Provinsi Jawa Tengah mencatat realisasi total investasi senilai Rp 39,19 triliun pada semester 1 2022 dari target Rp 65,54 triliun. Kendati demikian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan capaian ini masih lebih rendah dari provinsi lain.
Menurut Ganjar nilai investasi Jawa Tengah masih berpotensi melebihi capaian di semester 1 tahun 2022 ini. Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya menggenjot capaian investasi dengan terus membuka lebar pintu bisnis bagi investor yang ingin masuk ke Jawa Tengah.
"Mesti kita genjot lagi karena masih jauh dibanding tetangga kiri kanan kita. Meskipun memang target kita sesuai perhitungan tidak setinggi yang lain, namun achievement-nya saya tetap terima kasih kepada kawan-kawan bupati, wali kota, dan pemprov yang mendorong untuk bisa mencapai itu," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Rabu (31/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan ini, Ganjar turut mengapresiasi seluruh jajaran yang mendorong capaian investasi Rp 39,19 triliun. Ia mengungkap capaian ini sukses menyerap tenaga kerja sebanyak 116.067 dengan jumlah proyek mencapai 8.298 unit.
Adapun data ini merujuk pada Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dan Non LKPM yang bersumber dari data rekap Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA). Ganjar merinci realisasi Non UMK berdasarkan LKPM sebesar Rp27,02 triliun dan realisasi UMK senilai Rp12,17 triliun.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan besarnya potensi investasi di Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh kondusivitas daerah akibat pandemi COVID-19. Ganjar pun mendorong setiap kepala daerah melakukan metode jemput bola untuk menarik investor ke Jawa Tengah.
Selain itu, Ganjar berpesan kepada seluruh jajaran kepala daerah untuk menjaga iklim investasi Jawa Tengah yang dikenal ramah. Apalagi selama ini telah dibangun sistem investasi satu pintu dan nihilnya kasus pungutan liar (pungli) terhadap investor. Menurutnya, dua hal tersebut berhasil membuat Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi di Indonesia yang paling diminati investor lokal dan dunia untuk berinvestasi.
"Kita mesti jemput bola sekarang agar mereka bisa berinvestasi jauh lebih banyak lagi. Maka kondusivitas iklim usaha mesti didukung oleh sikap pemerintah untuk menjaga integritasnya dan pelayanan yang the best," ungkap Ganjar.
Sebagai informasi, jumlah tenaga kerja di Jawa Tengah yang terserap pada semester 1 tahun 2022 sebanyak 116.067 pekerja. Jumlah ini melebihi capaian tahun 2018 (112.883 pekerja) dan 2019 (114.743 pekerja).
Adapun negara yang mendominasi investasi di Jawa Tengah diduduki oleh Jepang dengan nilai US$ 525.209,50 atau 46,23 persen dari total nilai investasi semester 1. Kemudian diikuti Korea Selatan sebagai negara kedua dengan nilai investasi terbesar yakni US$ 166.410,10 atau 14,65 persen. Diikuti Singapura dengan US$ 85.183,70, Hongkong US$ 60.850,40 dan Tiongkok US$ 54.790,20.
(fhs/ega)