Di Desa Bakaran Wetan Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, terdapat sebuah museum batik tulis. Museum itu pun menjadi wisata edukasi sekaligus penggerak ekonomi kerakyatan bagi warga setempat.
Pantauan detikJateng, museum itu bernama Museum Batik Bakaran Sudewi. Museum tersebut berada di pinggir jalan Desa Bakaran Wetan. Lokasinya terbilang cukup mudah ditemui.
Di dalam museum terdapat ratusan koleksi batik tulis khas Desa Bakaran. Seperti motif mina tani, magel ati, padas gempal, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Museum yang diresmikan pada awal tahun 2023 silam itu juga menyimpan koleksi peralatan untuk membatik tulis. Tak hanya itu juga dijelaskan sejarah batik tulis yang sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Museum itu juga menyimpan ratusan koleksi para perajin batik tulis yang ada di Bakaran. Batik itu bisa dibeli bagi warga atau pengunjung yang datang.
Pengelola Museum Batik Bakaran Sudewi Sutiyani mengatakan museum tersebut buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB. Wisatawan yang datang bisa melihat berbagai macam model batik tulis khas Bakaran Pati.
"Koleksinya ada alat membatik, terus jenis-jenis motif batik tulis, hingga proses pembuatan batik tulis Bakaran," jelas Sutiyani kepada detikJateng saat ditemui di lokasi, Sabtu (16/3/2024).
Dia menyebut pengunjung museum biasanya para siswa sekolah dasar (SD) dan taman kanak-kanan (TK). Pihak museum juga menyediakan aktivitas belajar membatik tulis yang dikelola oleh pemerintah desa setempat itu.
"Wisata edukasi anak TK, lalu anak SD, mereka diajari membatik taplak meja," jelasnya.
Dia menerangkan ada hasil batik tulis buatan perajin Bakaran yang dipajang di museum. Menurutnya, batik tulis itu bisa dibeli wisatawan dengan harga mulai Rp 140 ribu-800 ribu.
Dia memerinci batik tulis sarung dijual mulai dari Rp 100 ribu, tergantung dengan model dan motif batik tulis. Dia mengungkap proses membatik tulis membutuhkan berhari-hari untuk menghasilkan satu karya.
"Di sini ada 13 perajin, Bakaran Wetan 7 perajin, Bakaran Kulon 6 perajin. Harganya mulai Rp 140 ribu sampai Rp 800 ribu, kalau sarung Rp 100 sampai Rp 600 ribu," jelasnya.
Menurutnya, motif batik yang paling laris diburu wisatawan yakni motif Sido Mulyo. Dia memperkirakan akan ada peningkatan pembeli selama bulan Ramadan ini.
"Pembeli luar kota daerah, saat ini Bulan Ramadan diperkirakan akan mengalami peningkatan, kalau kemarin sebulan rata-rata 100 pcs kain batik tulis terjual," jelasnya.
![]() |
Diusulkan Jadi Desa Brilian
Sementara itu, Kepala Unit BRI Juwana Erwin Baharudin mengaku sedang mengusulkan Desa Bakaran Wetan dalam ajang Desa Brilian. Sebab, Desa Bakaran Wetan dinilai memiliki potensi batik.
"Melalui Bumdes dibangunlah Museum Batik Bakaran yang bertujuan mempromosikan hasil batik dari para perajin Batik di Bakaran wetan dan Bakaran Kulon. Serta melestarikan salah satu warisan budaya asli Indonesia yaitu batik. Atas dasar tersebut maka BRI Juwana 1 memilih Desa Bakaran Wetan untuk mewakili dalam ajang Desa Brilian," jelas Erwin kepada detikJateng.
Menurutnya, adanya usulan tersebut berarti pihaknya memberikan bantuan kebutuhan perbankan bagi masyarakat. Pihak bank juga memberikan dukungan untuk memasang QRIS di museum untuk mempermudah transaksi secara digital.
"Selain itu, semua pelaku usaha di Desa Bakaran Wetan juga kita support agar bisa mengembangkan usahanya dengan baik. Komunikasi intens, kolaborasi, serta sinergi BRI Juwana 1 dengan Pemdes Bakaran Wetan juga terus dilakukan secara berkesinambungan," kata Erwin.
"Setelah Lolos sebagai desa brilian, diharapkan Desa Bakaran Wetan akan lebih maju dan berkembang , serta seluruh elemen masyarakat semakin sukses dan usahanya lancar. Pembentukan ekosistem dan kluster di desa Bakaran Wetan juga pasti akan lebih optimal," pungkas Erwin.
(ams/ams)