Jika Harga BBM Naik, Inflasi di Jateng Pada 2023 Diprediksi Capai 6 Persen

Jika Harga BBM Naik, Inflasi di Jateng Pada 2023 Diprediksi Capai 6 Persen

Afzal Nur Iman - detikJateng
Selasa, 30 Agu 2022 15:12 WIB
Suasana antrean pembelian Peralite di SPBU Pakelan, Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Suasana antrean pembelian Peralite di SPBU Pakelan, Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu. Foto: Eko Susanto/detikJateng
Semarang -

Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas bersubsidi turut menjadi pembahasan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah (Jateng). Dengan wacana kenaikan harga di bidang energi, diperkirakan inflasi di Jateng pada 2023 bakal mencapai 6 persen.

"Tapi yang lebih berat problem masalah inflasi dari sisi masalah energi karena ini juga problem masalah internasional, di Jateng agak sulit mengendalikan karena ini hubungannya dengan kebijakan pemerintah pusat kaitannya dengan harga-harga energi ini," kata Sekda Jateng, Sumarno, usai pertemuan TPID di Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Selasa (30/8/2022).

Dia menyebut bahwa hal ini juga menjadi dilema bagi pemerintah. Sebab, jika harga BBM dipertahankan, tagihannya di tahun depan akan membengkak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi juga kita diskusi, kebijakan ini kan juga agak dilematis ya, kalau tetap disubsidi kemarin Bu Sri Mulyani itu menyatakan akan ada beban yang pelaksanaannya sekarang tapi nanti dibebankan di 2023 sekitar Rp 195 triliun kalau tidak mengambil langkah sekarang," jelasnya.

Pihaknya masih menunggu kebijakan pemerintah pusat terkait hal ini. Termasuk wacana pemberian bantuan bagi masyarakat yang akan terdampak.

ADVERTISEMENT

"Karena kalau subsidinya adalah di bahan bakar, saat ini agak kesulitan memisahkan siapa yang beli, ini masyarakat yang layak disubsidi atau tidak karena ini berlaku di pasar, sehingga kemarin dari Menteri Keuangan juga sudah bicara untuk ada kebijakan apakah sebagian dialihkan ke bantuan sosial," kata Sumarno.

Selain kenaikan harga BBM, hal yang jadi pembahasan juga kenaikan harga bahan pokok. Namun, hal itu dinilai masih bisa disiasati oleh Pemprov.

"Yang jadi problem berat energi, kalau kita harga pangan bicara masalah distribusi, kita bisa pemerataan, kita bisa operasi pasar, tapi kalau energi itu adalah kebijakan dari pusat," jelasnya.

Sekda Jateng Sumarno (kiri) bersama Deputi BI Jateng M Firdaus Muttaqin di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Selasa (30/8/2022).Sekda Jateng Sumarno (kiri) bersama Deputi BI Jateng M Firdaus Muttaqin di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Selasa (30/8/2022). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Di kesempatan yang sama, Deputi Bank Indonesia di Jateng, M Firdaus Muttaqin, menyebut saat ini inflasi di Jateng sempat mencapai 5,45 persen akibat tingginya harga bawang merah dan cabai.

"Kita kalau di Jateng itu sudah sampai 5,45 tapi besok ada deflasi akan turun lagi, kemarin kan gara-gara cabai dan bawang merah. Sekarang harga cabai dan bawang merah sudah relatif turun," ujarnya.

Kemudian, setelah kenaikan harga BBM, BI memprediksi inflasi di Jateng akan mencapai 6 persen. Hal itu disebut masih lebih rendah dibanding negara lain.

"Kalau perkiraan BI sih masih 5 sampai 6 persen artinya masih lebih rendah dari negara lainnya. Bahkan kalau negara lain bisa sampai 70 persen di Turki, atau di Asia sampai 9 persen ya jadi Indonesia itu masih relatif rendah," imbuhnya.




(rih/apl)


Hide Ads