Kemarau Tiba, Kawanan Monyet Ekor Panjang Kembali Serang Lahan Petani Magelang

Kemarau Tiba, Kawanan Monyet Ekor Panjang Kembali Serang Lahan Petani Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 04 Sep 2024 19:49 WIB
Seorang petani di Magelang memasang jaring untuk menghalau serangan kawanan monyet ekor panjang.
Seorang petani di Magelang memasang jaring untuk menghalau serangan kawanan monyet ekor panjang.Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Kawanan monyet ekor panjang kembali menyerang tanaman dan hasil panen milik petani Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Serangan monyet ekor panjang memang selalu terjadi saat musim kemarau tiba.

Diketahui, Dusun Ngargosari lokasinya tepat berada di Perbukitan Menoreh atau persis di bawah Watu Putih yang dipercaya warga sebagai tempat persembunyian koloni monyet ekor panjang. Kepala Dusun Ngargosari, Lilik Priyono mengungkapkan kawanan monyet memakan tanaman maupun rumput pakan ternak milik warga sejak awal bulan Agustus 2024.

Menurutnya, monyet ekor panjang lantaran makanan mereka habis lantaran Perbukitan Manoreh sudah mulai kering. Hal itu juga pernah dibuktikan langsung oleh Lilik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pernah sampai survei di atas (Perbukitan Menoreh), memang untuk kebutuhan pangan di atas untuk monyet kurang. Dari mulai bulan Agustus awal, mulai turun mencari makan di bawah, di lahan pertanian masyarakat," kata Kepala Dusun Ngargosari, Lilik Priyono kepada detikJateng di Dusun Ngargosari, Rabu (4/9/2024).

"Gimana lagi, kita harus tetap waspada, kita tetap jaga. Mungkin, kita memasang jaring di lahan pertanian. Daripada nggak dikasih apa-apa, mungkin bisa jaring itu efektif daripada bau-bauan atau apa itu. Tapi lebih efektif jaring, meskipun nggak tinggi, 1 meter atau berapa itu bisa menghalau monyet," sambung Lilik.

ADVERTISEMENT

Turun di Siang Hari

Lebih lanjut, Lilik mengatakan kawanan monyet itu selalu turun pada siang hari, sekitar pukul 11.00 WIB. Saat turun, jumlahnya bisa puluhan hingga ratusan, dari ukuran besar dan kecil.

Saat turun, kawanan monyet ekor panjang akan langsung menuju lahan pertanian. Setelah mendapatkan makanan, kawanan itu Kembali naik.

Biasanya, kawanan itu memakan buah pepaya, namun jika usia tanaman masih kecil mereka hanya akan memakan daunnya. Selain itu, mereka juga mulai memakan rumput untuk pakan ternak warga.

"Hampir 50-70 ekor, besar kecil jadi satu. Dalam satu koloni, paling jantan, betina kurang lebih hampir 25, yang lain masih kecil-kecil mungkin baru 1-2 bulan. (Dimakan) Pepaya. Paling cepet ada jagung, singkong, paling lahap. Kemudian, tanaman seperti kolonjono (pakan ternak) batang yang masih muda, paling bawah. Jadi mati. petani yang punya hewan ternak juga susah. Dibawa pulang saja, hewan (ternak) tidak doyan," ujar Lilik.

Upaya Petani

Kini, para petani hanya bisa berupaya dengan memasang jaring. Namun, cara itu juga tak selalu efektif lantaran kawanan monyet disebut cukup pindah beradaptasi di berbagai situasi.

"(Selain jaring) Dari pemerintah menganjurkan tulang belulang karena menghasilkan bau yang menyengat. Dipasang di pepohonan, pernah dilakukan. Pakai kapur barus, pakai plastic," kata Lilik.

