Harga bunga tabur makam (mawar dan kenanga) di Klaten, hari ini mencapai puncaknya. Harga per kilogram di antara Rp 170 ribu-Rp 200 ribu per kilogram.
"Saya hari ini jual Rp 170 ribu per kilogram. Di pasar bahkan harganya sampai Rp 200 ribu," ungkap Yuda, pedagang sayur pada detikJateng, Senin (28/3/2022).
Menurut Yuda, setiap hari dirinya membawa bunga tabur untuk dijual. Di hari biasa harga bunga tabur hanya Rp 40 ribu-Rp 50 ribu per kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya cuma Rp 40 ribu-Rp 50 ribu tapi mulai bulan Ruwah atau Maret ini terus naik jadi Rp 80 ribu, terus Rp 100 ribu dan hari ini Rp 170 ribu per kilogram," sambung Yuda.
Meskipun mahal, jelas Yuda, pembeli bunga tabur masih banyak. Dia bahkan tidak melayani eceran karena semua stok bunga taburnya sudah dipesan habis.
"Saya tidak bawa eceran, semua sudah dipesan. Mungkin besok sudah turun karena besok terakhir tradisi sadranan sudah hari terakhir," kata Yuda.
Seorang pembeli bunga tabur, Markonah, warga Desa Mendak, Kecamatan Delanggu mengatakan dirinya membeli di pasar dekat Lapangan Merdeka karena harganya juga naik. Hari biasa hanya Rp 5 ribu tapi hari ini Rp 10 ribu.
"Tadi saya beli Rp 10 ribu dibungkus plastik kecil secengkraman tangan isinya. Hari biasa paling Rp 5.000," kata Markonah pada detikJateng.
"Di pedagang sayur di kampung sudah tidak ada, kalau ada harganya mahal. Katanya cuma melayani pesanan," imbuh Markonah.
Analis Kebijakan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan (DKUKMP) Pemkab Klaten, Dewi Wismaningsih membenarkan harga bunga tabur naik hingga lebih mahal dibanding daging sapi yang kini masih normal yakni Rp 120 ribu per kg.
"Hari ini harga daging sapi di Rp 120 ribu per kilogram," jelas Dewi pada detikJateng hari ini.
Naiknya harga bunga tabur, lanjut Dewi, karena terkait dengan mekanisme persediaan dan permintaan saat ini. Apalagi saat ini momen tradisi sadranan di banyak wilayah.
"Supply dan demand karena Nyadran. Budaya mudik nyekar butuh bunga tabur naik sedangkan persediaan terbatas," terang Dewi.
Apalagi selama ini, sebut Dewi, untuk jenis bunga yang digunakan di masyarakat hanya satu jenis. Bunga yang digunakan jenis mawar.
"Bunganya terbatas mawar. Kalau bisa bunga lain mungkin harga bisa ditekan," pungkas Dewi.
(sip/ams)