Tahu Magelang Mengecil gegara Naiknya Harga Kedelai

Tahu Magelang Mengecil gegara Naiknya Harga Kedelai

Eko Susanto - detikJateng
Kamis, 29 Sep 2022 16:36 WIB
Proses produksi tahu di daerah Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (29/9/2022).
Proses produksi tahu di daerah Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (29/9/2022). (Foto: Eko Susanto/detikJateng)
Kab Magelang -

Kenaikan harga kedelai dirasa memberatkan bagi para perajin tahu di wilayah Kabupaten Magelang. Untuk menyiasati kenaikan tersebut berbagai langkah dilakukan mulai dari mengurangi produksi, memperkecil ukuran hingga menggilir jadwal masuk pekerja.

Salah satu perajin tahu di Dusun Mejing 1, Kecamatan Candimulyo, Mukhanafi mengaku memproduksi 7 sampai 8 kuintal sebelum harga kedelai naik. Namun kini produksinya hanya 2 sampai 3 kuintal.

"Sebelum naik biasanya 7, 8 kuintal, sekarang (setelah naik) 3 kuintal. Dulu sebelum BBM naik, (harga kedelai) sudah naik Rp 500. Setelah BBM naik, naik lagi Rp 500. Dulu (harga) Rp 12 ribu, sekarang Rp 13 ribu, naik Rp 1.000," kata Mukhanafi (54) saat ditemui di lokasi produksinya, Kamis (29/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mukhanafi enggan mengurangi ukuran tahu ataupun menaikkan harga tahu. Pihaknya memilih mengurangi jumlah produksi untuk menyiasati kenaikan harga kedelai ini.

"Dulu 4 tungku (memasak), sekarang 2 tungku. Melayani yang mau. Naik sedikit nggak masalah, tapi kalau nggak mau yang sudah kita lepas. Per blabak (papan) dari sini Rp 20 ribu, dulu Rp 19 ribu, naik seribu. Tapi itu belum seberapa," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Mukhanafi menggeluti usaha produksi tahun ini selama 30 tahun. Mulai 28 Agustus lalu, Mukhanafi hanya beroperasi dengan dua tungku. Produksi tahu Mukhanafi ini dijual ke Boyolali, Muntilan dan Jogja.

"Kalau nggak salah 28 Agustus (mulai terapkan shift). Itu mulai gonta-ganti tenaganya, yang ini masuk, ini berhenti (libur), ini masuk, ini berhenti," tuturnya.

Perajin tahu lainnya, Anggar Kurniawati mengatakan kenaikan harga kedelai ini berpengaruh terhadap turunnya pendapatan. Jika dua tahun sebelumnya usahanya dihantam pandemi, kini ada kenaikan BBM yang berpengaruh pada harga kedelai.

"Dua tahun kan sudah dipatahkan sama COVID-19. Ibaratnya, ini mau bangkit lagi, kok sekarang malah BBM naik, kan pengaruhnya ke harga kedelai yang harus kita dapat keuntungan kalau sekarang masuknya mepet," ujar dia.

Berbeda dengan Mukhanafi, Anggar memilih mengbah ukuran tahunya. Jika sebelumnya papan dibuat 50 biji tahu, kemudian sekarang dijadikan 60 biji. Sementara untuk harga tetap sama.

"Kalau dari sini per papan itu harganya variatif ada yang Rp 22 ribu, ada yang Rp 25 ribu. Tergantung ukuran papannya sendiri. (Perubahan ukuran tahu) sejak naik drastis ini, mau nggak mau kan untuk ke pasar BBM-nya juga naik," kata Anggar.

Proses produksi tahu di daerah Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (29/9/2022).Proses produksi tahu di daerah Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (29/9/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Kenaikan harga kedelai membuat jumlah perajin menurun, simak di halaman berikutnya...

Ditemui terpisah, Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Barokah membawahi wilayah Candimulyo dan Tegalrejo, Yunis Setiawan mengatakan naiknya harga kedelai otomatis berpengaruh bagi perajin tahu dan tempe. Kendala yang dihadapi salah satunya hutang lebih banyak lagi.

"Pasti menemui kendala, yang jelas numpuk hutang lagi. Misalkan kalau yang masih berjalan (pabrik) juga hitungannya untuk hasil mungkin minus, tidak bisa maksimal. Kenaikan (kedelai) dari harga normal sudah Rp 6 ribu per kilogram sekarang naik jadi Rp13 ribu," kata Wawan, sapaan akrabnya.

Kenaikan harga tersebut, diakui Wawan berpengaruh pada keaktifan dalam paguyuban. Jika dulunya yang bergabung dalam paguyuban ada 75 perajin, sekarang yang aktif tinggal 50 orang perajin.

"Sebelumnya 75 pabrik (masuk paguyuban). Mulai berkurang sejak (harga kedelai) Rp 12 ribu, sekarang malah berkurang lagi (jadi 50 pabrik). Bahkan pabrik kripik tahu di Sidomulyo sudah banyak yang tidak produksi," ujarnya.

Wawan mengaku terpaksa mengurangi karyawan jika nantinya harga kedelai terus naik. "Kalau kedelai sampai Rp 13.500 per kilo, tetap pengurangan karyawan. Saya sebagai perajin, ya harus pegang sendiri. Mungkin akan shift juga. Yang jelas pengurangan karyawan," tegasnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/sip)


Hide Ads