Dampak Tarif Trump, Pengusaha Mebel dan Kayu Lirik BRICS Jadi Target Ekspor

Dampak Tarif Trump, Pengusaha Mebel dan Kayu Lirik BRICS Jadi Target Ekspor

Tara Wahyu NV - detikJateng
Minggu, 27 Apr 2025 19:51 WIB
Ketua Umum Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel), Setyo Wisnu Broto (kiri) bersama Wakil Wali Kota Solo, Minggu (27/4/2025)
Ketua Umum Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel), Setyo Wisnu Broto (kiri) bersama Wakil Wali Kota Solo, Minggu (27/4/2025). Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Solo -

Para pengusaha mebel dan kayu merasakan kebijakan tarif impor yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Amerika merupakan pasar yang cukup besar untuk produk kayu asal Indonesia.

Ketua Umum Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel), Setyo Wisnu Broto, mengatakan dengan adanya kebijakan tersebut membuat pesanan yang harus dikirim ke AS terpaksa harus ditunda. Ia mengatakan penundaan pengiriman itu dilakukan hingga bulan Juni 2025.

"Kemarin beberapa order sempat di-pending ya, diminta untuk disimpan. Donal Trump menyampaikan ada 90 hari masa negosiasi, makanya perlu dibutuhkan sekarang adalah satu kita jangan menggantungkan pada Amerika," kata Setyo di salah satu hotel di Manahan, Banjarsari, Minggu (27/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihaknya mengaku selama ini Amerika Serikat merupakan pasar yang cukup besar untuk produk kayu asal Indonesia. Setyo mengungkap nilai ekspor produk ke Amerika mencapai lebih dari USD 12,7 miliar.

"Amerika menempati salah satu pasar terbesar kami, market share mereka mendekati 30 persen. Jadi untuk kayu bukan hanya mebel kita yaitu overall total ekspor 12,7 miliar USD," bebernya.

ADVERTISEMENT

Dengan adanya tarif yang dibebankan 32 persen, pihaknya ancang-ancang mencari pasar baru di luar Amerika Serikat. Pihaknya menilai kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk masuk Brazil, Rusia, India, China, and South Africa (BRICS) juga akan dimanfaatkan untuk penetrasi pasar.

"Makanya kemarin kebijakan Presiden Prabowo untuk masuk BRICS ini akan kita manfaatkan menjadi kesempatan untuk kita coba penetrasi market," bebernya.

Ia mengatakan saat ini pengusaha mau tidak mau harus menggarap potensi negara lain selain Amerika Serikat. Beberapa negara yang dinilai potensial untuk menjadi pasar baru ekspor Indonesia, di antaranya negara-negara di kawasan Timur Tengah.

"Ada juga India juga memiliki populasi besar, China besar. Kita tetap berharap pemerintah dapat lebih melakukan langkah cerdas lagi ketika bernegosiasi dengan Amerika Serikat," jelas dia.

Diberitakan sebelumnya, Donald Trump mengenakan tarif impor 32% untuk Indonesia. Bagi Presiden Amerika Serikat (AS) itu, tarif tersebut merupakan balasan karena Indonesia juga mengenakan tarif kepada AS.

Dikutip dari detikFinance, dari situs resmi Gedung Putih, alasan pertama Trump mengenakan tarif balasan ke RI, ada kaitannya dengan tarif yang dikenakan Indonesia terhadap produk etanol asal AS, yakni 30%. Menurut Trump, tarif itu lebih besar dari yang diterapkan AS untuk produk serupa ke Indonesia yakni 2,5%.

Tak hanya itu, Trump juga menyebut soal kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diterapkan Indonesia di berbagai sektor, seperti perizinan impor hingga kebijakan pemerintah Indonesia yang mengharuskan perusahaan sumber daya alam menyimpan pendapatan ekspor dalam bentuk dolar AS di rekening dalam negeri.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads