Di Rumah Inklusif Kebumen, pegon atau aksara Arab gundul bisa dikreasi menjadi motif batik. Batik pegon karya para penyandang disabilitas itu pun memikat Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar atu Cak Imin.
Cak Imin menyatakan akan menjadikan batik pegon itu sebagai salah satu seragam di kementerian. Hal itu disampaikan Cak Imin saat mengunjungi Rumah Inklusif Kebumen di Dukuh Panggel, Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen, sore tadi.
Ia juga mengiyakan saat ditawari menjadi anggota lumbung di rumah inklusif tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya siap menjadi anggota lumbung inklusif. Tentu saya sebagai anggota lumbung, saya siap membeli semua seragam ini (batik pegon)," kata Cak Imin di sela kunjungannya, Jumat (7/11/2025).
Batik Pegon merupakan salah satu karya yang dihasilkan di rumah inklusif. Di sela acara, Cak Imin juga sempat membatik pegon.
"Batiknya membanggakan, bukan hanya bagus tapi memang menjadi bagian dari semangat untuk rumah inklusif ini, tentu disainnya juga sangat bagus. Membatik pegon ini baru pertama kali," imbuhnya.
Cak Imin berharap agar rumah inklusif Kebumen dengan segala hasil kreasinya bisa menjadi contoh untuk daerah lain. Dia mengimbau keluarga yang memiliki anggota Istimewa agar bergabung dengan rumah inklusif di kabupaten masing-masing.
"Saya harap rumah inklusif di Kebumen ini menjadi contoh. Silakan nanti lihat resepnya, lihat videonya. Bergabunglah bersama anak-anak istimewa di semua rumah inklusif di seluruh kebupaten," lanjutnya.
Sementara itu Ketua Rumah Inklusif Kebumen, Muinatul Khoiriyah, menjelaskan pegon adalah sistem penulisan aksara Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa lokal seperti bahasa Jawa.
Sistem ini sering disebut sebagai Arab gundul karena sebagian besar tidak menggunakan tanda vokal atau harakat Arab, meskipun ada juga yang menambahkan harakat khas Jawa seperti Γͺ, Γ©, dan o. Kata Pegon berasal dari bahasa Jawa pΓ©go yang berarti menyimpang atau tidak lazim karena dianggap menyimpang dari penggunaan standar aksara Arab.
"Batik Pegon itu kalau secara rupa itu dari Arab gundulan, Arab Jawa gitu. Tapi Pegon sendiri sebenarnya bahasa isyarat pada zaman dahulu. Kenapa kita ambil batik Pegon itu, karena ketika kami mendampingi para keluarga ini (inklusif) kan ada bahasa isyarat mungkin tidak sama dengan lainnya," ungkapnya.
"Jadi rumah inklusif itu ingin menyuarakan, memberdayakan para keluarga ini ketika di sekolah banyak pembulian, gagal sekolah, daftar ditolak, dan lain-lain. Masa kita mau berhenti di situ, kita memberdayakan mereka dengan cara kami. Kalau anggota kita ada seratusan lebih," sambung Muinatul.
Ia menambahkan, Batik Pegon yang dibuat oleh Cak Imin merupakan aksara huruf Arab yang memiliki arti bahwa anak-anak di rumah inklusif masih jauh dari harapan dalam pendidikan. Batik tersebut mempunyai belasan motif dan hanya ada di rumah inklusif Kebumen, bahkan telah memiliki hak paten.
"Yang dibatik oleh pak menteri itu aksara dengan huruf alif, kaf, shin, ra, nah itu bercerita tentang bagaimana anak-anak kami itu masih jauh dari harapan untuk pendidikannya, entah itu formal maupun non formal. Semua motif batik Pegon di sini ada cerita, jadi ada 16 motif. Batik Pegon ini hanya ada di rumah inklusif dan ini sudah kita pantenkan tahun 2023," pungkasnya.
(dil/afn)











































