Pedagang di sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluhkan merosotnya harga ternak lantaran merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Padahal, biasanya harga ternak selalu merangkak seiring mendekati Idul Adha.
Selain itu, di beberapa pasar hewan juga terpantau sepi. Penyebaran wabah tersebut membuat aktivitas jual-beli menurun.
"Biasanya bulan-bulan ini sudah ramai jual beli sapi kurban. Terutama pedagang dadakan yang nanti menyetok sapi kurban," kata Kepala UPT Pasar Hewan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Boyolali, Sapto Hadi Darmono, kepada para wartawan di Pasar Hewan Jelok, Senin (16/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi tersebut menurutnya membuat pasar hewan itu semakin sepi. Biasanya, terdapat 1.000 ekor ternak yang diperdagangkan di pasar tersebut.
"Biasanya yang mencapai 1.000 ekor, ini hanya sekitar 700-an saja. Itu hanya berasal dari Boyolali sekitarnya saja," kata Sapto.
Tak hanya tingkat penjualan, lanjut dia, harga ternak sapi juga mengalami penurunan dampak wabah PMK ini. Penurunan harga sapi sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu.
Sedangkan untuk kambing, penurunan harga berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per ekornya.
Tak hanya di Boyolali, para pedagang ternak di Kulon Progo juga merasakan hal serupa. Pedagang semakin kesulitan menjual ternaknya.
Akibatnya, mereka terpaksa menjual ternaknya di bawah harga normal agar bisa laku.
Salah satu pedagang di Pasar Hewan Terpadu (PHT), Pengasih, Kulon Progo, Suradi (42) mengaku biasa menjual 5 ekor kambing tiap harinya.
"Hari ini tadi baru laku dua ekor. Jadi daya beli warga itu agak sedikit berkurang, menurun, mungkin sedikit was-was karena mendengar berita (wabah)," katanya saat ditemui.
Kondisi itu berdampak pada turunnya harga ternak baik sapi maupun kambing. Suradi terpaksa menjual kambingnya lebih murah dibanding harga normal.
"Kalau harga biasanya Rp 2,5 juta sekarang paling Rp 2,2 juta atau Rp 2,3 juta," tuturnya.
(ahr/aku)