"Tapi kurang efektif, mungkin satu kali, dua kali kena itu, dia (monyet) pergi. Untuk monyet ekor panjang, menyesuaikan dengan lingkungan beradaptasinya sangat cepat. Dari sini misal dipasang apa, itu dia akan pindah ke sini. Dia tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi ke daerah sini. Kalau baunya sudah tidak menyengat, nanti pindah lagi ke tempat awal," lanjutnya.

Bahkan, sebut Lilik, mereka sempat mendatangkan pawang dari Suku Badui pada tahun 2000-an. Pawang didatangkan untuk menangkap kawanan monyet tersebut.

"Suku Badui pernah ke sini. Tahun 2000-an pernah ke sini dapat banyak. Itu cuma pakai suling, datang sendiri. Tinggal pasang jaring, sudah masuk ke jaring sendiri. 2 hari disini, pertama dapat 50 ekor. Hari kedua (dapat) sekitar 30," ceritanya.

Berlangsung 7 Tahun

Lilik mengatakan serangan monyet ekor panjang itu sudah terjadi selama 7 tahun.

"(Serangan monyet) Mungkin (sudah) sekitar 7 tahun," kata Lilik.

Namun sejauh ini tidak ada warga yang diserang secara langsung oleh kawanan monyet. Jika berpapasan dengan orang terlebih membawa senapan monyet ekor panjang takut.

"Walaupun senapannya nggak dibunyikan, cuma ditenteng, itu sudah takut. Saya pernah nyoba di sini. Karena bapak saya punya lahan. Waktu itu, kita mau tanam untuk kacang tanah. Saya cuma pakai batang ketela (menyerupai senapan), biar dia ngiranya senapan, tapi nggak takut. Sebenarnya saya bawa (senapan), tapi tak taruh di rumah. Saya ambil senapan beneran dan dia langsung tahu (pergi)," katanya.

Baca artikel selengkapnya di halaman berikut ini.

Sementara itu seorang warga, Karomah (51) mengatakan dirinya terkadang mendengar suara monyet ekor panjang saat berkelahi. Menurutnya Ketika turun, jumlah kawanan mencapai ratusan.

"Kalau datang arahnya ada dari sisi timur atau sebaliknya gonta-ganti. Sebelum Agustus, sudah turun monyetnya," kata Karomah yang rumahnya berada di paling atas Dusun Ngargosari, Rabu (4/9/2024).

"Suaranya teng bleker (suara keras bersahutan) kayak orang berkelahi. Kalau sama perempuan, monyet nggak takut," lanjutnya.

Seorang warga lain bernama Marsidi (50), mengaku lahannya aman dari serangan monyet. Dirinya mengatakan sempat memasang jaring di sekeliling kebun Pepaya miliknya.

"Ini pasang jaring pertama menghalau ayam karena dekat dengan perkampungan. Kedua, untuk menghalau monyet. Sebelumnya saya tanami pepaya, nanti rencana tanam cabai," kata dia.

Respons Dinas Pertanian

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan, mengatakan monyet memang turun untuk mencari makan. Sehingga menurutnya harus ada populasi tanaman yang bisa menghasilkan buah.

"Di atas harus ada populasi tanaman yang bisa menghasilkan buah dan bisa dimakan. Selama ketersediaan pangan nggak ada seterusnya berburu makanan (turun)," kata Romza.

"Imbauan kami tanam tanaman buah yang bisa dimakan (monyet). Coba bisa (berkoordinasi) dengan DLH punya stok tanaman-tanaman atau bisa kerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi," lanjutnya.

Upaya DLH

Sedangkan menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang, Sarifudin, upaya penanaman buah sempa dilakukan. Penanaman dilakukan di lereng Menoreh wilayah Majaksingi, Giritengah dan Giripurno wilayah Kecamatan Borobudur.

"Seingat saya di Majaksingi, Giritengah dan Giripurno. Penanaman bibit durian, alpukat dan lain-lainnya. Kira-kira 2 tahun lalu," kata Sarifudin.

Halaman 2 dari 2
(cln/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads