Produsen tahu di sentra tahu Wonobroto, Kalurahan Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengeluhkan harga kedelai yang saat ini tembus Rp 14 ribu per kg. Produsen tahu meminta pemerintah bisa menstabilkan harga tersebut agar industri tahu tidak gulung tikar.
"Bagi perajin di Tuksono itu mengharapkan pemerintah segera membantu harga kedelai bisa normal atau stabil seperti tahun-tahun dulu," ucap Ketua Paguyuban Tahu Murni Wonobroto, Ponimin Harjono, saat ditemui wartawan di rumahnya, Jumat (28/10/2022).
Ponimin mengatakan harga kedelai naik signifikan sejak dua tahun terakhir. Pada 2020, harga komoditas ini masih berada di kisaran Rp 7.800-8.000 per kg. Berjalannya waktu, harga kedelai merangkak naik hingga sekarang telah menembus Rp 14.000 per kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin sebelum ada Corona itu, Rp 7.800-8.000 per kg. Sekarang mundak (naik) sampai Rp 1,2 juta per kuintal, terus sekarang per kuintalnya sudah Rp 1,4 juta," jelasnya.
![]() |
Ponimin mengatakan, imbas kenaikan kedelai membuat para perajin kelimpungan. Menyiasati hal itu, sejumlah perajin termasuk dirinya memutuskan untuk menaikkan harga jual tahu di pasaran.
"Kalau saya bersama teman-teman khususnya yang memasok tahu ke Pasar Gamping itu udah sepakat, sejak tiga hari ini per biji dinaikkan Rp 50. Misal kemarin Rp 300 jadi Rp 350, yang kemarin Rp 450 jadi Rp 500. Lumayan ada untung, tapi nggak seberapa yang diharapkan oleh perajin," ujarnya.
Ponimin menyebut langkah menaikkan harga jual tahu ini mendapat respons positif dari para konsumen. Menurutnya mayoritas konsumen tidak mempersoalkan hal itu, karena yang terpenting pasokan tahu di pasar masih tercukupi.
Kendati begitu, Ponimin tetap berharap agar harga kedelai bisa turun, sehingga para perajin tak perlu menaikkan harga jual tahunya.
"Ya sementara nggak, karena di pasar sudah kompak, pembeli juga memaklumi. Tapi perajin tetap berharap agar harga kedelai bisa kembali normal dibandingkan saat ini," ucapnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Harapan agar harga kedelai kembali normal dan stabil juga disampaikan oleh perajin lain di Wonobroto, Dawud. Dia meminta para pemangku kebijakan bisa segera turun tangan menuntaskan polemik yang merugikan industri tahu ini.
"Sekarang ini dengan kenaikan harga kedelai itu bagaimana caranya agar turun. Apalagi sekarang jual tahu itu susah, pembeli juga berkurang banyak," ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo, Sudarna, membenarkan adanya kenaikan harga kedelai baik yang lokal maupun impor. Kenaikan ini terlihat sejak dua hari lalu.
"Jadi memang harga kedelai dua hari terakhir tanggal 26-27 (Oktober) sudah di angka Rp 14.817 untuk impor, dan Rp 14.000 untuk lokal," terangnya.
Sudarna mengatakan berdasarkan hasil pengamatan pihaknya, ada sejumlah faktor pemicu naiknya harga komoditas ini. Salah satunya karena Kulon Progo saat ini sedang tidak masa panen kedelai.
"Jadi ini karena Kulon Progo saat ini tidak ada panenan kedelai, jadi dipastikan kedelai dari luar daerah dan luar negeri. Dengan kondisi yang ada memungkinkan sekali penyesuaian harga," ujarnya.
Faktor lainnya yaitu efek hujan yang mengguyur wilayah Kulon Progo sejak beberapa pekan terakhir. Perubahan cuaca ini menyebabkan proses pengangkutan kedelai dari daerah lain ke Kulon Progo membutuhkan biaya ekstra.
"Karena melihat cuaca seperti ini pastilah namanya transportasi pengangkutan barang kedelai dari tempat tertentu ke Kulon Progo butuh biaya lebih, makanya beberapa waktu terakhir memang ada kenaikan harga," jelasnya.
Atas hal itu, Sudarna menyarankan kepada para perajin tahu dan tempe untuk bisa melakukan penyesuaian harga jual produknya. Langkah ini bisa jadi solusi sementara mengingat kebijakan stabilisasi harga merupakan kebijakan dari pemerintah pusat dan juga terkait hukum pasar.
"Mungkin penyesuaian ada dua cara, satu harganya tetap, ukuran dikurangi. Kedua ukuran tetap, harganya dinaikkan. Sebenarnya dari sisi itu kan bisa jadi solusi bersama," ucapnya.