Minyak Jamas Pusaka Sunan Kalijaga Tak Bisa Dibuat Sembarangan, Ini Syaratnya

Minyak Jamas Pusaka Sunan Kalijaga Tak Bisa Dibuat Sembarangan, Ini Syaratnya

Mochamad Saifudin - detikJateng
Rabu, 25 Mei 2022 05:35 WIB
Proses pembuatan minyak jamas pusaka Sunan Kalijaga di Demak, Selasa (24/5/2022).
Proses pembuatan minyak jamas pusaka Sunan Kalijaga (Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Membuat minyak lisah sepuh atau bahan baku untuk menjamas pusaka Sunan Kalijaga ternyata tak bisa sembarangan. Selain hanya boleh dibuat oleh ahli waris yang sudah menopause, ada sejumlah syarat khusus yang harus ditaati karena sudah tradisi. Apa saja aturannya?

"Minyak klentik ini kita buat dengan ibu-ibu yang sudah menopause, sudah tidak mens (menstruasi) lagi. Itu adat ya. Dibuat oleh ibu-ibu ahli waris yang sudah suci, tidak mengeluarkan darah haid lagi," kata Juru Kunci Makam Sunan Kalijaga, Raden Edi Mursalien di Kelurahan Kadilangu, Selasa (24/5/2022).

Edi menuturkan ibu-ibu yang membuat minyak lisah sepuh juga berpuasa Senin-Kamis. Selain itu, saat membuat minyak lisah sepuh ini satu di antaranya ada yang berpuasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu sebelumnya biasanya ada yang melaksanakan puasa Senin Kamis, atau hari ini ada yang melaksanakan puasa khusus untuk pembuatan minyak jamas lisah sepuh itu tadi," terangnya.

Edi menyebut ada lima ahli waris ibu-ibu yang membuat minyak lisah sepuh. Kelimanya memarut dan menggoreng santan kelapa di atas wajan secara bergantian.

ADVERTISEMENT

Selain itu para ibu sepuh ini mengaduk santan kelapa tersebut sambil mengucap salawat dan mengaduk ke arah kanan.

"Ada lima (ibu sepuh) dan pembantu-pembantunya. Panembahan tadi juga metiki kelapanya," imbuhnya.

Edi menerangkan lisah sepuh ini merupakan satu bahan minyak dari minyak jamas. Bahan baku minyak lisah sepuh ini adalah kelapa hijau.

"Cara penjamasan ini memerlukan minyak jamas. Awal dari minyak jamas ini, ubarampe atau bahan bahannya itu campuran dari beberapa bibit minyak wangi dan pembuatan minyak klentik atau lisah sepuh," kata Edi.

Tak hanya itu, buah kelapa yang dipilih pun juga memiliki syarat tertentu. Di antaranya pohon kelapa tersebut harus menghadap kiblat dan menggunakan kelapa yang berjumlah ganjil.

"Kemudian dari kelapanya sendiri, kita ambil yang kelapa hijau. Selain kelapa hijau juga ada persyaratan, yang tua atau setengah tua, campuran tua dan setengah tua. Kemudian ini yang penting, yang mangklung yang udah menghadap ke utara barat, kiblat, dan itu tidak boleh dijatuhkan (mengambilnya). Jadi dari atas kita ambil, kita turunkan tetapi tidak boleh dijatuhkan," ujarnya.

"Yang kedua, kita ngambilnya harus ganjil. Boleh lebih tetapi di sini kita pilah-pilah kita ambil yang ganjil. Biasanya kita kalau tidak 11 kelapa ya 9," sambung dia.

Selain itu, sebelum membuat minyak ini, sejumlah ahli waris berdoa ke makam Sunan Kalijaga. Dia menyebut dalam prosesi itu biasa mendapatkan petunjuk khusus.

"Kemudian sebelum kita buka kelapanya kita berdoa. Berdoa yang mana sebelum hari H pembuatan, kita itu sebelumnya dari Pak Mudin, ahli waris, sowan, nyekar malam-malam gitu kalau besoknya akan diadakan pembuatan minyak klentik. Biasanya di dalam berdoa itu terus kadang kadang itu ada suatu piweling, nanti doanya seperti ini, suratnya seperti ini dan lain sebagainya," ujarnya.

Pembuatan lisah sepuh ini pun dibuat hanya saat Selasa Kliwon. Kebiasaan ini sudah berjalan ratusan tahun sebelumnya.

"Kebiasaan kami itu Selasa Kliwon, anggorokasih (pembuatan minyak lisah sepuh). Itu berpuluh-puluh tahun, beratus-ratus tahun seperti itu," kata Edi.

Setelah jadi minyak lisah sepuh ini lalu dicampur dengan sejumlah bibit minyak wangi seperti minyak cendana hingga melati. Nantinya minyak ini akan digunakan untuk memandikan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga yakni Kiai Cerubuk dan Kiai Kotang Ontokusumo saat Idul Adha atau tanggal 10 Dzulhijjah.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads