Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengecek kesiapan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo, Kota Solo. Sejumlah kendala masih ditemukan, meski PLTSa dianggap sudah siap beroperasi dan menghasilkan listrik.
Moeldoko mengatakan tinjauannya ke PLTSa Putri Cempo dalam rangka tugas pengawasan KSP terhadap Program Strategis Nasional (PSN). Moeldoko menyebut Indonesia tengah mengembangkan 12 pengolahan sampah di 12 kabupaten/kota.
"Kita mau lihat karena sebentar lagi mau beroperasi. Tapi masih ada kendala-kendala. kendala pertama ini belum lolos uji Sertifikasi Layak Operasi (SLO), karena ada persoalan yang sangat teknikal," kata Moeldoko kepada awak media, Sabtu (15/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut PLTSa Putri Cempo tak menggunakan sistem pembakaran, sehingga tidak menghasilkan emisi. Sebab, sampah diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan gas. Dari gas tersebut dibawa ke mesin generator sehingga menghasilkan listrik.
Terkait SLO ini, lanjut Moeldoko, pihaknya akan membicarakan dengan Kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kementerian ESDM untuk mencari solusi. Sebab, dia menilai konsep PLTSa Putri Cempo sudah ramah lingkungan, karena tidak mengeluarkan emisi.
![]() |
"SLO dari ESDM nanti rapat harus ada solusi. Kasihan ini, beliau sudah menghasilkan listrik, tapi belum bisa jualan. Harus dijamin dong investasi, kalau investor nggak ada jaminan, kasihan nanti. Ini dalam rangka secepatnya bisa rilis resmi," ujarnya.
PLTSa Putri Cempo sendiri ditargetkan bisa beroperasi secara penuh pada akhir 2022 lalu. Rencana itu berubah karena sejumlah aturan dalam proses jual beli listrik tersebut salah satunya dalam penerbitan SLO sebelum jual beli dilakukan.
Proses commissioning untuk menerbitkan SLO pun telah dilakukan sejak akhir 2022 dan diharapkan rampung 2023 ini.
Permasalahan kedua yang ditemukan adalah luasan lahan. PLTSa Putri Cempo memerlukan lahan seluas 2 hektare, namun baru terpenuhi 1,5 hektare.
"Sebenarnya hanya perlu luas, lahannya sudah ada. Tinggal proses memindahkan sampah itu untuk proses seleksi. Tapi di sisi lain perlu ada akses keluar masuk kendaraan agar lebih aman, sehingga perlu ada pelebaran jalan. Juga perlu kita komunikasikan dengan Kementerian PUPR, selain ada KLHK, dan ESDM," ucapnya.
Secara keseluruhan, PLTSa Putri Cempo sudah siap 97,5 persen. Moeldoko mengatakan perlu ada sinkronisasi agar PLTSa ini bisa siap 100 persen.
"Oktober ya. Secepatnya kita selesaikan yang 2,5 persen ini," ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
PLTSa Putri Cempo sendiri dikelola oleh PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP). Menurut Direktur Utama (Dirut) SCMPP Elan Syuherlan, ada 10 mesin yang sudah diujicoba dari 20 mesin yang ada. Ditargetkan proses ujicoba semua mesin selesai pada pertengahan Agustus nanti.
Nilai investasi PLTSa Putri Cempo sebesar Rp 300 miliar. Dari bulan Desember 2022 sebenarnya sudah dioperasikan, dengan bisa mengekspor 60 Megawatt ke PLN.
"Dalam satu jam, kita bisa menghasilkan listrik kira-kira 8 megawatt," kata Elan.
Dia mengatakan, PLTSa Putri Cempo membutuhkan 550 ton sampah per hari yang diolah. Rata-rata sampah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo sebanyak 350 ton. Kekurangan akan diambilkan sampah lama yang sudah ada.
Saat ini, TPA Putri menyimpan 1,6 juta ton sampah. Dengan operasi penuh PLTSa Putri Cempo, diharapkan tumpukan sampah bisa dihilangkan.
"Suatu saat sampah disini akan habis. Nanti Pemkot Solo akan kerjasama dengan kabupaten sekitar untuk impor sampah kesini. Yang bisa digunakan sampah kota, bukan sampah medis dan industri," pungkasnya.
Simak Video "Video: Jokowi Curiga Ada Agenda Besar Politik di Balik Isu Ijazah-Pemakzulan"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)