Warga Dusun Sidodadi, Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Klaten yang bidang tanahnya dieksekusi Pengadilan Negeri Klaten untuk proyek Tol Jogja-Solo nekat bertahan. Warga mendirikan tenda di atas tanah bekas rumah mereka.
Pantauan detikJateng di lokasi, Kamis (11/5/2023), ada enam tenda kamping di lokasi. Tenda tersebut berwarna-warni mencolok.
Tenda berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter didirikan di bekas reruntuhan bangunan. Di dalam tenda tidak ada perabotan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bekas rumah Bu Kades Pepe, Siti Yulaikah terpasang tenda warna oranye. Di dekatnya berdiri tiang besi bendera dengan bendera merah putih terpasang di pucuknya.
Di sekitar tenda, terdapat bekas-bekas perapian yang tersisa abu dan arang. Meskipun berdiri tenda, alat berat proyek tol tetap bekerja di sekitarnya meratakan bangunan lainnya yang tersisa.
![]() |
Direktur Lahan dan Utilitas PT Jogja Solo Marga Makmur (JMM), Muhammad Amin mengatakan selaku pengelola pembangunan jalan Tol Jogja-Solo, pihaknya akan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum menyikapi warga tersebut.
"Saat kegiatan konstruksi nanti kita akan berkoordinasi dengan APH setempat. Konstruksi segera dilaksanakan," ungkap Amin kepada detikJateng saat dimintai konfirmasi, Kamis (11/5/2023).
Sebelum dilakukan kegiatan konstruksi, lanjut Amin, nantinya akan dilakukan pengurukan lahan. Namun sebelum itu akan dilakukan pembersihan.
"Nanti kita clearing dulu. Target sampai bulan Desember 2023 sampai exit tol Ngawen, Kecamatan Ngawen selesai," imbuh Amin.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Diberitakan sebelumnya, tangis dan teriakan Kades Pepe, Siti Yulaikah tak menghentikan eksekusi rumahnya oleh Pengadilan Negeri Klaten kemarin. Rumah yang akan dilalui proyek Tol Jogja-Solo itu akhirnya ambruk tanpa perlawanan bersama rumah warga lain.
Ketua Pengadilan Negeri Klaten Tuty Budhi Utami menyatakan proses eksekusi berjalan lancar dan kondusif.
"Alhamdulillah kondusif dan berjalan lancar. Hari ini sudah ada tujuh rumah dieksekusi, soal ada penolakan itu dinamika di lapangan," ujar Tuty kepada wartawan di lokasi, Rabu (10/5).
Salah seorang pemilik rumah di belakang rumah Kades Pepe, Margono mengaku tetap akan bertahan di lokasi. Meski rumahnya rata dengan tanah, dia akan bertahan di lokasi.
"Ya nanti tetap di sini, pakai tenda tapi untuk barang di tempat saudara. Sejak awal kita cuma ingin ada musyawarah, tapi tahunya sudah ditetapkan harganya," kata Margono kepada detikJateng di lokasi.
Hal senada juga disampaikan warga lainnya, Widodo. Dia juga akan bertahan meski menggunakan tenda.
"Nanti di sini pasang tenda, iya tetap di sini karena tidak ada tempat lain. Kita hanya ingin rembukan, sejak awal terkait harga kita tidak diajak rembukan, tahu-tahu diberi resume harga dan kalau tidak mau diminta ke pengadilan," imbuh Widodo.