Pelaku usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) di Klaten, Jawa Tengah masih kesulitan membeli minyak goreng curah. Warga kadang harus antre untuk membeli minyak goreng curah dan tak jarang ditolak oleh pihak toko karena bukan pelanggan.
"Saya itu mencari di toko Jalan Pemuda, di Srago dan distributor lainnya kalau tidak pelanggan lama tidak dilayani. Kita itu kayak pengemis, sudah ikut antre ditolak," ungkap seorang pedagang tahu goreng, Harjo (60), kepada detikJateng saat antre di toko, Kota Klaten, Senin (4/4/2022).
Pantauan detikJateng di Toko Untung Klaten, antrean puluhan warga menumpuk sejak pagi. Calon pembeli sampai harus lesehan di tepi jalan untuk menunggu antrean minyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Polsek Klaten Utara yang dipimpin Kasi Binmas Aiptu A Riyanto beberapa kali meminta warga antre dengan tertib. Warga diminta tidak berkerumun meskipun jumlah warga yang datang semakin banyak.
Kembali ke Harjo, dia mengeluhkan betapa sulitnya membeli minyak goreng curah. Padahal dia hanya membutuhkan satu jeriken.
"Meskipun sudah ikut antre tapi setelah tahu bukan pelanggan, akan ditolak. Padahal kalau pelanggan lama beli berapapun diberi, saya cuma butuh satu jeriken tapi ditolak," terang Harjo.
Setelah tak boleh membeli minyak goreng di beberapa distributor Harjo kemudian menuju toko yang berada di Jalan Diponegoro itu. Di toko tersebut siapapun boleh membeli minyak goreng meski tetap harus mengantre.
"Di toko sini antre tidak masalah, diminta nulis nomor tidak apa. Di sini bagus, tidak peduli pelanggan atau bukan tetap dilayani meskipun dibatasi satu jeriken," ucap Harjo yang mengaku kehabisan antrean gelombang I.
Harjo menyatakan untuk usaha produksi tahu, setiap hari minimal membutuhkan satu jeriken berisi 17 kilogram minyak goreng. Harganya standar minyak goreng curah yang selama ini dibeli Harjo yakni Rp 14.000 per liter dan Rp 15.500 per kilogramnya.
"Kalau di sini (toko Jalan Diponegoro) harga normal tetapi dibatasi satu jeriken. Tidak apa antre sehari, asalkan tidak ditolak, kalau ditolak itu sakit rasanya sebab di rumah ninggal sapi dan tahu yang belum digoreng," imbuh Harjo.
Pedagang gorengan lainnya yakni Muji (50) mengatakan dirinya antre untuk membeli minyak goreng curah sejak sehabis sahur. Warga Desa Karanganom, Klaten Utara ini mendapat nomor antrean 82 dan hingga jam 11.00 WIB masih belum juga dapat giliran.
"Tapi tidak apa antre asalkan tidak ditolak, karena di toko lain kalau tidak pelanggan tidak bisa beli," ungkap Muji.
Di toko jalan Diponegoro, imbuh Muji, semua pembeli dilayani dengan baik tanpa dibedakan pelanggan atau tidak. Namun pembelian dibatasi hanya satu jeriken.
"Dan harus membeli bahan lain tapi bebas pilihannya. Beli minyak sama garam, gandum atau lainnya tidak masalah sebab juga butuh, yang penting minyak dapat," imbuh Muji.
Anak pemilik Toko Untung, Andre, mengatakan di tokonya ada tiga putaran antrean dan tak ada aturan soal pelanggan atau bukan. Setiap gelombang ada 100 orang pembeli.
"Dibagi tiga putaran, setiap kloter sekitar 100 orang. Stok minyak sementara cukup, tapi tidak lancar pasokannya," pungkas Andre.
(sip/ahr)