Pedagang mengeluhkan proses pemugaran Candi Mendut, Kabupaten Magelang, yang sampai saat ini belum juga rampung. Lambatnya proses pemugaran Candi Mendut berdampak sepinya pengunjung hingga membuat pendapatan pedagang turun drastis.
Pantauan detikJateng, sekitar 13.30 WIB, suasana pengunjung di Candi Mendut terlihat sepi. Sepinya kunjungan wisatawan diduga karena Candi Mendut masih dalam proses pemugaran.
Sepinya kunjungan wisatawan di Candi Mendut baik turis domestik maupun mancanegara dirasakan para pedagang. Sejumlah pedagang suvenir mengaku pendapatan menurun semenjak pemugaran candi berlangsung.
"Terutama di perekonomian, ibaratnya nggak ada pendapatan. Karena sepi, biasanya di (candi) Mendut ada turis, rata-rata turis mancanegara," kata Pujiani (40), pedagang suvenir di Candi Mendut kepada detikJateng, Minggu (14/12/2025).
"Travel-travel yang bawa tamu, nggak diampirke ke sini. Jadi pendapatan sangat berkurang. Kayak ini (pengunjung) nggak jadi masuk karena melihat keadaan seperti ini (candi ada perancah)," sambung Pujiani yang disapa Puji.
Sepinya pengunjung tersebut, kata Puji, terasa selama proses pemugaran atau kayu-kayu dipasang. Menurutnya, pada awalnya pengunjung masih berdatangan.
"Sehari, dua hari, tiga hari, masih oke. Kesekian kali sudah, mereka (pengunjung) nggak mau ke sini," imbuh Puji yang berjualan suvenir.
"(Pendapatan sebelum pemugaran). Nggak tentu, tapi rata-rata kalau sebulan ya sekitar Rp 3 juta ke atas. Sekarang zonk, seminggu nggak laku, kadang laku satu. Kalau dulu, Insyaallah tiap hari ra keitung (nggak mesti) berapa dapat (uang)," ujarnya.
Puji menambahkan, pedagang di kompleks Candi Mendut yang tergabung dalam paguyuban kurang lebih ada 74 orang pedagang. Kemudian, saat ini yang aktif sekitar 60-an.
"Mulai kayu-kayu dipasang itu, sekali mereka masih mau ke sini. Ketiga kali, keempat kali sudah tidak mau. Apalagi agen-agen itu menyarankan untuk tidak ke sini," kata dia.
Ia mengatakan, saat proses awal pemugaran tidak ada sosialisasi kepada pedagang. "Mau ada pemugaran, kita nggak dikasih tahu. Jadi, pedagang pun untuk menyesuaikan dengan adanya ini (pemugaran) kan kaget dan nggak bisa menyesuaikan dengan keadaan," tuturnya.
"Harapan pembangunan segera diselesaikan supaya perekonomian bisa (laku dagangannya). Intinya, dipercepat itu (pemugaran). Terus ada kios kan menyewa pada pemda. Untuk kios, harapan kami ada kompensasi, sewanya itu selama pembangunan ditiadakan atau dipotong atau diperingan," pintanya.
Hal senada disampaikan pedagang suvenir lainnya, Sandi (52). Menurutnya, semenjak dilakukan pemugaran pengunjung sepi.
"Pengaruhnya 50 sampai 70 persen (pendapatan menurun)," katanya.
Pedagang lainnya, Wiji Rahayu (29), mengaku jualannya mulai sepi sejak adanya pemugaran. Bahkan, biasanya akhir pekan ramai pengunjung, saat ini juga sudah sangat berkurang.
"Sejak dibangun pengunjung sepi. Biasanya Sabtu-Minggu ramai. Ini hari Minggu sepi," ujarnya.
Sepinya kunjungan wisatawan di Candi Mendut juga diakui tukang parkir, Sugiyo (50) yang biasa dipanggil Giyo.
"Semenjak (pemugaran candi), parkir mengandalkan kuliner (orang yang makan) bukan wisata. Wisatanya nggak ada yang masuk, kita mengandalkan parkir karena makan," kata Giyo.
"Ibaratnya dulu kan 100 persen (pendapatan), sekarang menurun, cuman pendapatan 30 persen. Rata-rata Rp 200-an ribu, Rp 250 ribu per hari (sebelum dipugar). Kalau sekarang dapat Rp 100 ribu, kadang dapat Rp 50 ribu, kadang nggak dapat seperti saat hujan," ujarnya.
Sebelum dilakukan pemugaran, katanya, saat weekend ramai sekali. Menurutnya, saat weekend sebelum dibangun jalan sampai macet.
"Kalau weekend sekitar 55 mobil, 60 mobil, dapat, globalnya sekitar Rp 300 ribu. Kalau sekarang nggak bisa ngomong. Harapan saya, bagaimana caranya diselesaikan," tegasnya.
(apl/aku)