Lebih jauh Andri menjelaskan, dari sembilan desa yang terdampak pembangunan Bendungan Bener, hanya Wadas yang untuk pembayaran UGR hingga kini masih belum selesai 100 persen. Adapun delapan desa lainnya sudah selesai 100 persen.
"Desa Wadas sendiri dari 769 bidang itu sudah 652 selesai atau sekitar 84,78 persen. Delapan desa sudah 100 persen clear and clean. Tinggal Wadas ini yang sudah 652 bidang, tinggal sisanya 117 kita berharap nanti yang kesempatan kedua," pungkasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Diketahui, Bendungan Bener digadang-gadang bakal menjadi bendungan tertinggi di Indonesia dengan ketinggian sekitar 159 meter, panjang timbunan 543 meter, dan lebar bawah sekitar 290 meter. Realisasi megaproyek tersebut menelan APBN sekitar Rp 4 triliun.
Pembangunan bendungan tersebut membutuhkan sedikitnya 590 hektare lahan milik warga dari delapan desa. Enam desa di antaranya dari Kecamatan Bener yang meliputi Nglaris, Limbangan, Guntur, Karangsari, Kedung Loteng, dan Bener. Dua desa lainnya dari Kecamatan Gebang, yaitu Desa Kemiri dan Redin. Sementara Desa Wadas terdampak karena jadi lokasi kuari pembangunan bendungan.
(apl/ahr)