Beksan Surengrana, Kisah Heroik Prajurit Keraton di Medan Perang

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 24 Feb 2022 06:05 WIB
Beksan Surengrana (Foto: dok. Keraton Jogja)
Solo -

Uyon-uyon Hadiluhung Senin Pon malam Selasa Wage kemarin menampilkan Beksan Surengrana. Beksan karya Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X ini mengisahkan prajurit pemberani yang berlaga di medan perang.

Mengutip kratonjogja.id, Kamis (24/2), nama Surengrana ini berasal dari dua kata yakni sureng atau sura yang bermakna berani, dan rana atau rananggana yang bermakna medan perang. Kisah tentang beksan Surengrana ini menukil cerita Babad Tanah Jawi yang mengisahkan tokoh bernama Surengrana, penggawa Kadipaten Surabaya.

Pada era Mataram Islam saat Sri Susuhunan Paku Buwono I bertakhta, Surengrana diberi gelar panji. Surengrana kemudian berkuasa menjadi tumenggung di Kabupaten Lamongan. Dikisahkan Keraton Mataram Kartasura mengutus dua abdinya, yakni Ki Menggung Surabrata dan Ki Menggung Wiramenggala untuk berangkat ke Kadipaten Surabaya.

Kisah Surengrana ini bermula ketika datang utusan Keraton Mataram Kartasura, Ki Menggung Surabrata dan Ki Menggung Wiramenggala, untuk meminta Adipati Jaya Puspita agar bertandang ke Mataram Kartasura karena sudah lama tidak sowan (menghadap). Namun, kedatangan kedua utusan ini ditolak Panji Surengrana dan Panji Kerta Yudha karena diduga hendak menyerang Mataram Kartasura.

Kesalahpahaman ini memicu perang antara pasukan Mataram Kartasura dengan Kadipaten Surabaya. Belakangan masing-masing pasukan menyadari tujuannya dan akhirnya bersama-sama menyiapkan diri melawan penjajah Belanda (VOC).

"Beksan ini tidak secara utuh menggambarkan sejarah hubungan Keraton Mataram Kartasura dan Kadipaten Surabaya, namun menitikberatkan peran Surengrana. Dalam Babad Tanah Jawi, Panji Surengrana dituturkan sebagai punggawa Kadipaten Surabaya yang memiliki perwatakan ngglece (sok gagah, sedikit sombong, tetapi lucu)," tulis Keraton Jogja dalam situsnya seperti dikutip detikJateng, Kamis (24/2/2022).

Aransemen musik maupun gerakan dalam beksan ini dibangun untuk menggambarkan perwatakan lucu itu.

"Untuk membangun karakter ngglece Panji Surengrana, disisipkan gendhing dengan nuansa riang dengan permainan balungan yang dinamis, melodi yang lucu, serta tambahan vokal yang menjadikan pertunjukan lebih meriah," sambungnya.

Urutan gendhing pengiring tari yakni Lagon Jugag, Kawin Sekar Bremara, Umung, pembacaan Kandha, Maju Gendhing Ladrang Rongeh, Kawin Sekar Salisir, Plajaran atau Playon, Kawin Sekar Durma, Enjer, Ketawang Panji Cluring, Plajaran atau Playon Saradatan, Lancaran Bapang, Sinengkang, Imbalan Carabalen, Ganjur, Gangsaran, Mundur Gending Ladrang Surengrana, dan Lagon Jugag sebagai penutup.

Babak Beksan Surengrana

Beksan ini terdiri atas dua bagian dengan durasi sekitar 30 menit. Bagian pertama menceritakan pertemuan utusan-utusan Kartasura dan Surabaya. Beberapa penokohan dimunculkan untuk mengenalkan Panji Surengrana di bagian awal tari ini. Bagian kedua bercerita tentang dua wadyabala yang berlatih perang bersama.

Beksan ini ditarikan oleh 12 penari. Delapan penari memerankan wadya atau prajurit dan empat penari lain berperan sebagai andel atau pemimpin. Empat prajurit dan dua andel berperan sebagai utusan Keraton Mataram Kartasura, sementara empat prajurit dan dua andel lainnya berperan sebagai utusan Kadipaten Surabaya.

Karena bertema perang, Beksan Surengrana menggunakan properti berupa pedang dan tameng. Ciri lain Beksan Surengrana yakni penggunaan komposisi ragam gerak wanara dan bugis yang dipadukan dalam satu tarian.

Tidak hanya itu, aksen Bahasa Jawa ala Surabaya juga mewarnai dialog para penari. Aksen ini diharapkan membangun imajinasi penonton tentang identitas para prajurit.



Simak Video "Video Sultan HB X Ngeluh ke DPR, Pemda DIY Kekurangan ASN"

(ams/ams)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork