Mengenal Mas Tonny, Sineas Dokumenter Asal Klaten yang Mendunia

Mengenal Mas Tonny, Sineas Dokumenter Asal Klaten yang Mendunia

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 18 Feb 2022 06:08 WIB
Tonny Trimarsanto, pendiri Rumah Dokumenter
Tonny Trimarsanto, pendiri Rumah Dokumenter. Foto: dok. Rumah Dokumenter Klaten
Solo -

Di kalangan pecinta film Indonesia, terutama film dokumenter, nama Tonny Trimarsanto tentu sudah tak asing di telinga. Mas Tonny, begitu dia akrab disapa, belakangan ini kembali mencetak prestasi di ajang festival film internasional.

Salah satu film karya sineas asal Kabupaten Klaten ini, berjudul pada suatu hari nanti (SOMEDAY), masuk dalam nominasi film dokumenter pendek terbaik di Melbourne Short Film festival 2022 Edition.

Film berdurasi yang mengangkat kisah seorang transpuan penyandang disabilitas dan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) itu akan bersaing dengan empat film lain dari mancanegara di festival yang diselenggarakan pada 4-6 Maret mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, film berdurasi 30 menit itu juga berhasil menembus seleksi 18 European Film Festival Integration You and Me Koszalin 2021, festival film di kota Koszalin Polandia yang khusus mengangkat isu disabilitas.

Meski namanya sudah mengglobal dan karyanya telah mengukir banyak prestasi di festival film dunia, Mas Tonny bukanlah 'kacang lupa akan kulitnya'. Beberapa kali dia mengirimkan karyanya ke ajang film nasional. Di antarnya adalah film Bulu Mata yang memenangkan Piala Citra di kategori film dokumenter terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2017.

ADVERTISEMENT
Tonny Trimarsanto, pendiri Rumah DokumenterTonny Trimarsanto, pendiri Rumah Dokumenter Foto: dok. Rumah Dokumenter Klaten

Sebelum berfokus di film dokumenter, Mas Tonny berpengalaman sebagai periset materi visual dan penata artistik untuk sejumlah film layar lebar besutan sutradara Garin Nugroho sejak 1992-2000. Di antaranya film Bulan Tertusuk Ilalang (2002) hingga Daun di Atas Bantal (1998) yang fenomenal.

Saat berbincang dengan penulis beberapa waktu lalu, Mas Tonny mengaku dirinya tak punya dasar pendidikan sinematografi.

"Saya otodidak. Kebetulan dulu sering nongkrong di TBS (sekarang TBJT, Taman Budaya Jawa Tengah di Kota Solo), nonton pemutaran film," kata dia. Berawal dari TBS, alumnus ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta itu mengenal Garin.

Meski dikenal sebagai sineas yang produktif, Mas Tonny tak melulu mengejar piala. Malahan, sebagian besar waktunya dicurahkan untuk mendampingi para calon sineas muda yang menimba ilmu di Rumah Dokumenter, lembaga yang bergerak di bidang produksi, jejaring, dan pendidikan untuk film dokumenter yang didirikannya sejak 2002.

Rumah Dokumenter yang juga kediaman Mas Tonny itu beralamat di Perumahan Griya Prima Barat, Desa Belang Wetan, Kecamatan Klaten Utara, Klaten. Rumah itu hampir tak pernah sepi dari sekelompok siswa hingga mahasiswa yang magang di sana.

Menariknya, Mas Tonny tak sepeser pun memungut biaya alias gratis. Bahkan, dia membuka lebar pintu rumahnya untuk para peserta magang dari luar daerah untuk menginap. Tertarik belajar membuat film dokumenter pada Mas Tonny? Sila kunjungi situs web rumahdokumenter.com untuk mendapatkan kontak beliau.




(dil/dil)


Hide Ads