Gagal Ternak Sapi, Perangkat Desa di Pati Sukses Budidaya Murai Batu

Gagal Ternak Sapi, Perangkat Desa di Pati Sukses Budidaya Murai Batu

Dian Untoro Aji - detikJateng
Sabtu, 31 Des 2022 08:00 WIB
Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidaya burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng).
Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidayakan burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng).
Pati -

Seorang perangkat desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sukses membudidayakan burung berkicau jenis murai batu. Penghasilan per bulannya pun mencapai jutaan rupiah. Berikut kisahnya.

Namanya Mas Duki (43) warga Desa Jatisari, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati. Duki, begitu pria itu akrab disapa, saat ini memiliki puluhan ekor murai batu. Kisahnya dalam mengembangbiakkan burung ini cukup berliku. Dia awalnya beternak sapi tapi gagal, lalu beralih pada budidaya burung kicau.

"Selepas merantau dari Jakarta, saya membuat usaha ternak sapi. Waktu memelihara sapi saya rugi karena biaya membuat kandang sapi mahal," kata Duki kepada detikJateng di rumahnya, Desa Jatisari, Jumat (30/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegagalan ternak sapi tidak membuat Duki patah arang. Dia mengubah strategi usahanya dan memilih budidaya burung murai batu. Awalnya Duki membeli enam ekor murai atau tiga pasang indukan.

""Akhirnya sapi saya setop beberapa uangnya saya pakai untuk beli burung murai. Modal utama itu Rp 20 juta, beli utamanya indukan, tiga pasang itu," ungkapnya.

ADVERTISEMENT
Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidaya burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng).Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidaya burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Dengan ketekunan dan tekadnya, bapak dua anak ini pun berhasil membudidayakan burung ocehan tersebut. Padahal, sejatinya dia awam terhadap burung kicauan tersebut.

"Tidak punya pengalaman di murai, terus karena frustasi ternak sapi tadi terus cari hiburan, waktu itu tetap dibatasi Rp 20 juta itu (modal utama)," ungkapnya.

Ketelatenannya merawat burung-burung itu membuahkan hasil. Burung yang awalnya hanya tiga pasang, terus bertambah dan sekarang mencapai puluhan ekor.

"Pertama saya beli enam ekor tiga pasang, habis itu beranak berkembang saya tambah beberapa ekor, jumlah sekarang 20-ekor," dia melanjutkan.

Menurutnya musim penghujan tidak masalah untuk merawat puluhan burung miliknya. Dia memilih merawat dan membersihkan kandang burung setiap malam. Sebab kesibukannya sebagai perangkat desa pada siang hari tidak memungkinkan Duki melakukan aktivitas merawat burung saat pagi.

Untuk itu waktu malam hari dipilihnya untuk merawat burung-burungnya itu. Duki kini sudah menikmati hasil jerih payahnya selama ini.

Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidaya burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng).Warga Jatisari Kecamatan Jakenan membudidaya burung Murai Batu, Jumat (30/12/2022). (Foto : Dian Utoro Aji/detikJateng). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

"Alhamdulillah penjualan tidak susah dan harganya relatif bagus. Saya jual anakan, jantan harga Rp 1,5 jutaan, (jualnya) yang di teman-teman. Sebulan rata-rata produksi minimal 10 ekor dalam satu bulan," ujarnya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....

"Rata-rata dalam sebulan bisa mengantongi Rp 10 juta," imbuhnya.

Selain anakan murai, Duki bercerita, dirinya pernah menjual murai dengan harga cukup fantastis yakni Rp 16 juta. Burung itu diberinya nama goro-goro.

"Sekitar enam bulan lalu saya jual Rp 16 juta. Anak-anaknya goro-goro itu juara, terus kicaunya banyak disukai orang, yang beli sesama perangkat desa di Jakenan," paparnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads