Pemerintah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi per Sabtu (3/9) siang pukul 14.30 WIB. Kenaikan harga BBM, terutama solar, membuat pelaku sektor angkutan umum di Kabupaten Klaten pusing.
"Mestinya kenaikan itu diumumkan, minimal ke angkutan. Misalnya tanggal sekian naik, tapi ini sama sekali tidak," ungkap Ketua Koperasi Paguyuban Angkutan Terminal Delanggu, Yadi (60), saat ditemui detikJateng di Terminal Delanggu, Klaten, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, dengan tidak disosialisasikan lebih dulu membuat tarif penumpang tidak jelas. Pihak angkutan membeli BBM dengan harga terbaru, tapi penumpang masih membayar dengan tarif lama yang belum ada penyesuaian.
"Ya bagi mereka (penumpang) yang pengalaman sudah tahu, memberi (ongkos) lebih. Tapi kalau bagi yang tidak pengalaman ya tidak paham, tahunya belum naik seperti pedagang," jelas Yadi.
Baca juga: Kemenhub Umumkan Tarif Baru Ojol Sore Nanti |
Kenaikan harga BBM tersebut disebutnya akan berdampak luas di sektor angkutan umum. Terutama dalam hal biaya operasional.
"Untuk dampak jelas merembet, kalau angkutan terutama di biaya operasional. Saat ini tarif untuk Delanggu-Kartasura Rp 2 ribu untuk pelajar dan Rp 5 ribu untuk umum, tapi jelas tidak akan cukup," papar Yadi.
Sopir angkutan Delanggu-Kartasura, Timan, mengatakan kenaikan harga BBM ini membuat tarif angkutan menjadi persoalan. Hal itu karena belum ada pembahasan soal tarif baru sehingga penumpang masih memberi ongkos sesuai tarif lama.
"Ada warga yang sadar biasanya Rp 2 ribu terus diberikan Rp 3 ribu. Tapi ada juga yang ngeyel sampai Kartasura Rp 5 ribu, ya bagaimana lagi," kata Timan.
Untuk biaya operasional, ucap Timan, sebelum harga BBM naik cukup Rp 50 ribu tetapi saat ini bengkak Rp 70 ribu. Para sopir juga mengakui repot harus menggunakan aplikasi ketika beli BBM di SPBU.
"Kalau biaya solar dari Rp 50 ribu menjadi Rp 70 ribu karena cuma tiga tangkep (tiga kali PP). Yang repot malah belinya harus pakai barcode, aplikasi macam-macam, kami ini sopir-sopir tua tidak paham," jelas Timan.
Sementara itu salah satu pengusaha angkutan, Sunarto, mengatakan kenaikan harga BBM akan semakin membuat sektor angkutan semakin terpuruk oleh biaya operasional dan suku cadang. Menururtnya, idealnya harga BBM diikuti tarif angkutan baru.
"Tarif mestinya naik, idealnya di angka 12 persen dan kita menunggu. Karena tarif belum jelas saya biasanya 3-4 bus, saat ini hanya satu bus keluar untuk melihat situasi lebih dulu," kata Sunarto.
Selain itu, lanjutnya, kenaikan harga BBM juga berdampak luas di masyarakat.
"Dampak sosial ini akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat naik angkutan umum. Saat ini saja kami semakin sepi, termasuk karena ada aplikasi," kata Sunarto.
Halaman selanjutnya, tanggapan Organda Klaten...
(rih/mbr)