Sejumlah pedagang hewan kurban khususnya sapi di Kabupaten Bantul mengaku membatasi penjualan untuk mengantisipasi penyakit mulut dan kaki (PMK) dan lumpy skin disease (LSD). Selain itu, stok hewan kurban di Bantul tidak mencukupi sehingga pedagang harus mengambil dari luar Bantul.
Salah satu penjual sapi di Jogonalan Lor, Kalurahan Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Ahmad Suwardi mengatakan tahun ini maksimal hanya menjual puluhan ekor sapi. Padahal tahun-tahun Suwardi mampu menjual ratusan ekor sapi.
"Kalau masalah saya jual hampir sama, tapi saat ini saya standar maksimal hanya 70 ekor. Lebih dari itu tidak berani, karena lihat situasi dan kondisi pasca-PMK dan LSD. Alhamdulillah 70 ekor sapi itu sudah laku semua," kata Ahmad saat ditemui wartawan di Bantul, Senin (19/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk harga sapi, Suwardi menyebut kisaran Rp 16 juta hingga Rp 27,7 juta. Selain itu, perawatannya juga terbilang ekstra karena harus menyiapkan sanitasi, imunisasi sapi sampai penyemprotan obat serangga biar tidak ada lalat dan nyamuk yang menghinggapi sapi.
"Dan untuk sapi-sapi ini saya ambil dari daerah Rongkop (Gunungkidul). Kalau pembeli kebanyakan dari Bantul, Purworejo, Sleman, hingga Kota Jogja," ujarnya.
Penjualan Menurun
Penjual sapi di Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul yakni Ahmad Suroyo mengaku penjualan sapi di tempatnya mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Mengingat tahun lalu Suroyo mampu menjual 157 ekor sapi.
"Dibanding dengan yang lalu ada penurunan. Saat ini di kandang ada 147 ekor sapi, kemarin (tahun lalu) 157 ekor sapi. Nah, 147 itu saja yang belum laku 11 ekor," ucapnya.
Penurunan tersebut menurutnya bukan karena isu PMK dan LSD, Suroyo menyebut lebih kepada daya beli masyarakat. Mengingat harga sapi mengalami kenaikan karena banyaknya permintaan.
"Untuk harga sapi Rp 20-28 juta, kenaikan harga sekitar Rp 1 jutaan itu. Tapi meski naik tidak menurunkan daya jual ya," ujarnya.
![]() |
Menurutnya, kenaikan harga itu juga karena pedagang harus mendatangkan sapi dari luar Bantul. Sedangkan untuk pembeli, Suroyo mengaku kebanyakan dari Kota Jogja, Temanggung dan Kebumen.
"Kalau sapi ambil dari Rongkop Gunungkidul, karena stok sapi di Bantul kan tidak cukup," katanya.
Permintaan Kambing Meningkat
Melonjaknya harga sapi ternyata menjadi berkah untuk pedagang kambing di Tegal Senggotan yakni Setyono. Pasalnya terjadi peningkatan untuk penjualan kambing kurban tahun ini.
"Peningkatan ada. Kalau penyebabnya ya salah satunya itu (karena harga sapi naik). Untuk harga kambing di tempat saya Rp 2-6 juta, itu padahal sudah naik sekitar Rp 200-300 ribu per ekor," ucapnya.
Akan tetapi, Setyono mengaku penjualan tahun ini belum bisa menyamai tahun lalu. Menurutnya, hal itu karena masih menyisakan 9 hari sebelum Idul Adha
"Total kambing sekitar 600an dan sudah terjual 500 ekor. Padahal tahun lalu 700 ekor terjual," katanya.
![]() |
Di sisi lain, Setyono mengungkapkan kenaikan harga kambing salah satunya karena harus mendatangkan dari luar Bantul.
"Ini (kambing-kambing) dari luar Bantul, seperti dari Sleman karena di Bantul itu kekurangan kambing," ujarnya.
Baca penjelasan dinas di halaman selanjutnya....
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul Joko Waluyo mengakui jika populasi sapi di Bantul memang mengalami kekurangan. Hal itu membuat para pedagang mau tidak mau mendatangkan sapi kurban dari luar Bantul.
"Karena ternak-ternak di Bantul itu dari luar semua. Kenapa? Karena dari populasi sekitar 70 ribu lebih itu di Bantul polanya pembibitan, sehingga ternak pejantan kita populasinya kurang," ujarnya.
"Apalagi di Bantul itu pedhet (anak sapi) umur 5-6 bulan dijual, petani rata-rata hanya memelihara ternak betina dengan 1-2 ekor. Makanya untuk memenuhi hewan kurban itu mendatangkan dari luar Bantul," lanjut Joko.
Terkait kenaikan harga hewan kurban khususnya sapi, Joko mengaku memang ada. Bahkan Joko menyebut tahun ini ada penurunan terkait pembelian sapi kurban.
"Kalau harga ada kenaikan, kambing ada peningkatan Rp 500-700 ribu, untuk sapi antara Rp 1-1,5 juta dan itu wajar karena banyaknya permintaan," ucapnya.
"Dan memang karena itu banyak yang beralih ke kambing, domba. Karena tahun kemarin sapi hampir 7 ribu, kambing domba hampir 16 ribu tapi tahun ini kami prediksi terjadi penurunan untuk sapi," imbuh Joko.