Siswa MTs di Brebes Tewas Diduga Di-bully, Keluarga Berharap Keadilan

Siswa MTs di Brebes Tewas Diduga Di-bully, Keluarga Berharap Keadilan

Imam Suripto - detikJateng
Selasa, 16 Des 2025 15:04 WIB
Siswa MTs di Brebes Tewas Diduga Di-bully, Keluarga Berharap Keadilan
Siti Royanan (42) ibu Azka siswa MTs di Brebes yang tewas diduga di-bully. (Foto: Imam Suripto/detikJateng)
Brebes -

Seorang ibu di Brebes menuntut keadilan atas kematian anaknya yang diduga di-bully atau dianiaya teman sekolahnya. Keluarga pun sudah mengadukan kasus ini ke polisi.

Adalah Siti Royanan (42) warga Desa Rengaspendawa, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, berharap kasus kematian anaknya Azka Rizki Fadholi (13) siswa kelas 7 MTS Miftahul Ulum segera diproses hukum. Sebelum meninggal pada 12 Agustus 2025, Azka sempat curhat mengalami perundungan dari empat temannya.

Kasus ini terungkap pada 8 Agustus lalu. Kala itu sang ibu curiga anaknya pulang sekolah dalam kondisi murung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak biasanya, pulang sekolah anak saya murung. Sampai di rumah langsung masuk kamar tidak mau keluar," kata Siti Royanah mengawali cerita saat ditemui wartawan di rumahnya, Senin (16/12/2025).

ADVERTISEMENT

Sejak saat itu, Azka tidak tampak bersemangat hingga emoh makan. Alasannya sedang tidak enak badan.

"Saat waktu salat Jumat tiba, seperti biasanya Pakdenya menghampiri untuk mengajak berangkat bersama. Tapi Azka tidak mau, alasannya kepala sakit," ucapnya.

Pada Sabtu 9 Agustus 2025 anaknya akhirnya berangkat sekolah. Namun Siti curiga kaos kaki anaknya kotor seperti bekas terperosok ke lumpur.

"Curiga saya lihat kaos kaki kotor seperti habis terperosok lumpur. Saya suruh ganti kaos kakinya yang kotor namun almarhum tidak mau ganti," ungkapnya.

Malam harinya Siti kembali menanyakan kondisi kesehatan anaknya itu. Saat itu Azka mengeluhkan sakit pada sejumlah badannya.

Kemudian saat Senin 11 Agustus 2025 dini hari, korban keluar kamar dipapah kakaknya untuk ke toilet.

"Saat itu saya sedang memasak mi instan di dapur, Azka yang dipapah kakaknya hampir jatuh kemudian saya rangkul dan antar ke toilet," jelas Siti.

Setelah dari toilet, korban duduk di ruang tamu. Siti kembali bertanya hingga Azka akhirnya mengaku telah dianiaya teman temannya.

"Saya tanyain sambil nangis kamu kenapa. Kemudian Azka mengatakan, 'saya mau ngomong tapi ibu jangan marah, saya dipukulin sama teman di sekolahan. Saya diancam jangan ngomong sama siapa-siapa'," ujar Siti mengenang percakapannya dengan Azka.

Pagi harinya kondisi korban makin parah. Azka sempat kejang dan membawanya ke puskesmas tapi kemudian disarankan ke RS Harapan Sehat Jatibarang.

"Karena sempat kejang, kemudian saya bawa ke puskesmas. Baru sampai di depan puskesmas, kemudian puskesmas menolak, meminta agar langsung di bawa ke rumah sakit saja," lanjutnya.

Sehari mendapatkan perawatan medis di RS Harapan Sehat Jatibarang, remaja itu meninggal dunia. Azka disebut meninggal karena penyakit DBD.

"Korban sempat dirawat di RS selama 1 hari akhinya meninggal dunia. Awalnya dikabarkan karena DBD, tapi ada petugas yang membacakan hasil rekam medis, ada memar dan fraktur. Ini sama dengan pengakuan anak saya," ungkap Siti.

Setelah kematian anaknya, Siti menyebut perwakilan sekolah bersama orang tua murid yang diduga menganiaya anaknya datang. Mereka sempat mediasi dan Siti ditawari mendapat kompensasi atas kematian anaknya.

"Sempat ada mediasi dengan pihak sekolah dan keluarga terduga pelaku, keluarga terduga pelaku menawarkan dari Rp 5 juta kemudian Rp 10 juta tapi saya menolak, karena saya ingin lanjut ke jalur hukum," tegasnya.

Usai mediasi, Siti memutuskan mendatangi Polres Brebes untuk membuat laporan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Brebes. Siti kemudian mendapatkan panggilan polisi pada 24 September 2025 untuk dimintai keterangan.

"Saya sudah lapor ke kepolisian, sudah dipanggil satu kali, dan sampai 3 bulan ini belum ada tindak lanjut. Saya ingin kasus saya diproses," harapnya.

Penjelasan Polisi

Terkait hal ini, Kasat Reskrim Polres Brebes AKP Resandro Handriajati, memastikan penyelidikan kasus ini masih berjalan. Penyidik telah memperoleh data penting, termasuk hasil visum dan rekam medis korban.

"Dari visum fisik, ditemukan adanya luka memar berwarna kemerahan di lengan atas kiri korban," jelas Resandro.

Resandro menyebut perkara ini masih dalam tahap penyelidikan dan tidak dihentikan.

"Perkara ini tetap lanjut. Kita tetap melakukan penyelidikan dan investigasi sesuai SOP. Setiap laporan masyarakat akan kami proses sampai terang apa sebenarnya yang terjadi," katanya.

Dia menjelaskan meski ada temuan memar, pihaknya masih berupaya mencari keterangan ahli medis yang berkompeten. Sebab, ada dugaan awal korban menderita demam berdarah.

Resandro menjelaskan ada kontak fisik antara terduga pelaku dengan Azka. Namun disebutnya dalam konteks bercanda.

"Dari pemeriksaan saksi, memang ditemukan adanya kontak fisik dengan beberapa rekan korban. Namun sementara ini disebutkan dalam bentuk candaan. Hal tersebut masih terus kami dalami," ujar dia. .

Halaman 2 dari 2
(ams/dil)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads