Cerita Bima Arya Kenang Perkataan Jokowi yang Bikin Kepala Daerah Malu

Nasional

Cerita Bima Arya Kenang Perkataan Jokowi yang Bikin Kepala Daerah Malu

Shafira Cendra Arini - detikJateng
Kamis, 06 Nov 2025 15:21 WIB
Wamendagri Bima Arya ditemui di Balai Kota Solo, Selasa (21/10/2025).
Wamendagri Bima Arya. Foto: dok. detikJateng.
Solo -

Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, menyebut ada pernyataan Presiden ke-7 Jokowi yang pernah bikin malu kepala daerah. Hal itu terjadi kala dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Bogor.

Momen itu terjadi saat Jokowi saat berkunjung ke Bogor. Bima mengingat, kala itu Jokowi menyentil kota-kota di Indonesia yang tidak punya karakter lantaran punya tagline yang serupa.

"Di ujung masa Pak Jokowi, beliau pernah mengeluarkan satu statement yang membuat malu kepala daerah. Katanya gini, 'saya nggak abis pikir seluruh kota di Indonesia tagline-nya sama. Semua pakai ber, beriman, berhiber, ber ber ber, semuanya ber. Tidak ada karakter yang keluar di sana'," terang Bima di acara Sarasehan Hari Agraria dan Tata Ruang Nasional 2025 di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025) dikutip dari detikFinance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bima melanjutkan, kondisi tersebut seolah-olah menampilkan jika kota-kota ini memiliki Standard Operating Prosedur (SOP) yang sama sehingga memiliki tagline yang serupa. Selain itu, juga tampilan tata kota yang juga serupa.

ADVERTISEMENT

"Kemudian kota-kota itu lautan ruko, lautan angkot, lautan PKL, begitu. Disambut dengan suasana ambience yang sama, karena itu kata presiden, perlu visi terobosan, mulai dari perencanaan, sampai kemudian eksekusi, sehingga kota-kota itu keluar karakternya," katanya.

Bima menilai, penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang sesuai menjadi salah satu kunci untuk memperkuat karakter tiap-tiap daerah. Dengan demikian, kawasan perkotaan di Indonesia tidak terbentuk seperti mengacu pada satu prototipe.

Maka dari itu, Bima menilai perlu adanya perubahan paradigma dari para kepala daerah. Dalam hal ini, RDTR tidak hanya dianggap sebagai zonasi untuk mengatur penempatan atau merencanakan pembangunan.

"Tetapi lebih dari itu, kita berharap RDTR ini bisa menjadikan kota bertransformasi dari sekedar kota yang sama prototipenya, menjadi kota yang kita mimpikan, kota yang berkelanjutan, kota hijau, dan kota inklusif, serta ekonominya tumbuh," ucap dia.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads