Beberapa petani nanas madu Pemalang di Desa Gombong, Kecamatan Belik, mematikan lahannya karena panennya hanya laku Rp 500 per buah. Pemkab Pemalang mengatakan para petani yang mematikan lahannya tergiur janji bakul nanas madu Pemalang.
"Petani yang mematikan lahan pertanian nanas, banyak terjadi di Desa Gombong, Kecamatan Belik. Mereka menanam nanas, karena dulu saat masuk pendemi Corona, tergiur dengan harga dan permintaan nanas madu cukup tinggi. Di daerah itu ada 11 hektare," kata Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, Imam Murtarto, kepada detikJateng, Kamis (15/9/2022).
Imam mengatakan para petani yang mematikan lahannya sebelum pandemi bertanam sayur. Karena terbuai janji bakul, mereka beralih menanam nanas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mereka sebelumnya bukan petani nanas. Hanya kemarin pendemi harga jual nanas dan permintaan cukup tinggi, hingga petani sayur mengubahan pola tanam menjadi ke nanas. Sebelumnya dijanjikan oleh para bakul juragan kalau mau dibeli nanasnya. Lha saat panen tidak dibeli-beli. Akhirnya dimatikan karena kecewa. Dan akan kembali ke sayuran," jelasnya.
Menurutnya harga satuan nanas madu Pemalang dari petani ke pedagang bervariasi. Tergantung grade dan besar buah nanas madunya. Menurutnya, jika masuk grede A dengan buah besar akan bisa dihargai Rp 2.0000 hingga Rp 3.000 per buah.
"Kita sudah mengantisipasinya harga turun dengan melakukan pengolahan buah nanas, seperti menjadi sirup, kripik, dan olahan makanan lainnya. Tapi ya tidak semua melakukannya," jelasnya.
Dari data Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, tercatat jumlah lahan pertanian nanas madu di wilayah Kabupaten Pemalang mencapai lebih dari 2.000 hektare. Lahan tersebut tersebar di empat kecamatan yakni, Kecamatan Belik, Watukumpul, Moga dan Pulosari.
Lahan nanas madu terluas ada di wilayah Kecamatan Belik, yakni 1.800 hektare dan bisa menghasilkan 19.300 ton nanas madu dari total 21.700 ton di seluruh wilayah Pemalang.
(sip/aku)