Cerita Sukses Pak Slamet dan Guntur, Duo Selebgram Kocak Asal Semarang

Cerita Sukses Pak Slamet dan Guntur, Duo Selebgram Kocak Asal Semarang

Ardian Dwi Kurnia - detikJateng
Sabtu, 09 Nov 2024 14:31 WIB
Pak Slamet dan Guntur Rony, duo selebgram komedi asal Kota Semarang, Minggu (20/10/2024).
Pak Slamet dan Guntur Rony, duo selebgram komedi asal Kota Semarang, Minggu (20/10/2024). Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJateng
Semarang -

Berawal dari ajakan tetangga yang juga teman anaknya, Slamet Haryanto alias Pak Slamet (60) kini jadi selebgram. Komedian asal Manyaran, Kota Semarang, itu kini juga laris jadi bintang iklan.

Bagi pecinta konten humor di Instagram dan TikTok, Pak Slamet tentu sudah tak asing. Berfokus pada konten tebak-tebakan ala bapak-bapak sejak 2024, Pak Slamet dan Guntur Rony Hadiyanto (26) kini mulai menikmati hasilnya dari akun TikTok dan Instagram @gunturrony. Ini cerita mereka kepada detikJateng.

Terinspirasi Akun Meme

Guntur serius menekuni dunia kreator konten media sosial sejak Januari 2024. Awalnya dia yang bekerja sebagai videografer pernikahan itu membuat konten seputar keresahan saat melakoni pekerjaan utamanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena pertumbuhan akun media sosialnya tak signifikan, Guntur mulai mencari ide lain. Dia lalu terinspirasi membuat konten tebak-tebakan setelah melihat sebuah akun meme di Instagram.

"Waktu itu ada akun namanya Asupan Meme Komik di Instagram, kontennya tebak-tebakan bapak-bapak. Tapi dia kan bikinnya kayak tulisan gitu, terus saya kepikiran mengembangkan bentuknya video. Akhirnya saya coba DM, izin ke admin buat bikin konten yang terinspirasi dari situ lalu dibolehin," kata Guntur saat ditemui detikJateng, Minggu (20/10/2024).

ADVERTISEMENT

Awal Bergabungnya Pak Slamet

Guntur lalu mencari pemeran yang tepat untuk mengeksekusi ide kontennya. Dia kepikiran mengajak Pak Slamet, tetangga rumahnya di Jalan Borobudur Utara, Manyaran, Semarang Barat.

"Karena memang orangnya terkenal humoris di masyarakat dan aku pikir ada potensi karakternya dikembangkan. Dulu waktu remaja saya ngaji di masjid itu sering ketemu dan ngobrol, nyambung. Anaknya Pak Slamet juga teman saya," ujar Guntur.

Pak Slamet yang sehari-hari berjualan mainan di SDN 02 Manyaran itu awalnya menganggap Guntur hanya bergurau.

"Bapak-bapak kok arep dikerjani (mau dikerjain), terus ya awalnya malu-malu. Tapi terus kok ini (Guntur) ngajak terus, tak iyoni wae (saya setuju saja), coba-coba dulu," ujar Slamet.

"(Dirayu Guntur) Besok bikin kios sendiri (dari hasil ngonten)," imbuhnya.

Setelah bersepakat, Guntur langsung memulai shooting di hari yang sama, di sela Slamet sedang berjualan. Tak disangka, konten itu ditonton ratusan ribu kali oleh netizen.

"Buat konten tebak-tebakan part satu itu aku masih ingat di hari Selasa, soal mengapa dinamakan nasi goreng. Besoknya, Rabu, bikin lagi part dua soal bedanya fitnah sama fitness. Terus Pak Slamet lari (pura-pura) ketabrak motor," kenang Guntur.

"Di part dua itu mulai meledak. Aku buat konten jam 10 pagi, upload malam, besok paginya sampe 50 ribu views, malemnya kok sampe ratusan ribu. Wah ternyata formulanya di sini, ada peluang, alhamdulillah part-part berikutnya tetap stabil," sambung dia.

Fokus di Konten Komedi

Ide konten dan proses kreatif lain di balik layar untuk konten kocak mereka berdua datang dari Guntur dan tim. Slamet, si bapak-bapak lucu itu kebagian peran sebagai aktor utama.

"Sampai Juni aku direct sendiri, nganu kamera sendiri, meskipun aku perlu bantuan temen tapi yang ngarahin tetep aku. Kalau pas nggak ada orang kadang ya Pak Slamet yang jadi kameramennya," ungkap Guntur.

"Akhirnya aku menemukan teman yang bersedia membantu dari awal, sekarang jadi tim videografer dan editor saya. Dia juga yang khusus (ngedit) animasi (ala) Indosiar itu, yang cukup aneh-aneh itu. Soalnya aku sendiri nggak terlalu jago," tambahnya.

Guntur bilang, mereka fokus membuat konten tebak-tebakan di bulan pertama. Namun agar kontennya tidak monoton, dia mencoba eksplorasi gaya komedi lain.

