Jejak Pesanggrahan Pratjimohardjo: Dibangun PB IV-Sempat Dibakar Tentara PETA

Jejak Pesanggrahan Pratjimohardjo: Dibangun PB IV-Sempat Dibakar Tentara PETA

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 07 Des 2025 07:10 WIB
Jejak Pesanggrahan Pratjimohardjo: Dibangun PB IV-Sempat Dibakar Tentara PETA
Jejak kemegahan Pesanggrahan Pratjimohardjo di Paras, Cepogo, Boyolali, Jumat (5/12/2025). Foto: Jarmaji/detikJateng
Boyolali -

Di Kabupaten Boyolali, terdapat sebuah bangunan bersejarah bernama Pesanggrahan Pratjimohardjo. Pesanggrahan milik Keraton Kasunanan Surakarta itu dibangun pada era Paku Buwono (PB) IV sekitar tahun 1804 silam.

Kemudian pada masa Paku Buwono X, pesanggrahan ini dibangun menjadi lebih artistik, mewah dan megah. Bangunan pesanggrahan ini dulu layaknya miniatur keraton, lengkap dengan Pendopo, Dalem Ageng, Tamansari berikut air mancur dan Keputren.

Berlokasi di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, pesanggrahan ini dulu digunakan raja Keraton Solo dan keluarga untuk tetirah, atau beristirahat sejenak. Biasanya, pesanggrahan itu dipakai saat keluarga raja bepergian di wilayah barat, atau di sekitar lereng Gunung Merapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pesanggrahan ini pun cukup mudah ditemukan, karena lokasinya tak jauh dari jalan utama Boyolali-Magelang, atau jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB). Pesanggrahan ini berada di sebelah timur Stadion Kebo Giro.

Dari jalan Boyolali-Magelang, di tugu pertigaan Mliwis ke kiri. Berjarak sekitar 500 meter dari pertigaan tersebut, sudah ketemu dengan gapura pesanggrahan yang cukup besar.

ADVERTISEMENT

Juga bisa ditembus dari Kecamatan Musuk. Dari kantor Kecamatan Musuk ke arah barat, ke arah Cepogo. Sebelum tugu pertigaan Mliwis tersebut, Pesanggrahan Pratjimohardjo ada di sisi kiri jalan.

"Pesanggrahan Pratjimohardjo ini dibangun oleh Paku Buwono IV sekitar tahun 1804," kata juru kunci Pesanggrahan Pratjimohardjo, Warsito, kepada detikJateng Jumat (5/12/2025).

Kemudian pada masa pemerintahan PB X, jelas dia, bangunan pesanggrahan yang masih sederhana dikembangkan dan dibangun menjadi lebih mewah dan megah. Kompleks pesanggrahan memiliki pagar atau benteng dalam, gapura masuk di empat penjuru. Juga ada Pendopo, Dalem Ageng, Tamansari, hingga Keputren.

"Pada masa Paku Buwono X, pesanggrahan ini dikembangkan menjadi semakin megah dan artistik. Ada pendopo, tamansari, keputren dan lainnya," tutur Warsito.

Jejak kemegahan Pesanggrahan Pratjimohardjo di Paras, Cepogo, Boyolali, Jumat (5/12/2025).Jejak kemegahan Pesanggrahan Pratjimohardjo di Paras, Cepogo, Boyolali, Jumat (5/12/2025). Foto: Jarmaji/detikJateng

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pesanggrahan Raja Keraton Solo ini juga sempat menjadi markas Tentara Pembela Tanah Air (Peta) pimpinan Slamet Riyadi pada 1948. Namun saat agresi Belanda, pesanggrahan itu dibakar agar tidak menjadi markas tentara Belanda.

"Tahun 1948, dibakar oleh tentara Peta pimpinan Slamet Riyadi, karena ditakutkan untuk basecamp Belanda," imbuh Warsito.

Kepada detikJateng, Warsito memperlihatkan sejumlah foto Pesanggrahan Pratjimohardjo sebelum ludes dibakar. Dari foto-foto lawas koleksi KITLV dengan kontribusi dari socalindo.org itu tampak kemegahan pesanggrahan, seperti bangunan keraton dalam ukuran kecil. Ada beberapa foto yang diambil di bulan Mei 1928.

Dari foto itu terlihat, bagian depan pesanggrahan ada tangga naik untuk menuju Pendopo. Di depan pendopo juga ada tiang bendera. Kemudian foto dari bagian belakang pesanggrahan ada tangga turun menuju ke halaman belakang. Di tengah halaman terlihat ada kolam air mancur yang berbentuk bulat.

Di kanan kiri bangunan utama, juga terdapat bangun keputren. Bangunan-bangunan tersebut tampak menggunakan atap sirap. Bagian dalam Pendopo pun tampak mewah.

Kini, kondisinya sudah banyak berubah. Tetapi jejak-jejak keindahan dan kemegahan pesanggrahan itu masih ada. Saat ini pendopo memang ada, tetapi merupakan bangunan baru dengan bahan yang baru pula. Di sisi utara juga masih ada bangunan loji yang menjadi tempat menginap para tamu.

"Bangunan lama yang masih ada sekarang itu gedung pusaka dan sanggar pamelengan atau petilasan tempat salat PB X. Tembok ini juga yang lama. Kemudian benteng dalam bagian barat, kolam air mancur yang di depan dan belakang, tiang bendera, tangga naik depan pendopo, gapura pintu gerbang dan loji," terangnya.

Di salah satu bangunan lama yang tersisa, yakni di ruang pasolatan atau petilasan tempat salat PB X, terdapat teralis jendela dari besi yang indah. Teralis itu masih terpasang dengan kokohnya di jendela.

Di dalam pesanggrahan tersebut juga terdapat foto-foto sejumlah raja Keraton Surakarta. Ada sejumlah bangunan baru pula, antara lain patung PB X yang cukup besar berdiri megah di utara bangunan utama pesanggrahan.

Halaman 3 dari 2
(apu/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads