Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar syukuran untuk gamelan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Acara tersebut akan berlangsung malam nanti.
"Sebagai kampus yang memiliki spirit pengembangan dan studi artistik, termasuk di dalamnya adalah seni gamelan, merasa perlu menginisiasi syukuran," ujar Sie Publikasi Kepanitiaan Esha Karwinarno, kepada detikJateng, Kamis (20/1/2022).
Syukuran itu berupa konser bertajuk PARAMAGANGSA: Perayaan Ditetapkannya Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelaran ini akan dihadiri sejumlah pejabat seperti Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo serta pejabat lainnya.
"Sampai saat ini Pak Gubernur masih terjadwal hadir, belum ada cancel," lanjut dia.
Konser yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gamelan ISI Solo, Jurusan Karawitan ISI Solo, bekerja sama dengan Yayasan Lintas Cakrawala Raya ini akan mulai berlangsung pada pukul 19.00-22.00 WIB.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, tema konser Paramagangsa mempunyai arti harfiah campurannya antara tembaga, timah, besi yang diolah dalam materi pembuatan gamelan.
"Tapi ini maknanya adalah kolaborasi antara semua elemen gamelan dari Indonesia untuk kemaslahatan dunia. Maka pergelaran ini kami hadirkan berbagai macam gamelan yang ada di ISI seperti gamelan sekaten, gamelan carabalen, gamelan ageng, gamelan kebyar Bali, gamelan Banyuwangi, tun'rung gandrang Makassar," urainya.
Konser ini melibatkan lebih kurang 117 mahasiswa, dosen dan alumni sebagai pengrawit.
"Dengan penerapan protokol kesehatan sesuai maklumat pemerintah dan ditayangkan pula secara live streaming di channel YouTube ISI Surakarta Official," urainya.
Terkait penetapan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 15 Desember 2021, disebut Esha memiliki arti penting bagi masyarakat gamelan di dunia. Terutama, lanjutnya, bagi masyarakat Tanah Air sebagai pewaris inti kebudayaan yang melahirkan karya seni besar berupa gamelan.
"Tidak dipungkiri bahwa pengakuan keluhuran gamelan oleh masyarakat internasional sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Secara tersirat pengakuan seperti ini telah terjadi jauh hari sebelum ketetapan WBTB dari UNESCO," katanya.
Selain itu, gamelan dari Indonesia telah banyak diapresiasi, dikagumi, dipentaskan, dipelajari, dan bahkan dikaji secara keilmuan melalui beragam riset oleh masyarakat internasional.
"Walaupun faktanya demikian, tetapi dengan adanya ketetapan dari lembaga besar masyarakat dunia seperti UNESCO, tentunya semakin mempertegas kekukuhan posisi unggul dari gamelan itu sendiri sebagai hasil olah cipta, rasa, dan karsa leluhur bangsa Indonesia," ucap Esha.
Pengukuhan ini, bisa menjadi energi baru di tengah fakta bahwa gaung bunyi gamelan yang justru terasa semakin melirih di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene adalah pewaris inti dari karya seni budaya ini.
"Diharapkan dengan adanya pengukuhan ini bisa menjadi spirit besar bagi masyarakat Indonesia untuk kembali memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap gamelan dengan senantiasa menghadirkannya dalam setiap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara," pungkasnya.
(sip/mbr)