Ajak Masyarakat Kelola Mandiri, DLH Demak Bagikan Cara Olah Sampah

Angga Laraspati - detikJateng
Selasa, 11 Nov 2025 13:37 WIB
Foto: DLH Demak
Jakarta -

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Demak terus berupaya mengelola sampah dengan optimal. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan mengajak masyarakat melakukan pengelolaan mandiri.

Sekretaris Dinas (Sekdin) DLH Kabupaten Demak, Sudarwanto mengatakan pengelolaan sampah mandiri dapat dilakukan masyarakat dari rumah. Ada tiga cara yang bisa dilakukan warga.

"Kita selalu menggaungkan PPO, yaitu pungut, pilah, olah untuk semua rumah tangga," kata Sudarwanto saat ditemui detikJateng di kantornya, Selasa (11/11/2025).

Sudarwanto menekankan kepada masyarakat agar rajin memungut sampah di lingkungannya. Setelah dipungut, ia meminta warga agar melakukan pemilahan.

"Pokoknya Bapak Ibu, ojo keset, kudu (jangan malas, harus) dipungut sampahnya. Nek wis (jika sudah) dipungut, njenengan (anda) pilah, mana yang organik, mana yang anorganik," jelas Sudarwanto.

Sudarwanto menyebut pemilahan sampah antara organik dengan anorganik merupakan langkah penting. Hal tersebut dikarenakan pengolahan kedua jenis sampah itu caranya berbeda.

Sudarwanto mewanti-wanti agar sampah organik tidak dibakar. Pengolahan sampah jenis ini bisa dimulai dari membuat lubang.

"Njenengan punya halaman, gaweya jogangan (buatlah lubang di tanah) tapi khusus organik. Ndak boleh dibakar," ujar Sudarwanto.

Sudarwanto mengatakan lubang yang telah dibuat kemudian bisa diisi sampah-sampah organik sisa rumah tangga. Untuk mempercepat pertumbuhan bakteri pengurai, ia menyarankan agar lubang itu diisi air cucian beras.

"Ketika masak masak nasi, lerinya (air cucian berasnya) itu kan bisa ditebarkan di situ. Itu untuk bakteri supaya cepat mengurai," kata Sudarwanto.

Setelah beberapa waktu, sampah organik itu sudah dapat dipanen. Salah satu hasil panen dari proses ini yaitu pupuk kompos.

"Kemudian setelah diolah tadi, bisa dijadikan kompos dan sebagainya. Kalau sudah panen, kemudian (lubangnya) ditutup, nggawe jogangan neh (membuat lubang lagi)," ujar Sudarwanto.

Sementara untuk sampah anorganik, Sudarwanto menyebut bisa dimanfaatkan sebagai rosok. Masyarakat bisa mengumpulkannya ke bank sampah.

"Yang anorganik niku dingge (dibuat) rosok. Boleh mau diserahkan ke bank sampah, mau disedekahkan ke orang yang mengambil sampah, pihak ketiga boleh. Yang penting jenengan sudah punya upaya untuk memilah dari rumah," tutur Sudarwanto.

Sedangkan sampah-sampah lain yang sulit dikelola sendiri, Sudarwanto meminta masyarakat agar mengumpulkannya ke petugas desa.

"Kalau memang sudah tidak bisa (untuk dikelola sendiri) seperti pampers, pembalut, dan kawan kawannya, ya sudah berarti dikumpulkan sama yang pengambil di desa itu untuk dibuang di TPA," pungkasnya.




(anl/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork