Suka Duka Para Miliarder Tol di Klaten

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Para Miliarder Tol di Klaten

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 01 Jan 2023 20:58 WIB
ilustrasi orang kaya
Ilustrasi miliarder (Foto: Getty Images/acilo)
Klaten -

Warga Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Klaten, terdampak proyek tol Jogja-Solo menerima pembayaran uang ganti rugi (UGR). Beberapa di antaranya menerima UGR hingga miliaran rupiah.

Beragam tanggapan para miliarder baru Klaten tersebut. Berikut ini rangkuman berita yang menarik perhatian pembaca detikJateng sepekan terakhir.

Tak Sangka Terdampak Proyek Tol

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudiyem (60) salah seorang penerima mengatakan tidak menyangka pekarangan 945 meter dan rumah kosongnya terdampak proyek tol Jogja-Solo. Dia menerima Rp 2,6 miliar dan berencana membaginya untuk anak-anak dan investasi.

"Tidak menyangka, ya untuk anak-anak," ujar Sudiyem didampingi Ikhsan anaknya di sela pembayaran UGR di Balai Desa Dompyongan, Selasa (27/12/2022).

ADVERTISEMENT

Sedih Keluarga Jadi Terpisah

Sementara itu Yoto (73) mendapatkan UGR Rp 4 miliar. Namun proyek strategis nasional itu membuat keluarganya tercerai-berai. Hal itu membuatnya sedih.

"Nggih (ya) sedih, repot. Mbangun (Bangun rumah) lagi," kata Yoto.

Tumino (45), anak ketiga Yoto menceritakan yang terkena proyek tol Jogja-Solo adalah pekarangan dan tiga rumah keluarganya. Tiga keluarganya akhirnya harus pisah.

"Rumah padahal dipakai semua, nanti pisah-pisah. Dapatnya Rp 4 miliar dari tanah seluas sekitar 1.088 meter persegi," jelas Tumino.

Menurut Tumino, selama ini tiga kepala keluarga (KK) dari keluarganya hidup damai di satu pekarangan. Setelah diterjang tol keluarganya bingung.

"Ya belum tahu, bingung juga. Padahal selama ini satu pekarangan, ini belum tahu mau ke mana," ujarnya.

"Belum cari rumah, lha uangnya kemarin belum dapat. Kalau dibilang susah ya susah, sedih karena jadi pisah, harus beli pekarangan dan membangun rumah lagi," lanjutnya.

Saat ini kedua orang tuanya masih ada dan sehat. Keluarga masih bingung mau beli rumah atau tanah di mana.

"Bingung juga, orang mau jual harga berapa juga belum tahu. Ikut saudara dulu, mau bagaimana lagi, kita tidak mengira akan kena tol," kata Tumino.

Meskipun sedih, lanjutnya, keluarganya juga tidak bisa berbuat banyak. Mau menolak proyek tol Jogja-Solo juga tidak bisa.

"Saudara saya pada kaget, Ini tempat belum punya. Padahal ada 15 jiwa keluarga saya, satu deretan rumahnya, mau nolak gimana itu proyek pemerintah dan semua warga setuju," imbuhnya.

Beli Tanah Rp 150 Juta Dapat UGR Rp 7,8 Miliar

Warga lainnya, Nur Siswanto (60) menerima UGR Rp 7,8 miliar dari tanah yang dibelinya cuma seharga Rp 150 juta. Begini ceritanya.

"Yang kena 3.300 meter persegi, kebun semua tidak ada rumahnya. Dapat sekitar Rp 7,8 miliar," ungkap Nur.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Nur menceritakan tanah pekarangan di Desa Dompyongan tersebut dibeli pada tahun 2011. Total dari pekarangan dengan tiga sertifikat itu dibelinya Rp 150 juta.

"Tahun 2011 saya beli total dengan harga Rp 150 juta. Tidak mengira kena tol, dulu zaman Pak Harto (presiden) informasinya mau dibuat tol tapi katanya kan diubah," papar Nur dengan wajah semringah bersama istrinya.

Setelah kena proyek tol dan dapat uang ganti kerugian, Nur dan keluarganya sangat bersyukur. UGR tol merupakan rezeki yang harus disyukuri dan diharapkan menjadi berkah.

"Kita bersyukur, namanya dikasih rezeki Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan ini barokah," lanjut Nur.

Tiga petak pekarangan itu, tutur Nur, dibelinya dari seorang warga yang sudah tinggal di Jakarta. Pekarangan itu kemudian dibelinya dan sebelumnya pernah mau dibeli beberapa kali tapi tidak dilepas.

"Sering mau dibeli orang karena banyak pertimbangan tidak kami jual. Empat tahun yang lalu juga mau dibeli tapi saya tidak mau, ya alhamdulillah kena tol," papar Nur.

Pernah juga, ucap Nur, pekarangan itu mau dibeli pabrik. Harganya saat itu cuma Rp 500 ribu per meter tapi tidak dilepas.

"Mau dibeli pabrik empat tahun lalu. Harganya Rp 500 ribu per meter tapi tidak saya lepas, ternyata malah kena tol," kata Nur.

Sebelum kena proyek tol Jogja-Solo, Nur mengaku tidak pernah bermimpi apa pun. Dia percaya rezeki sudah ada yang mengatur.

"Tidak mimpi. Rezeki itu kan dari Yang Maha Kuasa, rezeki saya yakin sudah ada yang mengatur," sambung Nur yang bekerja di proyek.

Dikatakan Nur, uang Rp 7,8 miliar itu sudah dibelikan sawah di desa asalnya. Setelah dikembalikan bentuk sawah menjadi ukuran 5.000 meter persegi.

"Sudah saya belikan sawah. Saya kembalikan sawah lagi dapat 5.000 meter persegi, ya nantinya untuk tabungan keluarga," pungkas Nur yang dua anaknya sudah selesai kuliah itu.

Keluarga Kasatpol PP Klaten Turut Terdampak Proyek Tol

Keluarga besar Kepala Satpol (Kasatpol) PP Pemkab Klaten, Joko Hendrawan juga terdampak tol Jogja-Solo. Keluarga tersebut menerima UGR sekitar Rp 12,5 miliar.

Joko membenarkan rumah dan sawah milik keluarga besarnya kena tol Jogja-Solo.

"Sawah 7 bidang, pekarangan dan rumah 1 bidang. Untuk rumah dan pekarangan atas nama almarhum bapak dan untuk sawah sudah pisah-pisah," jelas Joko, Rabu (28/12).

Menurut Joko, total UGR untuk keluarga besarnya sekitar Rp 12,5 miliar. Meskipun nilai ganti ruginya besar, Joko mengaku banyak kenangan sejarah keluarganya yang hilang.

"Sejarahnya yang hilang, terutama ibu saya sedih dan perlu pendampingan. Rumah lama masih ditempati ibu," terang Joko.

Joko merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya dulu merupakan kades lama atau lurah sepuh yang menjabat cukup lama.

"Betul (ayah kades lama), menjabat 32 tahun. Menjabat lurah sejak bujang sampai punya cicit," ujar Joko.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Situasi Mudik Via Tol Fungsional Sleman"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)


Hide Ads