Pesan di Balik Tukar Takir, Tradisi Bertukar Makanan Masyarakat Brebes

Pesan di Balik Tukar Takir, Tradisi Bertukar Makanan Masyarakat Brebes

Imam Suripto - detikJateng
Rabu, 20 Apr 2022 14:51 WIB
Masyarakat di Brebes saling bertukar makanan dalam tradisi tukar takir.
Masyarakat di Brebes saling bertukar makanan dalam tradisi tukar takir. (Foto: Imam Suripto/detikJateng)
Brebes -

Masyarakat di Kabupaten Brebes bagian selatan memiliki tradisi unik dalam membangun kebersamaan. Tradisi bernama tukar takir itu menunjukkan kebersamaan warga yang hingga kini masih dilestarikan.

Tradisi tukar takir ini dijadikan merupakan simbol kebersamaan warga. Pada hari-hari tertentu, warga desa secara sukarela menyumbangkan makanan untuk nantinya dimakan bersama-sama.

Makanan itu disajikan dengan diwadahi takir. Takir merupakan tempat makanan yang terbuat dari daun pisang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada upacara perayaan tertentu, sumbangan dari warga ini kemudian dikumpulkan jadi satu dan akan dibagikan kembali kepada warga secara acak untuk dimakan bersama sama.

Sejarawan Pantura, Wijanarto menyebut, tukar takir merupakan tradisi yang masih hidup di tengah masyarakat Brebes. Inti dari tradisi ini adalah mempertahankan suasana kegotongroyongan dan kebersamaan dalam suasana kebahagiaan.

ADVERTISEMENT

"Di Brebes, tradisi (tukar takir) itu melekat dalam perayaan adat dan keagamaan seperti Tradisi Ratiban (pengajian) upacara adat Ngasa Jalawastu dan Gandoang, Merti Desa dan sedekah Waduk Malahayu Banjarharjo," ujar,Wijanarto, Rabu (20/4/2022).

Wijanarto meneruskan, takir merupakan penggalan dari kata takwa dan zikir. Kata takir, lanjut dia sarat dengan nilai religius. Sehingga konteks tukar takir ini menjadi sebuah tradisi spiritual.

Makna lain dari takir menurut budaya Jawa merupakan pembungkus dari daun pisang. Daun ini kemudian direkatkan dengan lidi sebagai penguat daun pembungkus makanan.

"Di dalam takir itu ada daun pisang dan ada lidi untuk menguatkannya. Di dalam takir itu ada isi makanan yang beraneka rupa," ulas Wijanarto.

Tukar takir lanjut, Wijanarto, memiliki pesan kebaikan dalam kebersamaan. Dalam acara ini, warga tanpa memandang status sosial menyatu dalam kebersamaan dan memakan makanan yang terbungkus takir.

Ada makna untuk saling membantu, saling melengkapi dan saling memberi. Dengan tradisi ini, diharapkan masyarakat akan tetap menjaga sifat saling membantu, selalu bersama, dan saling melengkapi.

"Bagaimana kekuatan takir itu dimulai dari kebersamaan, gotong royong dan semuanya saling melengkapi, saling bermanfaat," kata dia.




(ahr/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads