Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite tak hanya berdampak pada sektor rumah tangga. Sektor perikanan dan kelauatan juga akan terkena imbasnya. Ribuan nelayan bahkan terancam tidak bisa melaut jika harga bbm subsidi jenis Solar naik.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah, Riswanto mengatakan jika pemerintah tetap menaikan harga BBM subsidi akan menimbulkan dampak yang kompleks. Seluruh komponen kebutuhan pokok perbekalan kapal akan meningkat, sementara harga ikan dan sejenisnya saat ini cenderung turun. Dengan kondisi ini, nelayan kecil adalah yang paling terkena dampak dari kebijakan tersebut.
Di Jawa Tengah, baik di pantai utara maupun selatan tercatat ada 25.841 kapal nelayan di bawah 30 gross ton. Kapal kapal ini lah yang akan terdampak kenaikan harga bbm bersubsidi. Menurut Riswanto, solar subsidi digunakan sebagian besar nelayan pantura sementara pertalite digunakan nelayan pantai selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terdampak dari kenaikkan harga BBM adalah nelayan dengan kapal di bawahn30 GT. Di Jawa Tenga, ada 25.841 kapal untuk jenis itu baik di utara maupun selatan. Mereka menggunakan pertalite dan solar," terang Riswanto ditemui di Pelabuhan Kota Tegal, Senin (29/8/2022).
Untuk kondisi saat ini, lanjut Riswanto, nelayan skala kecil yang mendapatkan BBM bersubsidi pendapatannya tidak menentu. Sekali melaut saat kondisi lancar tanpa ada kerusakan, pendapatan yang diterima tidak cukup untuk menutup biaya perbekalan. Hal ini disebabkan harga jual ikan tidak ada kenaikkan dan bahkan cenderung turun.
Dibeberapa daerah, untuk kapal ukuran 28 GT dalam melaut dengan kurun waktu satu minggu membutuhkan BBM Solar subsidi 1.500 liter harga Rp 5.150. Ditambah harga ongkos angkut Rp 50, maka pemilik kapal membeli dengan harga Rp.5.200. Total biaya BBM sekali melaut Rp 7,8 juta.
Biaya kebutuhan es untuk pendingin ikan 70 balok dengan harga perbalok Rp 33.000, totalnya Rp 2.31 juta. Biaya perbekalan kebutuhan pokok makanan Rp 6,89 juta, sehingga untuk kapal dengan ukuran 28 GT dengan alat tangkap pursin mini biaya perbekalannya total Rp 17 juta.
Sedangkan hasil tangkapannya saat ini untuk melaut satu minggu mendapat kurang lebih Rp 50 basket masing masing 40 kg dan harga Rp 400 ribu maka hasil yang didapat Rp 20 juta.
"Kalau dilihat antara biaya perbekalan dan hasil lelang ikannya masih ada sisa Rp 3 juta, untuk bagi hasilnya dengan jumlah ABK kurang lebih 22 orang, maka setiap ABK nya medapat bagi hasil kurang lebih 136.000. Lalu pemilik dapat apa? Padahal sebagai pemodal dan pemilik kapal mustinya dapat hasil. Itu kita bicara saat ini BBM subsidi di harga Rp 5.150 per liter. Bagaimana kalau harga solar sudah naik," urai Riswanto.
Nelayan berharap pemerintah meninjau ulang rencana kenaikan harga bbm subsidi. Jika tetap naik, Riswanto meminta khusus untuk nelayan agar dipastikan bisa mendapatkan BBM bersubsidi. Hal ini untuk kelangsungan usaha sektor kelautan dan perikanan di skala nelayan kecil.
"Kalau bisa ditunda, kalaupun naik, kami minta agar nelayan mendapat akses BBM subsidi," pungkasnya.
(apl/sip)