Emak-emak yang tergabung dalam kelompok komunitas daur ulang sampah Rutela (Runtah Tegal Laka Laka) Kota Tegal, Jawa Tengah, menyulap barang bekas menjadi aneka produk aesthetic. Mereka concern mengurangi sampah plastik dengan mengubah menjadi barang yang memiliki nilai jual.
Komunitas Rutela yang berdiri pada 23 Desember 2018 ini beranggotakan 14 orang. Anggota Rutela ini kebanyakan kaum emak-emak berumur 30-50 tahun.
Ketua komunitas Rutela Amril Lurman (40) mengatakan komunitasnya concern terhadap daur ulang sampah plastik kresek dan kemasan plastik. Sampah plastik itu mereka olah menjadi aneka jenis kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga produk kerajinan yang dihasilkan bervariasi, tergantung jenis barangnya. Harga jual paling murah mulai dari Rp 5 ribu seperti tempat pensil dari bungkus kopi. Untuk produk paling mahal bisa mencapai Rp 1,5 juta berupa pigura, pernak pernik miniatur rumah adat dan kapal.
![]() |
"Anggota kami punya kreativitas tinggi. Sampah sampah plastik seperti bungkus kopi, tas plastik (kresek) dan lainnya diubah menjadi sesuatu yang berharga. Ada tempat pensil, bunga anggrek plastik, tas, miniatur rumah, kapal, pigura dan macam macam lagi," terang Amril Lurman, Kamis (3/11/2022).
Selain bisa menambah income keluarga, lanjut Amril, kiprah anggota Rutela setidaknya ikut andil dalam mengurangi sampah plastik. Mengingat, plastik adalah sampah yang sulit terurai.
"Memang tidak banyak, tapi paling tidak bisa ikut mengurangi sampah plastik. Kalau masyarakat ikut mengurangi sampah dengan cara sendiri, sama artinya menjaga kelestarian lingkungan," tandasnya.
Komalasari (46) warga Jalan Siwalan 1 Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, salah satu anggota komunitas Rutela, mengaku terbantu secara ekonomi. Hasil penjualan kerajinan plastik sedikit banyak membantu menopang ekonomi keluarga.
"Lumayan, setidaknya dapat uang tambahan dari hasil dari daur ulang sampah," ucap Komalasari.
(apl/ams)