Warga Desa Nyamuk, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah berbondong-bondong menyaksikan pagelaran wayang kulit secara langsung. Pertunjukan wayang ini ditunggu-tunggu warga sebab baru pertama kali seumur hidupnya menyaksikan wayang kulit secara langsung.
Untuk diketahui, Desa Nyamuk ini berada di Pulau Nyamuk. Pulau ini salah satu pulang terpencil yang ada di Kecamatan Karimunjawa. Untuk sampai di sana membutuhkan waktu 2 jam dengan naik kapal dari Pulau Karimunjawa. Suasana yang masih asri di pedesaan terpancar di Desa Nyamuk.
Dalam pertunjukan wayang ini dalangnya adalah Ki Hadi Purwanto dan mengangkat lakon tentang Semar Mbangun Jiwa. Warga pun terlihat antusias melihat pertunjukan wayang perdana seumur hidup ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa (Kades) Nyamuk, Muazis mengaku senang adanya hiburan wayang kulit secara langsung. Sebab pertunjukan ini baru pertama kalinya di Pulau Nyamuk.
"Sudah memberikan hiburan wayang pada malam hari ini, karena di Desa Nyamuk ini pertama kali dihadirkan (digelar) wayang," kata Muazis saat memberikan sambutan di lokasi, Jumat (13/5/2022) malam.
"Terima kasih sudah menghadirkan wayang di Pulau Nyamuk. Saya senang karena ada tontonan atau seni tradisi yang kita uri-uri. Saya di sini sebagai petinggi yang pertama kali menonton wayang, saya sebelumnya belum pernah nonton wayang. Berkat beliau (bupati) live wayang yang ada di desa saya sendiri yakni Desa Nyamuk," sambung dia.
![]() |
Salah satu warga, Toprikan (55) mengatakan sudah 30 tahun menetap di Pulau Nyamuk. Dia mengaku baru pertama kali melihat pertunjukan wayang kulit secara langsung. Toprikan pun mengaku bangga bisa melestarikan budaya yang ada di Jepara.
"Sudah lama menetap di sini, lebih 30 tahun. Baru pertama kali ini ada wayang, kalau dangdutan sering ke sini. Senang ya, soalnya nguri-uri budaya," kata dia ditemui di lokasi.
Kesempatan yang sama, Bupati Jepara Dian Kristiandi berharap agar ke depan ada pertunjukan wayang kulit di Pulau Nyamuk setiap tahun. Menurutnya, sebelumnya di Pulau Parang, Desa Parang, juga sudah 50 tahun belum lagi melihat pertunjukan wayang kulit secara langsung.
"Kepala dinas pariwisata mungkin tahun depan bisa dihadirkan lagi, paling tidak setiap tahun meski satu kali ada pagelaran wayang," jelas Andi, sapaannya, saat memberikan sambutan di lokasi.
"Kemarin di Pulau Parang, di sana sudah 50 tahun yang lalu belum pernah menonton wayang. Kemarin bulan Maret baru ada pagelaran wayang," sambung dia.
Menurutnya, masyarakat warga Desa Nyamuk hidup berkerukunan. Sebab ada beberapa suku warga yang tinggal di Pulau Nyamuk. Di antaranya Jawa, Bugis, Madura dan Buton. Andi pun berharap agar kebudayaan nenek moyang tetap dilestarikan.
"Termasuk wayang kulit harus dilestarikan, orang Jawa harus tahu wayang. Seluruh masyarakat di sini menjadi orang Jawa dan budaya harus dilestarikan," imbuh Andi.
(rih/rih)