Banjir masih merendam Jalan Kaligawe Pantura Semarang-Demak. Pada banjir hari ke-9 ini, ketinggian air di jalan tersebut mencapai sekitar 60 sentimeter.
Pantauan detikJateng pukul 10.00WIB di Jalan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, tampak air menggenang hingga setinggi betis orang dewasa. Di Jalan Kaligawe, Kecamatan Genuk, ketinggian banjir hingga selutut orang dewasa.
Tampak sejumlah warga mengantre menumpang truk untuk bisa menuju arah RSI Sultan Agung. Sebab, sepeda motor dan mobil pribadi sudah tak bisa melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banjir di Jalan Kaligawe Pantura Semarang-Demak, Kota Semarang, Kamis (30/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
"Di depan RSI Sultan Agung kedalaman 50 cm. Kemudian yang di ruas jalan tengah bervariatif, 30-60 cm. Beberapa kendaraan truk mengalami mogok karena kedalaman air yang cukup tinggi," kata Kapolsek Genuk AKP Rismanto saat dihubungi detikJateng pukul 09.00 WIB, Kamis (30/10/2025).
Ia mengimbau masyarakat menggunakan jalur alternatif karena arus lalu lintas di Jalan Raya Kaligawe cukup padat sehingga terjadi kemacetan yang cukup panjang.
"Kami mohon kepada para pengguna sepeda motor untuk menghindari jalan raya Kaligawe karena kedalaman yang cukup tinggi bisa membahayakan bagi pengguna jalan," imbaunya.
Banjir di Jalan Kaligawe Pantura Semarang-Demak, Kota Semarang, Kamis (30/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
Salah satu pekerja di Terminal Terboyo, Kecamatan Genuk, Kaisa (32), menjadi salah satu yang menumpang truk untuk menuju tempat kerjanya. Pria asal Banyumanik itu mengaku harus setiap hari menjalani kondisi sedemikian rupa.
"Ini mau ke Terminal Terboyo, kantornya di sana. Sudah satu minggu dari Rabu, selalu nebeng, mau nggak mau," ujarnya kepada detikJateng.
"Kalau nerobos pasti mogok, pernah nerobos langsung mogok, nuntun dari depan RSI. Waktu itu masih selutut sekarang sudah sepaha," lanjutnya.
Menurutnya, banjir tahun ini lebih parah dari tahun kemarin karena tak kunjung surut. Dia menilai upaya pemerintah belum cukup optimal untuk menangani banjir tahunan di Semarang.
"Dulu surutnya cepat karena di Gayamsari masih bisa dilewati, tahun ini yang mogok motornya juga lebih banyak. Kalinya itu kalau bisa didalamkan lagi, mungkin bisa jadi solusi," tuturnya.
"Karena pas musim kemarau kan nggak terlalu tinggi. Perbaikan pas kemarau seharusnya lebih dioptimalkan, kalau nggak kayak gini terus," lanjutnya.
Setiap hari Kaisa harus menunggu lama untuk menumpang truk. Tak semua truk bisa mencapai Terminal Terboyo karena ketinggian air yang cukup dalam.
"Harus nunggu dulu, kalau yang truk kecil nggak sampai Terboyo. Capek kayak gitu terus, biasanya 2-3 hari baru setinggi ini, ini cepat banget naiknya. Truk-truk banyak yang mogok, sudah parah banget lah banjirnya, capek," ujarnya.
Salah satu sopir truk, Didik (54) mengaku kerap memberikan tumpangan masyarakat yang hendak bepergian di area banjir.
"Kalau bisa dikasih tumpangan ya dikasih, kalau nggak ya jangan. Kalau di atas kabin nggak boleh, atau di tengah juga, itu bahaya. Kalau di dalam kan nggak bahaya," kata dia kepada detikJateng.
Menurutnya banjir tahun ini paling parah karena cukup tinggi dan tak kunjung surut. Sebelumnya, ia pernah mengalami macet hingga empat jam hanya untuk menempuh jarak 2-3 kilometer.
"Sebelumnya paling cuma 15 menitan, ini dari subuh bisa sampai jam 09.00 WIB pagi baru sampai," tuturnya.
Ia sendiri hendak mengambil muatan minuman dari pelabuhan Tanjung Mas hingga ke Bawen. Ia sudah mengalami kemacetan ini sejak sekitar dua hari.
"Pemerintah coba melibatkan ahli-ahli yang bisa memiliki solusi untuk banjir di Semarang ini. Kalau kita di jalan tahunya cuma kondisi banjir, kondisi alam kayak gini, solusinya pemerintah sama terus," tuturnya.
"Banjir ini paling lama nggak surut surut proyek pembangunan tol juga belum selesai, yang pembuangan ke laut mungkin sementara kan ditutup untuk pengerjaan tol," lanjutnya.
(dil/apl)













