"Selama bulan itu (Maret) fokusnya tebak-tebakan doang. Lama-kelamaan coba konten baru, seperti yang pendek-pendek misalnya Pak Slamet cuma ketawa. Buat variasi juga jadi penonton punya banyak pilihan," ucap Guntur.

Mereka tak punya jadwal pasti untuk ngonten. Sebab jadwal Guntur lumayan padat. Tapi tiap sepekan mereka bisa bikin 1-3 video komedi.

"Soalnya weekend saya biasanya ada job di wedding sama hari Kamis ngajar," ujar pria yang juga mengajar ekstrakurikuler videografi di beberapa sekolah swasta di Semarang itu.

"Daripada nganggur di rumah, cari kesibukan. Tambah semangat (kalau banyak yang nonton). Anak-anak sekolah (pembeli mainan jualannya) juga pada tahu kan, minta TikTok-nya apa gitu," timpal Slamet saat ditanya alasannya suka ngonten.

Seiring populernya konten yang mereka buat, Slamet juga mengaku senang karena dikenal banyak orang. Dia paling teringat momen saat diajak foto oleh para penggemarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Tantangan Ngonten Bersama Lansia

Ngonten dengan pria berumur 60 tahun menjadi tantangan tersendiri bagi Guntur. Saat pertama kali bikin video, Guntur bilang, Slamet masih malu-malu.

Terkadang Slamet juga sulit menghafalkan skenario konten. Selain itu, dia juga suka ketawa ngakak yang bikin durasi take konten jadi lebih lama.

"Kalau hapalin skrip lama dia, terutama ngomong Bahasa Indonesia, sulit menghafalkan dia, harus berpikir 15 kali mungkin ya. Kalau Bahasa Jawa dia los, bisa cepat. Diulang-ulang tuh (Pak Slamet) mau, cuma satu, kalau ada talent cewek. Disengaja malah, padahal dia sudah hafal teksnya," kata Guntur berkelakar.

"Tantangan selanjutnya mungkin ya kalau Pak Slamet lagi ketawa, ini di luar konten ya, aku sama videografer pasti nunggunya lama, tak tungguin sampai selesai. Tapi kendala itu nggak begitu berat dan bisa diatasi. Itu kan istilahnya juga bumbu buat shooting ya," imbuh Guntur disambut anggukan Slamet.

Selain Slamet yang suka lupa, selama proses syuting Guntur juga kadang terkendala oleh faktor eksternal. Salah satunya karena banyak anak kecil yang ikut nimbrung.

Cuan dari Endorsement

Dilihat detikJateng pada Rabu (23/10/2024), akun @gunturrony di Instagram punya 35,7 ribu pengikut, di TikTok punya 50 ribu pengikut. Guntur kini juga menerima endorsement dari berbagai merek.

"Dengan jumlah followers di akunku sekarang ini, aku ngasih rate card endorse Rp 500-750 ribu. Kalau cuma di TikTok atau Instagram aja itu Rp 500 ribu, tapi kalau dua-duanya itu yang Rp 750 ribu," terang Guntur.

"Tapi kalau owning content, kontennya di-upload di akun mereka, biasanya aku hargain sama. Misal harga Rp 500 ribu ya tambah Rp 500 ribu lagi. Kalau collab, nambah Rp100-200 ribu lah," imbuh dia.

Selain mengerjakan endorsement per video, Guntur juga menerima kontrak panjang. Dia bilang, tarifnya masih bisa dinego jika ada brand yang ingin mengontrak dalam kurun waktu dan jumlah video tertentu.

"Rata rata 5-6 endorse (yang digarap) per bulan. Itu (pendapatan kotor) sekitar Rp 3 jutaan lah kira kira," bebernya.

Selain bikin video endorsement dengan bayaran uang, dia juga menerima upah barang. Belum lama ini Guntur menerima tawaran promosi merek elektronik dan dikirimi kipas sebagai bayarannya.

Bagi Guntur, nominal tak melulu jadi patokan untuk konten endorsement di media sosialnya. Dia juga suka membantu promosikan UMKM yang membutuhkan.

"Aku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan nominal sebenarnya, cuma aku ngasih harga sewajarnya dan tidak menjatuhkan konten-konten yang lain. Aku (juga) pengin bantu UMKM yang benar-benar membutuhkan. Mereka ndak usah bayar, bayar berapapun boleh selagi di Semarang. Tinggal disiapkan aja bahan apa yang perlu di-publish," ungkap Guntur.

"Sudah (pernah mempromosikan UMKM) nasi goreng dan penyetan. Ini masih progres ada pijat sama lomba cupang," tambahnya.

Senada dengan Guntur, Slamet juga mengaku tak terlalu pusing dengan duit yang didapat dari ngonten. Namun jika dapat endorsement, dia biasanya akan memberikan uang itu ke istrinya.

"Terutama ya buat ngasih istri, terus beli celana, beli sepatu. Biar (saat) masuk konten bajunya nggak itu terus, celananya itu terus," pungkas Slamet sambil tertawa.

Artikel ini ditulis Ardian Dwi Kurnia peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(dil/afn)


Hide Ads