pati.

"Otomatis pintu utama mungkin itu bukan gerbang tapi regol istilahnya. Artinya itu gerbang berbentuk paduraksa atau bentuk semacam besar, paduraksa ada tutupnya di atas menjadi satu dan itu di tengahnya," sambung dia.

Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022).Benda cagar budaya yang disebut sebagai Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jumat (24/6/2022). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Ragil pun mengaku pernah mengukur Gapura atau Candi Bajang Ratu di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Namun, kata dia, peninggalan Majapahit di Desa Temon itu ukurannya tidak sama dengan Pintu Gerbang Majapahit di Dukuh Rendole ini.

"Kita juga pernah iseng-iseng ngukur (mengukur) panjang Candi Bajang Ratu di Trowulan sama di sini ukurannya juga tidak sama begitu," terang Ragil.

Tak hanya itu, menurutnya zaman periode kehancuran Kerajaan Majapahit sudah lama. Bahkan berabad-abad. Ragil tidak yakin jika Pintu Gerbang Majapahit yang terbuat dari kayu itu bisa bertahan lama bahkan sampai sekarang.

"Dan dilogis berbicara Majapahit, kehancuran Majapahit di periode 400-an. Itu berjalan 6 abad kan apa kuat, dulu tidak ditutup. Sekarang ditutup kaca, apakah sekuat itu. Tetap aneh gitu dengan kayu yang masih bagus," terang dia.

Ragil mengatakan jika gapura itu lebih pada bentuk langgam asal Lasem Kabupaten Rembang. Hal tersebut dilihat dari catatan sejarah perpindahan orang-orang Lasem ke Pati.

"Penempatan di situ daerahRendole, kalau sisi historis, kita mencoba menghubungkan, ada hal tersimpan di pintu itu di luar folklor itu. Bahwa ini bentuknya langgamLasem, ornamen cerita Minyak Jinggo dan Damarwulan di situ ada empat sekat, di situ kemudian ukiran lebih dekat ke Lasem. Itu ada catatan sejarah perpindahan orang-orang Lasem ke Pati. Kemungkinan mereka yang mengerjakan pintu ini," jelasnya.

Lanjut dia, daerah Rendole diperkirakan menjadi pusat Kadipaten Pati saat itu. Alhasil kata dia diperkirakan pintu itu dikerjakan zaman Adipati Mangun Oneng saat itu.

"Banyak cerita sejarah di sana, contoh Rendole itu menjadi ibu kota Keraton dari bupati dipegang oleh Mangun Oneng, maka di area Rendole makamnya banyak-banyak (makan para leluhur). Kemudian di sana diperkirakan pusat keraton 1600-1700 (masehi), mungkin pintu ini juga dikerjakan di dekat keraton ini di waktu itu," jelas dia.

"Dugaan pembuatan pintu ini jauh di masa periode Majapahit, 1700-1800-an itu. Itu analisis pintu," pungkas Ragil.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Pemerintah Prihatin Sejumlah Bangunan Bersejarah Rusak"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads