Jangan pernah remehkan generasi Z (Gen Z) yang kerjaannya hanya jalan-jalan dan seolah tak punya pekerjaan tetap. Bisa jadi mereka memiliki penghasilan di atas orang kantoran.
Dua di antaranya ialah Andini Anastasia dan Kristianto, pehobi fotografi yang kini sukses jadi kreator konten lokal di Solo Raya.
Berikut kisah dua konten kreator yang sama-sama masih lajang itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal Jadi Konten Kreator
Sebagai putri dari seorang ayah yang bekerja sebagai fotografer dan videographer, Andini Anastasia alias Caca (23) sudah akrab dengan kamera sejak kecil. Warga asli Kota Tegal, Jawa Tengah, ini aktif membagikan hasil jepretannya lewat akun Instagram @andinianastasiaa sejak 2016.
Seiring waktu berjalan, Caca yang hingga kini masih ngekos di Solo mulai berkecimpung di industri kreatif melalui program campus ambassador. Dia juga sering ikut lomba fotografi dan videografi bermodalkan handphone.
![]() |
Setelah lulus kuliah di S1 Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Caca sempat bekerja sebagai kreator konten TikTok untuk salah satu merek produk kecantikan selama enam bulan. Setelah itu dia memutuskan fokus mengelola akun media sosialnya sendiri.
"Dulu di kantor itu aku merasa growth-ku kurang. Kok gini-gini aja, belum bisa berkembang dan aku ngerasa kalau misalnya fokus ke akun sendiri justru lebih bisa improve. Akhirnya ya udah aku resign. Sekarang udah full time konten kreator," kata Caca saat ditemui di Solo pada Kamis (13/6/2024).
Sama seperti Caca, Kristianto (33) yang akrab disapa Jali, warga Kabupaten Boyolali, juga menekuni fotografi sejak sekolah hingga kuliah. Lulusan D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma ini juga tetap gemar memotret saat masih bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik tekstil.
![]() |
Saat ditemui pada Rabu (12/6/2024), Jali bercerita dirinya dulu beberapa kali menjuarai lomba fotografi bermodal kamera ponsel. Pemilik akun Instagram @jalikarta ini aktif mengunggah hasil jepretannya sejak 2018.
Sejak 2020, dia mulai memproduksi konten video reels bertema traveling dan seputar wisata di Solo. Meski awalnya hanya iseng, akun @jalikarta yang awalnya hanya memiliki seribuan follower itu sudah dilirik sejumlah pemilik brand. Kini jumlah followernya telah mencapai 13 ribuan.
Akun Instagram Jali mulai menemukan 'momentumnya' setelah mengunggah konten video Umbul Ingas di Klaten. Konten itu banyak ditonton netizen, hingga tembus 4,1 juta views, 78 ribu tanda suka (like) dan seribuan komentar.
Begitu juga Caca. Setelah jatuh bangun mencoba beberapa macam tema, pilihan Caca kini jatuh pada tema traveling, kuliner, dan gaya hidup (lifestyle) untuk konten-konten komersilnya.
"Wajar banget buat konten kreator awal-awal (ganti-ganti tema). Karena pasti kita kan cari tahu, kira-kira works-nya dimana gitu," ujar Caca.
Akun Instagram @andinianastasiaa menemukan 'momentumnya' saat konten pertamanya tentang kuliner hidden gems di Solo sempat viral pada akhir 2022. Konten yang awalnya hanya ditonton sekitar 10 ribu kali itu kini telah dilihat lebih dari 300 ribu kali dan mendapat 15 ribu tanda suka (like).
"Itu konten pertamaku (konten kuliner) yang views-nya tembus di atas 10 ribu. Sebelumnya sudah banyak ngonten, tapi views-nya mentok 3-4 ribu gitu," ungkap Caca yang kini memiliki 24 ribu followers.
Cara Konten Kreator Dapat Cuan
Menurut Caca dan Jali, penghasilan utama sebagian konten kreator berasal dari berbagai bentuk kerja sama, mulai dari campaign, endorse, affiliate, hingga sponsor.
Ketika awal merintis karier sebagai konten kreator, Caca memanfaatkan aplikasi Partipost untuk mencari brand yang menawarkan campaign. Partipost ialah platform penyedia campaign media sosial yang menghubungkan brand dengan penyedia jasa (konten kreator).
"Aku juga apply di aplikasi Partipost, penyedia campaign media sosial. Di situ ada campaign brand-brand, kita bisa apply," jelas Caca. Dari platform tersebut, Caca mulai mendapat kerja sama pertamanya.
Sementara itu Jali mengaku pertama kali mendapat tawaran konten endorse dari Pesona Indonesia pada awal 2021.
Tentang tips jadi konten kreator di halaman selanjutnya.
"Aku dulu diajak kerja sama ke Banyuwangi untuk mempromosikan salah satu wisata prioritas di Indonesia. Jadi wisata prioritas pas COVID-19 kan salah satunya ada di Banyuwangi. Dari situ aku mikir kayanya bener-bener harus aku seriusin. Kontennya harus aku pertimbangin lagi," kata Kristianto.
Seiring berjalannya waktu, karier Jali dalam industri kreatif bisa dikatakan mulai berkembang. Beberapa tawaran dari berbagai brand hingga dari lembaga pemerintahan masuk ke akun Instagramnya.
"Mereka bilang 'Kak aku butuh konten tentang ini, apakah ada ide?'. Kalau aku sudah kasih ide dan juga sudah disetujui, akhirnya baru eksekusi. Dikasih pendanaan dari situ juga. Di campaign itu ide dari saya, jadi dari mereka cuma nentuin tema aja," ujar dia.
Berbagai brand besar seperti aplikasi ojek daring, perusahaan BUMN hingga kementerian pernah dia garap. Tiap mengerjakan satu konten itu Jali bisa mendapat cuan ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Jali juga mengaku pernah mendapat bayaran hingga puluhan juta rupiah saat menggarap suatu projek tentang toleransi beragama di Kota Solo. Projek tersebut berupa kunjungan ke tempat-tempat ibadah yang bersejarah di Solo, seperti Gereja Katolik St Antonius Purbayan, Vihara Alokitesvara, dan Masjid Agung Surakarta.
"Aku pernah dipercaya buat projek itu, bikin tiga konten tentang toleransi beragama dan di situ fee-nya nggak nyangka segede itu, puluhan (juta) lah dari tiga konten itu," ungkapnya.
Jali kini juga aktif menjalin kolaborasi sebagai salah satu upaya memperluas jangkauan. Kolaborasi tersebut dilakukan dengan sesama konten kreator untuk membuat konten bersama.
"Kenalan kebanyakan dari media sosial dan emang sering sih collab-collab gitu sama beberapa akun, sama beberapa teman, agar pesan dan jangkauannya itu lebih luas," kata dia.
Begitu pula Caca. Setelah bersabar menggarap projek-projek kecil di awal kariernya, lambat laun dia juga mendapatkan tawaran kerja sama dari salah satu brand produk kendaraan bermotor. Konten dari kerja sama itu dihargai dengan upah yang dia sebut 'menyaingi UMR Jakarta'.
Caca juga menceritakan pengalamannya selama dua hari menjadi ikon brand tersebut dan juga ikut serta dalam kegiatan explore Kota Solo.
"Ada sih proyek yang paling besar, itu seprojek sampe 6-7 jutaan rupiah, aku jadi KOL (Key Opinion Leader) brand kendaraan bermotor. Jadi mereka pernah bikin explore Solo gitu, jalan-jalan untuk campaign mereka, terus aku jadi kayak salah satu ikonnya mereka," kata Caca.
"Jadi ya itu lumayan (jadi kreator konten), kalau rata-rata standar per bulan yang sudah pasti itu Rp 4-5 juta," sambungnya.
Tips Jadi Konten Kreator
Berada di zona nyaman sebagai kreator konten saat ini tentu bukanlah suatu proses yang instan buat Caca dan Jali. Banyak lika-liku yang mereka hadapi, mulai dari algoritma Instagram yang berubah-ubah hingga views konten yang stagnan.
Caca tak menampik bahwa hal itu sesekali membuat dirinya burnout. "Misal aku udah upload ngonten seminggu terus yang aku upload nggak ada yang fyp, aku stress harus ngapain," ucap Caca.
Perubahan tren yang cepat juga menjadi tantangan tersendiri bagi konten kreator. Jali bilang, dalam prosesnya dia harus terus belajar bagaimana mengemas konten agar menarik dan berpengaruh.
"Emang gampang banget sih jadi konten kreator itu, kan tinggal bikin aja foto atau video di-upload, dah itu jadi konten. Tapi kan jadi konten kreator juga tentang bagaimana kita mengemas konten itu menjadi lebih menarik, lebih berisi, semakin meng-influence. Kita perlu belajarnya di situ," kata Jali.
Menurut Jali, konten kreator juga harus siap menerima respons positif dan negatif terkait kontennya. Soal banyaknya konten kreator baru yang bermunculan bagi Caca dan Jali, itu bukanlah masalah. Mereka bilang siapa saja bisa menjadi konten kreator.
Berdasarkan pengalaman keduanya, membuat konten sesuai minat dan hobi menjadi salah satu cara yang efektif. Meski begitu, Caca mengingatkan pentingnya menetapkan tujuan awal yang sesuai dengan jati diri dalam menjadi konten kreator.
"Karena kalau ngikutin orang lain itu jalannya bakal draining banget, capek. Untuk konsistennya bakal berat banget, karena kamu bukan jadi diri sendiri," kata Caca.
'Mulai saja dulu' adalah tips yang dibagikan Caca untuk Gen Z yang ingin menjadi konten kreator. Banyak hal-hal yang hanya dapat dipelajari setelah memulai proses merintis.
"Mulai dulu, nanti bisa tahu kaya apa sih yang bisa di-improve, apa sih yang salah, dan apa sih yang sebenarnya works di kamu," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Jali. "Nggak perlu nunggu followers banyak, nggak perlu nunggu fyp untuk membuat konten, yang penting mulai aja dulu, ntar lama-lama kita akan terbiasa kok," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Insi Faiqoh, Syifa'ul Husna, Roosita Afrilia, Nindasari, dan Herlin Pratiwi peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.