Minyak Goreng Langka-Mahal, Sejumlah UMKM Boyolali Setop Produksi

Minyak Goreng Langka-Mahal, Sejumlah UMKM Boyolali Setop Produksi

Jarmaji - detikJateng
Selasa, 22 Mar 2022 14:18 WIB
Toko di Pasar Sunggingan, Boyolali, sudah sekitar 5 hari ini tak punya stok minyak goreng curah, Selasa (22/3/2022).
Toko di Pasar Sunggingan, Boyolali, sudah sekitar 5 hari ini tak punya stok minyak goreng curah, Selasa (22/3/2022). (Foto: Jarmaji/detikJateng)
Boyolali -

Mahalnya minyak goreng kemasan dan kelangkaan minyak goreng curah membuat pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) di Boyolali kelimpungan. Kondisi itu membuat sejumlah UMKM yang produksinya membutuhkan minyak goreng terpaksa berhenti produksi.

"Tak ada minyak goreng, ya berhenti (tidak produksi)," kata pemilik UMKM keripik singkong dan keripik tempe, Sriyono, ditemui detikJateng saat mencari minyak goreng curah di Pasar Sunggingan, Kabupaten Boyolali, Selasa (22/3/2022).

Sriyono menyebut biasanya mendapat minyak goreng curah dari kios tetangganya di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Namun sudah beberapa hari terakhir, di kios langganannya itu tidak tersedia migor curah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena penasaran, dia pun bersama istrinya mencoba mencari ke sejumlah toko di wilayah Boyolali hari ini. Namun ternyata juga memang tidak ada stok.

"Penasaran, benar kosong atau tidak. Saya sudah ke Pengging (Kecamatan Banyudono), Pasar Boyolali sampai ke Pasar Sunggingan ini, ternyata nggak ada semua," keluh dia.

ADVERTISEMENT

Sriyono bersama istrinya memiliki usaha keripik singkong dan keripik tempe. Produksi usahanya itu sangat bergantung kepada minyak goreng. Dia mengaku tak berani beralih ke Migor kemasan, karena harganya mahal dan tidak menutup biaya produksi yang dikeluarkan.

"Biasanya produksi keripik singkong 2 kuintal perhari," ujarnya.

Karena kesulitan mencari Migor curah, dia pun terpaksa menghentikan produksi keripik singkong dan keripik tempe itu. Bahkan, Sriyono juga tak berani kulakan singkong maupun tempe sebelum minyak goreng tersedia.

"Jadi nunggu punya minyak goreng dulu, baru berani produksi. Punya minyak goreng, baru beli singkong dan tempenya," jelas Sriyono.

Hal sama dialami sejumlah UMKM kerupuk di Boyolali. Mereka juga tidak bisa produksi kerupuk karena tak memiliki minyak goreng. Salah satunya Suratno, warga Mojolegi, Kecamatan Teras, Boyolali.

"Ini tadi saya dari Pasar Ampel, kan sekalian pulang dari pasar, itu tidak ada (migor curah). Terus itu di Mojosongo juga tidak ada. Dari rumah Teras itu juga tidak ada, terus sampai sini (Pasar Sunggingan) juga tidak ada," kata Suratno.

Setiap hari dia membutuhkan 17 kilogram atau 1 jeriken minyak goreng untuk menggoreng kerupuk. Dia mengaku sudah tiga hari terakhir kesulitan mendapatkan minyak goreng curah.

"Harganya (migor curah) itu kalau kemarin Rp 19 ribu/kg. Kalau (migor) kemasan sudah nggak sanggup lagi, mahal," tambahnya.




(aku/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads