Gua Anggas Wesi di dalam hutan wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang, Pegunungan Anjasmoro, ternyata dihuni manusia sejak puluhan tahun lalu. Salah satunya adalah Sudarmaji yang mengaku dari Boyolali, Jawa Tengah. Berikut ceritanya.
Dilansir detikJatim, Gua Anggas Wesi berada di wilayah Desa Sumberjo, Wonosalam, Jombang. Tepatnya di petak 37F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumberjo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, KPH Jombang. Luasnya 0,1 ha, digolongkan kelas hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh).
Gua ini terletak di sebuah ngarai. Di depan mulut gua itu ada sungai kecil dari Pegunungan Anjasmoro menuju dataran rendah wilayah Kecamatan Mojoagung dan sekitarnya. Setelah menyeberangi sungai, pengunjung disambut pria si penghuni gua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria itu diketahui bernama Sudarmaji. Penampilannya sederhana. Rambutnya sudah memutih sepenuhnya. Dia cenderung menutup diri.
Tempat tinggal manusia gua di pedalaman hutan Jombang Foto: Enggran Eko Budianto |
"Saya aslinya Boyolali (Jateng)," kata dia saat ditemui wartawan, Jumat (7/11/2025). Dia enggan mengungkapkan nama maupun asal-usulnya menghuni Gua Anggas Wesi.
Pantauan detikJatim, ruangan pertama Gua Anggas Wesi luasnya sekitar 7x5 meter persegi. Terdapat tempat tidur Sudarmaji di sisi kiri dan alas tidur para tamu yang ritual di tempat terpencil ini. Sebelah kanannya terdapat lorong setinggi semeter menuju ruang semedi yang di dalamnya terdapat 2 arca berdiri dan peralatan ritual.
Di samping kanan gua itu ada sejumlah panci, ember, dan galon di bawah tetesan air gua. Di seberangnya merupakan dapur, terdapat tungku berbahan bakar kayu, bumbu dapur, serta peralatan memasak.
Menyusuri lebih dalam sisi kanan Gua Anggas Wesi, masih terdapat tempat ritual yang biasa disebut Gua Putri. Di belakangnya lagi ada tenda yang juga dihuni sejumlah manusia. Tenda-tenda itu persis di atas ngarai. Air terus menetes dari bebatuan yang menjadi atap gua.
Manusia gua yang hidup 60 tahun di pedalaman hutan Jombang Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim |
Lantaran Sudarmaji dan penghuni lainnya menutup diri, detikJatim menggali informasi tentang mereka dari penduduk terdekat. Salah satunya pasangan Sakri (76) dan Poniyem (50), penghuni Hutan Watuseno di wilayah BKPH Jabung.
Rumah pasutri ini di hutan sekitar 15 menit dari kampung terdekat, yakni Dusun Jabung, Desa Lebak Jabung, Jatirejo, Mojokerto. Dari rumah Sakri, butuh waktu sekitar 35 menit untuk sampai ke Gua Anggas Wesi mengendarai sepeda motor.
Rutenya melalui jalan setapak berliku di dalam hutan jati yang lebat, jalurnya cukup curam dan licin. Kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki menuruni medan yang sangat curam sekitar 50 meter dari parkiran sepeda motor.
"Pak Sudarmaji kalau sampai sekarang ada kalau 60 tahun tinggal di Gua Anggas Wesi," kata Sakri saat ditemui detikJatim di rumahnya.
Sakri mengatakan, penghuni tenda di sebelah kanan Gua Anggas Wesi itu ada 6 orang yang terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan. Dia bilang mereka juga cukup lama menghuni tenda itu.
"Satu pasangan suami istri dan satu anak laki-laki, sedangkan 2 wanita dan 1 pria tidak jelas statusnya. Tinggal di situ sekitar satu tahun. Menurut saya mereka pelarian," ucap Sakri.
Menurut Kepala Dusun Jabung, Irwandi, akses terdekat ke Gua Anggas Wesi memang lewat kampungnya. Sehingga mayoritas pengunjung melewati Dusun Jabung.
Mengenai fenomena manusia gua, Irwandi menyebut Sudarmaji sebagai penghuni terlama. Untuk makan sehari-hari, Sudarmaji mengandalkan pemberian para pengunjung.
Sudarmaji juga beternak ayam. Sesekali ia keluar dari hutan untuk belanja kebutuhan pokok naik sepeda motor bebek miliknya yang diparkir dan digembok di dekat gua.
"Mbah Darmaji sudah lama, iya segitu (50-60 tahun di Gua Anggas Wesi)," kata Irwandi.
Menurut Kepala BKPH Jabung, Tarmidi, Gua Anggas Wesi bisa diakses pakai motor lewat Desa Pakis, Trowulan, Mojokerto. Tapi jaraknya lebih jauh dibandingkan lewat Dusun Jabung. Adapun jalur dari Desa Sumberjo hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Tarmidi rutin memantau fenomena penghuni Gua Anggas Wesi. Menurutnya, Sudarmaji berasal dari Boyolali, Jateng. Irwandi disebut menghuni gua itu sejak sekitar tahun 1983. Sekitar tahun 1990, Sudarmaji menikahi warga Desa Pakis bernama Mbok Siti.
"Awalnya menetap di gua, untuk ambil kebutuhan pokok tetap keluar ke desa. Jadi, Mbok Siti yang awalnya membantu Pak Sudarmaji. Setelah Mbok Siti meninggal, Pak Sudarmaji tetap tinggal di gua," ungkap Tarmidi.
Tarmidi menambahkan, enam orang lainnya yang juga menghuni Gua Anggas Wesi merupakan satu keluarga asal Jogoroto, Jombang. Kepala keluarga ini bernama Joko Mulyono. Mereka tinggal di gua tersebut baru sekitar dua bulan.
"Bahasa mereka sekeluarga ritual," pungkas Tarmidi.
(dil/dil)













































