Ngopi Sambil Berburu Buku Bekas Murah di Cafe Bukuku Lawas Solo

Ngopi Sambil Berburu Buku Bekas Murah di Cafe Bukuku Lawas Solo

Herlin Pratiwi, Naufal Adam - detikJateng
Minggu, 05 Mei 2024 23:20 WIB
Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024).
Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024). Foto: dok. Naufal Adam
Solo -

Bagi para pecinta buku dan kopi, Cafe Bukuku Lawas Solo merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi. Tak hanya bisa dibaca di tempat sambil ngopi, buku-buku bekas di kafe ini juga bisa diborong. Harganya murah meriah.

Cafe Bukuku Lawas lokasinya dekat kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Alamat tepatnya di Jalan Guruh No 26, RT 01, Ngasinan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.

Kafe yang menempati bangunan pendopo ini menawarkan suasana yang nyaman dan tenang untuk membaca buku dan menyeruput kopi. Begitu masuk ke dalam kafe, pengunjung langsung disambut harumnya biji kopi segar serta rak-rak tinggi penuh buku dari berbagai genre.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024).Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024). Foto: dok. Naufal Adam

Selain menyajikan beragam olahan kopi, mulai dari espresso, tubruk, dan cappuccino, kafe ini juga menyediakan minuman coklat, teh, dan lain-lain. Adapun makanannya mulai dari kentang goreng, mi rebus, hingga nasi ayam.

Terdapat delapan rak buku yang isinya beragam, dari fiksi, ilmu pengetahuan umum, sejarah, dan lain-lain. Kafe ini juga menjual koleksi kaset pita jadul.

ADVERTISEMENT

"Bukunya dijual semua. Harganya mulai Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu. Semuanya buku bekas," ujar Sigit (38), pemilik Cafe Bukuku Lawas saat ditemui pada Rabu (24/4/2024).

Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024).Cafe Bukuku Lawas Solo, Rabu (24/4/2024). Foto: dok. Naufal Adam

Sigit pada dasarnya adalah pedagang buku bekas. Tak sekadar cari cuan, dia juga ingin koleksi bukunya bermanfaat bagi orang lain dengan membuka akses baca gratis. Maka itu, pada 26 Februari 2018, dia mulai merintis kafe berkonsep bookshop.

"Aku lulus dari ISI Solo lanjut ke ISI Jogja. Di tengah jalan, singkat ceritanya aku nggak punya duit, terus aku ngedoli (menjual) bukuku," kata Sigit yang mengaku gemar membeli buku sejak kuliah S1, Rabu (24/4).

"Dulu beli cuma buat kebutuhan visual aja. Aku punya rak, dikasih buku dilihat kok bagus. Apik neh nek kebak (lebih bagus kalau penuh). Akhirnya saat di pameran buku itu bukan beli buku yang sesuai selera, tapi piye carane duit sitik mlebu akeh (tapi bagaimana caranya uang sedikit dapat buku banyak)," sambung dia.

Setelah kehabisan biaya saat menempuh S2 di ISI Jogja, Sigit akhirnya mulai menjual buku-buku koleksinya. "Semester dua itu nggak bisa bayar, aku jualan buku," ungkap alumnus S2 Kriya Seni ISI Jogja itu.

Sigit menjual buku koleksinya lewat media sosial. Hasilnya, dia bisa membayar uang kuliah hingga menyelesaikan tugas akhir. Kini, koleksi buku Sigit semakin banyak karena hobinya membeli buku tak terbendung. Dia memperkirakan total koleksinya ada sekitar 6-7 ribu buku.

Kafe milik Sigit ini buka setiap hari mulai pukul tiga sore hingga tengah malam. Kafe ini juga menyediakan wifi, colokan listrik.

Salah satu pengunjung, Akmal, mengaku nyaman membaca buku di Cafe Bukuku Lawas. "Tempatnya jauh dari jalan raya, nggak bising. Kalau mau self healing kita baca buku juga bisa," kata Akmal.

Artikel ditulis oleh Naufal Adam dan Herlin Pratiwi, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka detikcom.




(dil/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads